Putrinya Lagi Haid, Ingin Khatam Al Quran di 10 Malam Terakhir Ramadan, Meisya Siregar Tanya Ustaz
Putri sulung Meisya Siregar dan Baby Romeo ini terlihat membaca Al Quran, padahal di saat yang sama ia sedang tidak suci atau mens.
Editor: Anita K Wardhani
TRIBUNNEWS.COM - Meisya Siregar bertanya-tanya setengah menegur Lyrics Syabila Mu Saqeena anaknya.
Putri sulung Meisya Siregar dan Baby Romeo ini terlihat membaca Al Quran, padahal di saat yang sama ia sedang tidak suci atau mens.
"Kak, kok kakak ngaji? Kakak kan lagi mens,"? tanya Meisya Siregar saat mendengar dan melihat Meisya mendengar putrinya membaca Al Quran.
Baca juga: Bebi Romeo Jalani Operasi Pengangkatan Kantong Empedu, Meisya Siregar Singgung Pola Hidup sang Suami
Dari percakapan Mesiya Siregar diketahui anaknya ini sedang bersemangat ingin khatam/tamat Al Quran menjelang 10 malam terakhir Ramadan.
Diketahui jika banyak orang berlomba-lomba untuk meraih malam kemuliaan lailatul qadar di 10 hari terakhir ramadan.
Beragam ibadah dilakukan, mulai dari beritikaf, membaca al quran, memperbanyak sholat sunnah hingga berdzikir.
Bulan Ramadhan menjadi bulan yang mulia karena adanya peristiwa turunnya Al-Quran, yang disebut malam qadar atau Lailatul Qadar.
Dalam buku Panduan Ramadhan terbitan Pustaka Muslim dijelaskan, dalam berbagai riwayat hadist, Lailatul Qadar disebutkan terjadi di 10 hari terakhir di bulan Ramadhan.
Baca juga: Meisya Siregar Rasakan Nikmatnya Momen Buka Puasa dan Tarawih, Ada Keintiman Dalam Keluarga
Umat muslim dianjurkan untuk menghidupkan malam qadar dengan memperbanyak ibadah.
"Kan aku pengen khatam bund, masa aku gak bisa ngaji," ucap Lyrics Syabila Mu Saqeena sang anak pada Meisya Siregar.
Dialog pun berlanjut, Mesiya Siregar mengingatkan jika perempuan haid dilarang memegang Mushaf/Al Quran.
"Tapi kan gak boleh pegang mushaf kak," kata Meisya Siregar.
Mendengar apa kata Meisya Siregar, anaknya belum bisa menerima.
"Kan ini ada artinya, jadi boleh dong ngaji," jawab putri Meisya Siregar.
Meisya Siregar pun menyudahi perdebatan dengan bertanya pada ustaz.
Bolehkah perempuan haid membaca Al Quran?
Meisya Siregar pun mentag akun ig @habib.anis.assegaf untuk menanyakan hal ini.
Jawaban ustaz Habib Anis Assegaf adalah sebagai berikut:
"Wanita yang haid bolehkah membaca Al Quran? Menurut Imam Syafii tidak diperbolehkan menyentuh membawa hingga membaca Al Quran," jawab sang ustaz.
Namun demikian, ada pengecualian.
"Kecuali hafal surat pendek dalam Al Quraan. Niat berzikir ya, tidak menbaca Al Quran," jelasnya.
Karena itu mereka yang sedang haid meski diiringankan, seolah dapat liburan atau dispensasi, namun diingatkan agar selalu ingat pada Allah dengan beristighfar dan dzikir.
Amalan Perempuan Haid di 10 Malam Terakhir Ramadan
Lantas, bagaimana mereka yang haid saat 10 malam terakhir ramadan? Masih kah punya kesempatan yang sama meraih pahala besar?
Dalam sebuah riwayat, Aisyah menceritakan Rasulullah sangat bersungguh-sungguh pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan, melebihi kesungguhan beliau di waktu yang lainnya.
“Apabila Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memasuki sepuluh hari terakhir (bulan Ramadhan), beliau mengencangkan sarungnya (untuk menjauhi para istri beliau dari berjima’), menghidupkan malam-malam tersebut dan membangunkan keluarganya.” (HR. Bukhari no. 2024 dan Muslim no. 1174).
Yang dimaksudkan dengan menghidupkan Lailatul Qadar adalah menghidupkan mayoritas malam dengan ibadah dan tidak mesti seluruh malam.
Lantas, bagaimana seorang wanita yang sedang mengalami haid, bagaimana cara menghidupkan malam Lailatul Qadarnya?
Wanita yang sedang haid, nifas, dan musafir tetap bisa menghidupkan malam qadar.
Namun karena wanita haidh dan nifas tidak boleh melaksanakan shalat ketika kondisi seperti itu, maka dia boleh melakukan amalan ketaatan lainnya.
Dari arsip Tribunnews.com, Wakil Sekretaris Majelis Tabligh PP Muhammadiyah, Miftahulhaq, M.S.I mengatakan, seseorang yang tidak berpuasa karena kondisi yang dibolehkan oleh syariat tetap mendapatkan hak yang sama untuk bisa menghidupkan malam qadar.
Wanita yang haidh dapat membaca Al Qur’an tanpa menyentuh mushaf, selain itu juga bisa memperbanyak dzikir, memperbanyak istigfar dan mengucap doa.
"Orang-orang yang tidak berpuasa karena memang kondisi yang dibolehkan oleh syariat dia mendapatkan hak yang sama, selama dalam aktivitas kesehariannya dia tetap terus mendekatkan diri kepada Allah," kata Miftah saat berbincang di acara Oase Tribunnews.com.
"Bagi wanita haid, memang persoalan membaca al quran masih ada perdebatan mengenai boleh tidaknya, tapi kan kalau berdzikir tidak. Berdizkir, istighfar, tasbih membaca doa itu kan tidak ada larangan," terangnya.
Sangat dianjurkan untuk memperbanyak doa pada Lailatul Qadar, lebih-lebih doa yang dianjurkan oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana terdapat dalam hadits dari Aisyah.
Beliau, Radhiyallahu ‘anha berkata: "Wahai Rasulullah, apa pendapatmu jika aku mengetahui suatu malam adalah Lailatul Qadar. Apa yang mesti aku ucapkan saat itu?” Beliau menjawab,
”Katakanlah: ‘Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu anni’ (Ya Allah sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf yang menyukai permintaan maaf, maafkanlah aku).”
Kapan waktu Lailatul Qadar ini?
Miftah menerangkan, malam Lailatul Qadar merupakan rahasia dari Allah dan merupakan hak prerogatif-Nya.
"Kapan datangnya ini sejatinya rahasia Allah, kita tidak pernah mengetahui kapan Allah akan menjadikan malam itu sebagai malam Lailatul Qadar," ujar Miftah.
Berdasar referensi hadits yang ada, disebutkan bahwa Lailatul Qadar terjadi di malam-malam 10 hari terakhir bulan Ramadhan.
"Rasulullah pun memerintahkan untuk carilah atau intailah keberkahan di 10 hari malam terakhir di bulan Ramadhan," terang Miftah.
Meski begitu, ada pula pendapat lain yang menyebutkan lebih spesifik tentang terkait tanggal Lailatul Qadar.
"Tapi ada juga yang mengatakan bahwa Lailatul Qadar itu datangnya di tanggal-tanggal khusus, ada tanggal 21, tanggal 23, tanggal 25 Ramadhan, itu juga ada pendapat seperti itu dari Ibnu Abbas yang diriwatkan dari hadits Imam Bukhari," kata dia.
"Tapi juga ada yang mengatakan bahwa sejatinya malam Lailatul Qadar itu datang sejak awal bulan Ramadhan," imbuhnya.
Secara tanda-tanda, kata Miftah, sangat sulit untuk mendeskripsikan bagaimana tanda-tanda datangnya Lailatul Qadar, meski memang ada riwayat yang menyebut soal tanda-tanda Lailatul Qadar ini.
"Ini tidak bisa seperti melihat barang secara kasat mata karena ini sesuatu yang ghaib yang Allah anugerahkan kepada kita semua," jelasnya.
Referensi terkait tanda-tanda Lailatul Qadar ini di antaranya hadist dari Imam Ahmad, bahwa:
"Dan tanda-tanda lailatul qodar adalah cuaca dalam kondisi bersih cemerlang seakan ada bulan purnama tenang tidak dingin dan tidak panas."
Namun demikian, kata Miftah, hal itu tidak bisa dijadikan indikator secara pasti karena mamang kapan Lailatul Qadar merupakan rahasia Allah.
"Itu salah satu saja, dan ini tidak bisa dijadikan indikator pasti, semua itu menjadi rahasia Allah," kata Miftah yang juga merupakan Dosen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ini.
Ia mengingatkan, motivasi ibadah di 10 hari terakhir Ramadhan hendaknya dilakukan untuk mendorong agar berproses lebih lebih baik dalam beribadah.
"Luruskan niatnya, bersihkan hati kita, fokus ibadah kita, itu yang menjadi penting. Jangan sampai kemudian kita terbuai hanya mencari 1000 bulan sehingga kemudian kita abai dengan yang lain itu tidak boleh."
"Kita harus tetap fokus pada prosesnya bahwa nanti dapat 1000 bulan atau tidak itu kita serahkan semua pada Allah," jelas Miftah.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.