Angka Perceraian Tinggi, Kepala BKKBN: Indeks Pembangunan Keluarga Bisa Turun
Data menunjukkan belakangan ini lebih dari 500 ribu perceraian terjadi setiap tahun di Indonesia.
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dr Hasto Wardoyo soroti tingginya angka perceraian di Indonesia.
Data yang dimiliki Hasto menunjukkan belakangan ini lebih dari 500 ribu perceraian terjadi setiap tahun.
Hasto menyatakan keprihatinannya bahwa angka perceraian semakin meningkat.
Imbas dari angka perceraian yang tinggi ini nyatanya bisa berdampak pada Indeks Pembangunan Keluarga.
“Indeks Pembangunan Keluarga bisa turun kalau seandainya banyak perceraian. Itu dampak terhadap indeks ya," ungkap Hasto pada keterangannnya, Rabu (3/4/2024).
Selain itu, kata Hasto dampak perceraian bagi keluarga sendiri adalah munculnya broken home.
Baca juga: Kasus Perceraian 500 Ribu Per Tahun, BKKBN Khawatir soal Ketahanan Keluarga Indonesia
Hasto singgung soal orangtua yang bercerai yang bisa mengakibatkan anak tidak terurus dengan baik, sehingga parenting atau pola asuh menjadi tidak baik.
Pola asuh yang tidak baik bisa memengaruhi kebahagiaan anak.
Kata Hasto, salah satu penyebab stunting karena anak tidak bahagia.
"Kalau anak tidak happy, makannya nggak bagus,” kata Hasto.
Menurutnya, anak yang hidup dalam keluarga broken home memiliki ketahanan yang lemah.
Karena salah satu indikator dalam Indeks Pembangunan Keluarga (iBangga) adalah ketenteraman.
Jika perceraian tinggi, maka ketenteraman di dalam keluarga akan turun.