Mengenal Kramat Tunggak, Judul Film Siskaeee, Lokalisasi Terbesar se-Asia Tenggara, Kini Jadi JIC
Siskaeee bermain dalam film berjudul Kramat Tunggak. Apa itu Kramat Tunggak?
Penulis: Pravitri Retno Widyastuti
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.com - Selebtwit dan selebgram konten dewasa, Fransiska Chandra Novitasari alias Siskaeee, merambah dunia akting.
Siskaeee bermain dalam film genre dewasa berjudul Kramat Tunggak.
Film Kramat Tunggak ini tidak tayang di bioskop, melainkan hanya bisa disaksikan secara online di situs Kelas Bintang.
Meski demikian, situs ini tidak bisa diakses secara mudah karena merupakan bioskop online khusus film dewasa.
Dikutip dari akun Instagram Kelas Bintang, @kelasbintang_, film Kramat Tunggak sudah tayang sejak 21 April 2023.
Dalam film yang diangkat dari kisah nyata ini, Siskaeee didapuk menjadi pemeran utama.
Baca juga: Kabar Terbaru Siskaeee, Kini Bebas dari Penjara, Berikut Perjalanan Kasus yang Menjeratnya
Sebagai informasi, Siskaeee pernah ditahan 10 bulan buntut kasus konten dewasa di Bandara Yogyakarta International Airport (YIA) Kulon Progo, DIY, yang viral di Twitter pada 23 NOvember 2021.
Ia kemudian divonis 10 bulan penjara dan denda Rp250 juta oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Wates.
Siskaeee pun resmi bebas pada 19 Juli 2022.
Mengenal Kramat Tunggak
Kramat Tunggak adalah lokasi nyata.
Namun, lokasi Kramat Tunggak saat ini hanya tinggal nama.
Dilansir islamic-center.co.id, Kramat Tunggak dulunya adalah lokalisasi di Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Krama Tunggak terletak di Kramat Jaya RW 019, Kelurahan Tugu Utara, Kecamatan Koja, Tanjung Priok dan menempati lahan seluas 109.435 meter persegi.
Awalnya, Kramat Tunggak diresmikan oleh mantan Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin, sebagai Lokasi Rehabilitasi Sosial (Lokres) bernama Panti Sosial Karya Wanita (PKSW) Teratai Harapan Kramat Tunggak.
Lokres ini dibangun untuk membina para PSK di Jakarta yang kebanyakan berasal dari Pasar Senin, Kramat, dan Pejompongan.
Tetapi, para muncikari yang menempati lokres itu justru memanfaatkan PSK yang berkumpul untuk kembali pada profesi semula.
Akhirnya, lokres pun ditetapkan secara resmi menjadi lokalisasi lewat SK Gubernur DKI Jakarta No. Ca.7/I/13/1970 tentang Pelaksanaan Usaha Lokalisasi/Relokasi Wanita Tuna Susila serta Pembidangan dan Tanggung Jawab yang ditandatangani Ali Sadikin.
Saat Kramat Tunggak pertama dibuka pada 1970-an, ada 300 pekerja seks komersial (PSK) dan 75 muncikari.
Baca juga: Siskaeee Buat Video Syur untuk Dapat Kepuasan dan Uang, Polisi: Ada Trauma Masa Lalu
Jumlah itu terus bertambah hingga tahun 1999 berjumlah 1.615 yang ada di bawah asuhan 258 muncikari.
Ribuan wanita itu tinggal di 277 unit bangunan yang memiliki 3.546 kamar.
Lokalisasi inipun terkenal hingga ke seluruh Asia Tenggara.
Bahkan, Kramat Tunggak menjadi lokalisasi terbesar se-Asia Tenggara.
Kramat Tunggak pun menjadi sumber penghidupan bagi banyak orang.
Setidaknya, ada 700 pembantu, 800 pedagang asongan, dan 155 tukang ojek, serta tukang cuci dan pemilik warung makan, yang menggantungkan hidup di Kramat Tunggak.
Akhirnya Ditutup
Meski demikian, Kramat Tunggak menuai kontra karena tidak sesuai citra Jakarta yang berkaitan erat dengan budaya Betawi sebagai komunitas Islam.
Para ulama dan masyarakat pun mendesak supaya lokalisasi Kramat Tunggak ditutup.
Banyaknya desakan dari sejumlah pihak pun berbuntut penutupan Kramat Tunggak pada 1999.
Ditutupnya Kramat Tunggak ini berdasarkan SK Gubernur KDKI Jakarta Nomor 6485/1998.
Selanjutnya, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melakukan pembebasan lahan dan diusulkan dibangun menjadi pusat perdagangan, perkantoran, serta lain sebagainya.
Tetapi, Gubernur DKI Jakarta kala itu, Sutiyoso, memiliki ide untuk membangun Islamic Centre di bekas Kramat Tunggak.
Sutiyoso menyampaikan gagasannya itu kepada Rektor UIN Syarif Hidayatullah saat itu, Prof Azzumardi Azra, ketika mereka berada di New York di sela-sela kunjungan ke PBB pada April 2001.
Baca juga: Ramai Kasus Siskaeee, Apa Itu Eksibisionisme? Ahli Beri Penjelasan
Master plan pembangunan Jakarta Islamic Centre (JIC) pun dimulai pada 2002, dengan melakukan studi banding ke Islamic Centre di Mesir, Iran, Inggris, dan Prancis.
Setelah jadi, JIC diresmikan oleh Sutiyoso pada 4 Maret 2003.
JIC sempat mengalami kebakaran pada Oktober 2022 yang disebabkan oleh percikan api las saat renovasi.
Buntut dari kebakaran itu, Polres Metro Jakarta Utara mengamankan empat pekerja PT Dwi Agung Sentosa Pratama yang merenovasi kubah JIC.
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W/Endra Kurniawan)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.