TRIBUNNEWS.COM – Masih ingat Fabian Barthez? Pria pelontos ini sangat populer ketika membela Manchester United, dan ikut mempersembahkan dua gelar juara Premier League untuk Setan Merah pada musim 2000-2001 dan 2002-2003.

Di timnas Prancis sendiri namanya cukup melegenda. Pria yang kini berusia 42 tahun ini mengantar negaranya menjuarai Piala Dunia 1998, dan kampiun Piala Eropa 2000, serta mencapai final Piala Dunia 2006.

Setelah gantung sepatu pada 2006, nama Barthez seolah tenggelam. Tengah pekan ini namanya kembali jadi bahan pembicaraan. Ini terjadi setelah pria yang memperoleh gelar bangsawan chevalier of the legion d'honneur dari Kerajaan Prancis pada 1998 ini meraih gelar juara di Prancis GT seri motorsport. Lho?

Ya, rupanya setelah pensiun dari sepak bola, Barthez tak mengikuti jejak rekan-rekannya yang kebanyakan beralih profesi jadi pelatih, pemandu bakat, atau agen pemain sepak bola.

Ia langsung banting setir dengan menjadi pembalap mobil. Di ajang Prancis GT seri motorsport tersebut, Barthez dan partnernya, Morgan Moullin-Traffort dari tim Sofrev ASP juara setelah dua kali menang dan empat kali naik podium sepanjang musim. Total ia meraih 174 poin atau 21 angka lebih baik dari rival terdekat mereka, juara dunia reli Sebastian Loeb.

Pembalap pelontos ini mengendarai mobil Ferrari 458 Italia GT, yang bisa dipacu sampai kecepatan 202 mph atau sekitar 325 kilometer/jam. Mobil Ferrari ini sama dengan yang biasa dipakai John Terry, Frank Lampard, dan Jack Wilshere mengitari kota London.

Ia mengaku, sudah sejak lama menyukai dunia otomotif, bahkan saat masih menekuni karier sebagai pemain sepak bola. Namun, kata Barthez, dirinya mulai serius menekuni dunia balap mobil sejak 2007 lalu.

Debut Fabian Barthez di dunia otomotif dimulai dengan mengikuti kompetisi di ajang Porsche Carrera Cup di Prancis bersama tim SOFREV Auto Sport Promotion pada 2008. Di tahun itu, ia juga mengikuti dua even di ajang THP Spider Cup. Sebagai debutan, ia gagal meraih satu kemenangan pun di tiga even tersebut.

Pada 2009, frekwensi membalapnya makin meningkat. Barthez mengikuti sejumlah turnamen seri motorsport seperti, French GT Championship, Bioracing Series, dan the Caterham Sigma Cup France, seperti juga Porsche Carrera Cup France. Lagi-lagi, di tahun ini ia belum juga menginjakkan kakinya di podium.

Baru pada 2010, ia mencicipi podium pertamanya. Hal itu didapat ketika Barthez menjuarai race 1 FFSA GT Championship di Dijon-Prenois. Tahun lalu, Barthez meraih kemenangan pertamanya di ajang FFSA seri Circuito de Navarra, dan menempati peringkat tujuh di akhir kompetisi.

"Saya selalu terpesona oleh balapan mobil, bahkan ketika aku sedang bermain sepak bola. Hal itu selalu menggelitik saya," kata Barthez. "Saya ingin memahami bagaimana rasanya berada di dalam mobil. Saya harus menunggu sampai akhir karier pro saya untuk mencobanya," katanya.

Dikatakan olehnya, balap mobil jadi olahraga pilihannya di antaranya karena tak mengenal batasan usia. "Banyak yang bilang, balap mobil tak seperti sepak bola. Kamu masih akan tetap bersinar sekali pun sudah berusia 40 tahun ke atas," ujarnya lagi.

Mantan kiper Marseille ini juga tak menampik dirinya sangat tertarik untuk ikut membalap di ajang masyhur Le Mans 24-hour. "Le Mans adalah balapan yang sangat bergengsi. Akankah saya membalap di sana satu hari nanti? Saya tak tahu pasti. Tapi untuk saat ini, saya harus akui bahwa saya masih kurang berpengalaman untuk iktu balapan di sana," ujarnya merendah. (Tribunnews.com/den)