Sean Winshand Cuhendi: Saya Merasa Tidak Dihargai Negara
Selama di Hungaria, Sean Winshand Cuhendi, pecatur muda berbakat asal Indonesia, tidak menemui kemudahan.
Penulis: Deodatus Pradipto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Selama di Hungaria, Sean Winshand Cuhendi, pecatur muda berbakat asal Indonesia, tidak menemui kemudahan. Karena masih di bawah umur, dia tinggal bersama keluarga diplomat dari Kedutaan Besar Republik Iindonesia (KBRI) untuk Hungaria.
Winshand mengaku, selama tinggal di sana dia diperlakukan tidak semestinya. Selain itu, Winshand mengaku pernah diajak tidak mengikuti turnamen, hanya karena ingin diajak pelesir.
"Mama sampai berkomunikasi dengan pihak organizer untuk membujuk orang yang bersangkutan agar saya bisa ikut turnamen. Saya tetap bisa ikut turnamen, tapi dia marah," ungkap pemuda berwajah oriental.
Perjuangan Winshand untuk menimba pengalaman di catur juga penuh rasa kecewa terhadap lembaga negara. Empat tahun lalu, Winshend menjadi peringkat ketujuh di suatu turnamen di Rusia.
Namun, Winshand tidak mendapat perhatian karena ada pecatur Indonesia lainnya. Ketika itu, pecatur perempuan, Chelsea Monica, berhasil mengakhiri turnamen di peringkat ke-13.
Namun, Monica lah yang mendapat pengakuan dari Percasi dan media-media di Indonesia, sebagai pecatur Indonesia dengan peringkat tertinggi di turnamen tersebut.
"Sewaktu acara apresiasi di KBRI (Rusia), dia dan seorang pecatur termuda dipanggil ke panggung dan mendapat sertifikat. Saya sama sekali tidak dipanggil. Saya kaget, merasa tidak dihargai. Poin saya 6, sedangkan dia 5,5. Mana yang lebih besar?" tutur Winshand yang mengaku saat itu hanya bisa diam dan tidak berani protes.
Menurut pengakuan Winshand, hal tersebut terjadi bukan karena kesalahan pihak KBRI. Winshand mengatakan, pihak Percasi tidak memberitahu pihak KBRI, jika dirinya merupakan pecatur Indonesia dengan peringkat tertinggi. Media-media di Indonesia pun menulis Chelsea Monica sebagai pecatur Indonesia dengan peringkat tertinggi. (*)