Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Seleb

5 Fakta Serial Gadis Kretek yang Dibintangi Dian Sastro dan Putri Marino, Ada Isu Politik 1965

5 Fakta Serial Gadis Kretek yang dibintangi Dian Sastro dan Putri Marino, ada isu politik 1965 ketika huru-hara PKI di Indonesia.

Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Ayu Miftakhul Husna
zoom-in 5 Fakta Serial Gadis Kretek yang Dibintangi Dian Sastro dan Putri Marino, Ada Isu Politik 1965
Google Books
5 Fakta Serial Gadis Kretek yang dibintangi Dian Sastro dan Putri Marino, ada isu politik 1965 ketika huru-hara PKI di Indonesia. 

TRIBUNNEWS.COM - Simak fakta serial Gadis Kretek yang disebut bakal tayang di Netflix.

Serial Gadis Kretek akan dibintangi oleh Dian Sastro dan Putri Marino.

Gadis Kretek adalah novel karya Ratih Kumala, yang menceritakan seputar industri rokok di Indonesia.

Novel Gadis Kretek membahas gejolak industri rokok pada masa PKI tahun 1965.

Selain industri rokok, Gadis Kretek juga menceritakan percintaan yang tragis.

Simak fakta berikut ini, dikutip dari Unpad, Perpustakaan Komnasham, dan Gadis Kretek.

Baca juga: Kamu Didengar, Dian Sastro Ajak Perempuan Indonesia Punya Definisi Cantik Sendiri

Baca juga: Gadis Kretek akan Tayang di Netflix, Putri Marino dan Dian Sastro Adu Akting

1. Dibintangi Dian Sastro dan Putri Marino

Berita Rekomendasi

Serial Gadis Kretek akan dibintangi oleh Dian Sastro dan Putri Marino.

Keduanya akan beradu akting dalam serial  Gadis Kretek yang akan tayang di Netflix.

Meski demikian, peran Dian Sastro dan Putri Marino belum diketahui.

Dalam versi novelnya, tokoh wanita Gadis Kretek yaitu Jeng Yah, perempuan penjual rokok kretek yang manis.

2. Novel Gadis Kretek Dapat Penghargaan

Novel Gadis Kretek mendapat penghargaan di Kusala Sastra Khatulistiwa pada tahun 2012.

Gadis Kretek masuk dalam peringkat 10 besar.

Novel dengan halaman sejumlah 274 itu mendapat apresiasi yang besar dari masyarakat Indonesia.

Baca juga: SOSOK Dian Sastro: Aktris yang Awali Karier sebagai Gadis Sampul, Tenar Berkat Film AADC

3. Mengangkat Isu Feminisme dan Industri Rokok

Kolase sampul novel Gadis Kretek dan Putri Marino beserta Dian Sastro baca skrip Gadis Kretek yang dikabarkan tayang di Netflix
Kolase sampul novel Gadis Kretek dan Putri Marino beserta Dian Sastro baca skrip Gadis Kretek yang dikabarkan tayang di Netflix (Instagram)

Novel Gadis Kretek yang ditulis oleh Ratih Kumala secara mendetail, membicarakan budaya merokok dan industri kretek di Indonesia.

Dalam versi novel, penceritaan dilakukan oleh narrator yang berbeda dengan mengambil latar dan perspektif yang berbeda pula.

Kisah cinta para tokoh di dalam novel menjadi relevan, karena hubungannya dengan paparan mengenai industri kretek yang menjadi kerangka narasinya.

Tokoh-tokoh perempuan dalam novel ini digambarkan sebagai perempuan yang menjadi pusat perkembangan industri rokok kretek.

Penempatan tokoh perempuan yang sentral dalam industri rokok merupakan hal yang penting untuk dibicarakan, mengingat industi rokok dan budaya merokok pada umumnya masih merupakan budaya laki-laki.

Seorang pengusaha rokok bernama Djagad membuat iklan rokok dengan merk Garwo Kulo di kota M.

Nama tersebut diberikan agar para lelaki selalu ingat akan istri di rumah yang mungkin jarang dandan, pakaiannya kedodoran, dan cerewet.

Namun, rokoknya yang laris itu harus gulung tikar karena Djagad ditangkap dalam huru-hara PKI tahun 1965.

Pengusaha rokok itu ditangkap, disiksa, dan diinterogasi karena kemasan rokoknya berwarna merah, yang dianggap sebagai warna PKI.

Ia juga dituduh terlibat dengan PKI karena undangan pernikahan anaknya yang ditemukan di percetakan yang juga mencetak keperluan PKI.

Cerita romansa dalam Gadis Kretek mengulas hubungan pria bernama Raja (yang dibaca Raya) mengisap rokok kretek "Tingwe" hasil lintingan Jeng Yah.

Rokok kretek lintingan Jeng Yah dianggap istimewa karena terasa manis berkat air ludahnya yang digunakan untuk merekatkan lintingan tembakau dan cengkeh.

Konsumen Jeng Yah tertarik pada cita rasa rokoknya yang khas, termasuk kekasih Jeng Yah.

Percintaan Jeng Yah dan kekasihnya penuh misteri.

Baca juga: Cerita Putri Marino Jalani Hidup Sebagai Perempuan Mandiri dan Tetap Jadi Diri Sendiri

4. Membahas Budaya Merokok di Masa Kolonialisme dan Pasca-Kemerdekaan

Ilustrasi rokok kretek
Ilustrasi rokok kretek (IST)

Cerita dari serial Gadis Kretek membahas budaya merokok pada masa kolonial dan pasca kemerdekaan Indonesia.

Pak Raja menyebut nama Jeng Yah ketika sakit keras dan ingin bertemu Jeng Yah sebelum ajal menjemputnya.

Ketiga anak pak Raja, Lebas, Karim, dan Tegar diminta oleh ibunya untuk pergi ke pelosok Jawa untuk bertemu Jeng Yah.

Perjalanan ketiganya bagai menyelam ke lautan sejarah industri rokok saat masa kolonialisme hingga pasca-kemerdekaan.

Lebas, Karim, dan Tegar tidak sengaja bertemu pelinting tua dan menguak asal-usul Kretek Djagad Raja hingga menjadi rokok nomor 1 di Indonesia.

Sejak itu, ketiga anak Pak Raja mengetahui rahasia masa lalunya dengan Jeng Yah, pemilik rokok Kretek Gadis di kota M yang terkenal di zamannya.

5. Pertarungan Pengusaha Rokok Kretek

Seperti judulnya, serial ini akan menceritakan tentang sejarah rokok kretek dan perkembangannya di Indonesia.

Novel Gadis Kretek menceritakan kemampuan industri rokok mengubah nasib para pengusaha dan orang-orang di sekitarnya.

Tak hanya itu, industri rokok dalam novel Gadis Kretek juga dikaitkan dengan persoalan politik yang sedang berkecamuk pada tahun 1965 di Indonesia.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)(Tribun Jabar/Tarsisius Sutomonaio)

Artikel lain terkait Gadis Kretek

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas