Dinda Mundur, EFI Makin Tidak Kredibel
Kepengurusan Federasi Equestrian Indonesia (EFI) kini benar-benar sudah rapuh
Editor: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS, COM.JAKARTA - Kepengurusan Federasi Equestrian Indonesia (EFI) kini benar-benar sudah rapuh. Walau masih berstatus sebagai 'NF' atau federasi nasional dari equestrian, namun EFI praktis sudah kehilangan legitimasi.
Setelah ditinggal oleh APM Stable yang selama ini menjadi pendukung utama, EFI terakhir kehilangan kepercayaan dari Dinda, salah satu tokoh equestrian yang pemilik klub Equinara. Sejak Rabu (21/10) lalu Dinda sudah mengundurkan diri dari EFI.
Pemilik Equinara Stable ini memangku jabatan strategis di EFI, bidang binpres.
Pernyataan pengunduran diri Dinda dari EFI bahkan disampaikan juga kepada salah seorang sahabatnya di komunitas equestrian nasional, yakni Dewi Anggraeni.
"Setelah ibu Watty dengan APM Stable-nya menarik diri dari EFI, Dinda yang selama ini sendirian menyokong kegiatan EFI," ungkap Dewi Anggraeni, sekjen Equestrian Indonesia (Eqina).
Perihal sudah tidak aktifnya Dinda dengan Equinara-nya di EFI juda diamini Jose Rizal Partokusumo dan B Bibit Sucipto, dua pengurus Eqina lainnya.
"Ya, saya dengar seperti itu, Dinda sudah resign dari kepengurusan EFI. Sebelumnya dia salah satu pengurus aktif di EFI," jelas Jose, pemilik JN Stud Stable yang juga ketua umum Eqina.
"Kalau tidak keliru Dinda selama ini mengurus bidang binpres, khususnya jumping," ujar Bibit Sucipto, pembina Pegasus Stable yang juga kabid binpres Eqina.
KEHILANGAN KREDIBILITAS
Dengan mundurnya Dinda, praktis tinggal Irvan Gading yang mengurus EFI. Teman-temannya satu persatu meninggalkannya. Irvan Gading memang masih mengetuai EFI, yang secara legalitas juga masih menjadi federasi nasional dari equestrian.
Akan tetapi, setelah ditinggalkan anggotannya, EFI tak lagi punya kredibilitas. Pengunduran diri Dinda dari kepengurusan EFI direspon secara positif oleh rekan-rekannya di komunitas equestrian, yang sebagian besar berhimpun dibawah naungan Eqina-Pordasi.
Dari total 38 klub eqiestrian, mayoritas bergabung dengan Eqina-Pordasi.
Dalam upaya meningkatkan pembinaan equestrian, kini sudah terbentuk pula 'event organizer equestrian Indonesia', dengan APM Stable menjadi salah satu penggeraknya. Turnamen 'Cinta Indonesia Open'/CIO VIII-2014 yang digelar 31 Oktober-2 November mendatang di APM Stable, Tigaraksa, Tangerang, kini diselenggarakan oleh 'event organizer equestrian Indonesia' tersebut.
Seluruh anggota Eqina berpartisipasi di CIO-2014 ini. Saat APM Stable masih menjadi pendukung EFI, hampir tak ada tak ada riders dari klub anggota Eqina yang berkompetisi di CIO.
LEMPAR HANDUK
Setelah pengunduran diri Dinda, EFI mestinya sudah harus 'lempar handuk'. Tapi, EFI masih merasa jemawa. Buktinya, akhir pekan ini mereka menggelar semacam seleksi untuk pembentukan tim equestrian nasional melalui turnamen di JPEC, Sentul. Sudah pasti turnamen ini tidak akan menarik minat para riders bukan anggota EFI.
Apalagi, riders-riders terbaik tanah air sudah memastikan kehadirannya di CIO-2014, pekan depan. Jadi, apa artinya seleksi tanpa keterlibatan riders-riders utama? Di sisi lain, otoritas olahraga nasional sendiri kini sudah semakin memahami permasalahan dualisme pengelolaan equestrian tersebut. Ketua Umum KONI Pusat, Tono Suratman, akhirnya mengembalikan penyelesaian permasalahan dualisme itu kepada komunitas equestrian.
Ia menginginkan komunitas equestrian bersatu. Solusinya?
"Kita kembalikan sesuai ketentuan yang berlaku dalam AD/ART KONI Pusat," kata Tono Suratman.
Merujuk pada ketentuan persyaratan keanggotaan KONI Pusat, maka EFI sejak awal tak bisa menjadi anggota KONI Pusat. Persyaratan untuk menjadi anggota KONI Pusat adalah, minimal memiliki 10 kepengurusan daerah (pengprov), dengan masing-masing pengprov memiiki dua pengurus cabang (pengcab).
Ironisnya, sejak dilantik menjadi anggota KONI Pusat pada 2013, EFI ditengarai belum memiliki satu 'perwakilan' di daerah.
Ketua Umum PP Pordasi Mohammad Chaidir Saddak dan pemilik APM Stable Triwatty Marciano menyambut baik pernyataan Tono Suratman tersebut. Inilah memang yang ditunggu-tunggu. Rekonsiliasi diantara stakeholders equestrian sulit terwujud jika mereka tidak dalam posisi yang setara.
Dalam kaitan itu, EFI memang harus dibubarkan dulu. Atau, KONI Pusat yang membekukannya, karena ternyata EFI tak bisa mewakili masyarakat equestrian. Tono Suratman hadir dalam acara penyampaian keterangan pers Triwatty Marciano dkk dari event organizer equiestrian Indonesia terkait dengan pelaksanaan turnamen CIO-2014, Rabu (22/10) sore lalu di Hotel Borobudur.
Acara tersebut juga dihadiri Ketua Umum PP Pordasi, serta perwakilan komunitas equestrian seperti Jose Rizal Partokusumo, Bibit Sucipto, Johanes Lukito, Dewi Anggraeni, dan Albert Pelealu. Tono Suratman bahkan berfoto bersama stakeholder equestrian tersebut. (tb)