Jose Rizal: EQINA Akan Terus Membina Tanpa Diskriminasi, Setara dan Terbuka
Keprihatinan mendalam kini dirasakan oleh masyarakat equestrian Indonesia
Editor: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Keprihatinan mendalam kini dirasakan oleh masyarakat equestrian Indonesia. Rencana pergelaran kompetisi bersama yang melibatkan keikutsertaan insan-insan equestrian terbaik di tanah air, baik atlet-atlet yang sebagian besar tergabung dengan Equestrian Indonesia (EQINA), dan mereka yang berada dalam naungan Equestrian Federation of Indonesia (EFI), sudah dipastikan tidak akan terealisasi.
Ironisnya, indikator pembatalan dari gelaran bersama atlet EQINA dan EFI ini justru disebabkan oleh adanya tekanan dari unsur pimpinan EFI yang menghendaki dipenuhinya sejumlah persyaratan oleh EQINA sebelum penyatuan 'event' tersebut diwujudkan.
Diantara persyaratan tersebut, EQINA sebagai sebuah organisasi yang memayungi klub-klub equestrian diminta untuk membubarkan diri. Disampin itu, EFI juga menyatakan tidak dapat melegalisasi keikutsertaan atlet-atlet EQINA dalam pelatnas untuk kompetisi berkuda Asian Games 2014 Incheon, dan SEA Games 2015 Singapura.
Dalam hal ini pimpinan EFI tidak mengakui kesepakatan yang sudah diambil dalam pertemuan koordinasi antara Ketua Satlak Prima Mayjen (Pur) Suwarno dengan Sekjen EFI Triwatty Marciano, penasehat EFI Rafiq Hakim Radinal, dan Jose Rizal Partokusumo sebagai ketua umum EQINA.
Sebelumnya, antara ketua umum EQINA Jose Rizal Partokusumo dan Sekjen EFI Triwatty Marciano telah dicapai kesepakatan untuk adanya kalender kegiatan bersama EQINA dan EFI.
Ada 13 kompetisi dari EQINA dan EFI yang masuk dalam kalender kegiatan bersama tersebut, dimana pelaksanaannya dilakukan oleh 'event organizer' yang disepakati.
Akan tetapi, pimpinan EFI belakangan mengajukan sejumlah persyaratan seperti disebutkan diatas, termasuk bagaimana EQINA harus meminta PP Pordasi untuk mencabut gugatan bandingnya ke Pengadilan Arbitrase Internasional (CAS) setelah gugatannya ke Komite Olimpiade Indonesia (KOI) tidak diterima atau ditolak oleh Badan Arbistrase Keolahragaan
Indonesia (BAKI), yang berada dibawah naungan KOI.
PRESTASI
Menyusul adaya kesepakatan antara ketua umum EQINA Jose Rizal Partokusumo dengan Sekjen EFI Triwatty Marciano, pada 6 Februari 2014 ketua umum EFI Irvan Jusrizal Gading disertai beberapa pimpinan EFI lainnya mengadakan pertemuan dengan Ketua Satlak Prima Suwarno, Kabid Pembinaan Organisasi KONI Pusat Sudirman, yang juga dihadiri oleh Sekjen EFI Triwatty Marciano dan penasehat EFI Rafiq Hakim Radinal.
Pertemuan juga diadakan dengan pembina EFI, Marciano Norman. Setelah itu, ketua EFI Irvan Gading mengirimkan surat ke ketua umum EQINA Jose Rizal Partokusumo, 10 Februari. Disamping terkait persyaratan untuk diadakannya kalender kegiatan bersama, surat itu juga seperti mengkoreksi kesepakatan untuk diikutkannya atlet EQINA untuk pelatnas berkuda Asian Games 2014 Incheon dan SEA Games 2015 Singapura.
"Padahal secara jelas dan gamblang dalam meeting 29 Januari antara Ketua Satlak Prima bapak Suwarno dengan ibu Triwatty Marciano selalu Sekjen EFI, Rafiq Hakim Radinal selaku penasehat EFI, pak Ruminta dari bidang humas dan media EFI, dan saya sendiri sebagai ketum EQINA, disepakati bahwa untuk pelatnas Asian Games 2014 dan SEA Games 2015
seluruh potensi bangsa harus diundang untuk pencapaian prestasi pada kedua event tersebut. Pada kesempatan itu, kita semua sepakat bahwa parameternya adalah WNI dan prestasi, apalagi untuk Asian Games yang notabene persaingan untuk menjadi juara sangatlah berat," papar Jose Rizal Partokusumo, ketua umum EQINA.
Selain perihal atlet nasional, dalam surat EFI bertanggal 10 Februari yang dikirim ke EQINA, disebutkan bahwa EFI akan menerima atleta-atlet EQINA apabila PP Pordasi mencabut gugatannya ke CAS (Court of Arbitration for Sports) dan EQINA membubarkan diri.
Sekali lagi, kata Jose, ini merupakan sesuatu syarat yang kontra produktif, karena 'de jure' gugatan Pordasi kepada CAS adalah diluar konteks EQINA yang merupakan organisasi yang Independent, begitu juga Pordasi.
EQINA memang berafiliasi sebatas mengisi Komisi Equestrian pada struktur organisasi PORDASI.
"Namun demikian, kita tidak bisa saling mengintervensi, karena kita juga punya AD ART masing-masing. Lagipula dari sisi lain gugatan hukum untuk mencari keadilan adalah hak warga negara, tidak ada yang bisa mengintervensinya. Biarkan masalah hukum
bergulir hingga pada satu keputusan yang memiliki kepastian hukum yang tetap. Bila memang merasa benar kenapa mesti takut dengan ketetapan hukum?," Jose mempertanyakan.
AKUI EFI
Menurut Jose Rizal Partokusumo, kebebasan berserikat dan berorganisasi juga merupakan hak warga negara.
"Kenapa EFI mensyaratkan EQINA harus membubarkan diri, padahal de facto EQINA mengakui EFI sebagai pemegang mandat NF dari FEI (Federation Equestrian International), yang mana ini dibuktikan dengan secara administratif surat-surat EQINA kepada EFI, seperti misalnya yang baru saja diterbitkan yaitu Surat Pengajuan Nama-nama Atlet Nasional untuk diajukan kepada Satlak Prima. Bila EQINA tidak menyadari bahwa EFI
adalah NF, maka serta merta EQINA akan bersurat langsung kpd Satlak Prima," papar Jose, pemilik JN Stud & Stable, Sentul.
"Apa yang salah dengan EQINA? Kalaupun kita memilih berafiliasi dengan PORDASI itu pun karena sebagian besar klub equestrian yang merupakan komunitas equestrian tidak diakui sebagai Anggota EFI, hanya karena pada waktu itu November 2012 klub klub ini menanyakan mengenai agenda Munas," tutur Jose Rizal.
"Saya selaku Ketum EQINA sekaligus juga penggiat olahraga sangat prihatin dengan situasi dan kondisi ini, padahal yang namanya organisasi olahraga tujuan dasarnya adalah melakukan pembinaan olahraga. Janganlah organisasi olahraga dijadikan ajang untuk eksistensi sekelompok orang yang haus akan kekuasaan," jelas Jose.
Ketum EQINA kemudian menyitir sebuah pernyataan penting yang tertuang dalam Piagam Olimpiade, atau Olympic Charter: "The practice of Sport is human right. Every individual must have the possibility of Practicing Sport, without discrimination of any kind and in the Olympic Spirit, which requires mutual understanding with a spirit of Friendship, Solidarity and Fair Play"
"Marilah kita insan bangsa Indonesia, pecinta olahraga equestrian untuk membuang jauh ego kita masing masing. Kedepankan PEMBINAAN, pikirkanlah berapa ratus atlet Indonesia dibawah naungan EQINA yang harus terdiskriminasi, dipolitisasi. Apakah ini karya kita untuk
negeri tercinta, Indonesia? Ingat hidup ini hanya sementara, sebagai pemimpin atau Imam pertanggungan-jawabnya dunia akhirat, jadilah pemimpin yang arif bijaksana, jauhkan kedholiman," tegas Jose Rizal yang juga mantan atelt taekwondo nasional itu.
Atas perkembangan terakhir ini, terang Jose, untuk sementara EQINA akan tetap menjalankan kegiatannya sebagaimana yang sudah berlangsung selama ini dan merencanakan dalam 2014 ini untuk mengirim beberapa atletnya mengikuti event equestrian internasional yang bersifat terbuka di luar negeri, yang tentunya yang tidak memerlukan Rekomendasi NF.
"EQINA Pordasi akan terus hidup membina equestrian untuk kemaslahatan komunitas equestrian Indonesia, tanpa diskriminasi, kesetaraan dan terbuka!," tegas Jose. (tb)