Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Sport

Tes Doping akan Dilakukan Bertahap

Noviardi Sikumbang menjelaskan tes anti-doping tetap akan diberlakukan pada kuda pemenang

Penulis: Toni Bramantoro
zoom-in Tes Doping akan Dilakukan Bertahap
ist
drh Fitri Dewi Fathiyah 

TRIBUNNEWS, COM. JAKARTA -The Show Must Go On. Mungkin itulah perumpamaan yang tepat untuk melukiskan dinamika yang terjadi terkait dengan pergelaran Jakarta Derby, yang digelar Minggu (7/6) ini di Pulomas, Jakarta Timur. 

Setelah sempat terancam kelangsungannya, karena adanya penolakan sebagian besar peserta atas diberlakukannya tes anti-doping, kejuaraan ini akhirnya tetap tersaji.                                         

"Tes  doping tetap akan diberlakukan dengan bertahap, namun dijalankan secara profesional," ungkap Noviardi Sikumbang, Wakil Sekretaris Komisi Pacuan PP Pordasi, menggambarkan hasil pertemuan tertutup antara peserta dengan panpel Jakarta Derby dan drh.Fitri Dewi Fathiyah, tim medis dari Lembaga Anti Doping indonesia (LADI) yang menjadi mitra Pengprov Pordasi DKI Jaya untuk menjalani tes anti doping pada kuda peserta Jakarta Derby.                                                     

Noviardi Sikumbang menjelaskan, tes anti-doping tetap akan diberlakukan pada kuda pemenang di setiap nomor/kelas, utamanya juara pertama.

Namun, hasil tes tersebut tidak merubah urutan pemenang I, II & III.                                 

Kendati demikian, khusus juara pertama, hadiahnya ditunda sampai keluarnya hasil doping yang akan disampaikan dalam amplop tertutup. Jika hasil tes membuktikan adanya doping, akan diberikan sanksi.

Apa sanksinya, "Silakan saja tanya panpel kejuaraan," Noviardi berseloroh.       

Berita Rekomendasi

Sementara itu,  hadiah untuk runner-up dan peringkat ketiga akan langsung diberikan.                           

KAMPANYE ANTI-DOPING                               

Dari paparan drh. Fitri Dewi Fathiyah, Sabtu (6/6) sore di Pulomas, umumnya peserta Jakarta Derby setuju dengan program anti-doping tersebut.

Drh Fitri Dewi Fathiyah mampu meyakinkan para perwakikan klub, pelatih dan joki untuk merubah 'mindset' (pola pikir) dan pola tindak mereka yang selama ini keliru.

Untuk itu, pencerahan dan kampanye anti-doping perlu diteruskan dan ditindak-lanjuti secara berkesinambungan.                             


Jangan sampai ada jeda yg terlalu panjang. Logikanya, jika penanganan kuda pacu sudah berjalan benar, maka para pelatih tidak lagi belanja mahal obat & vitamin sia-sia. Seperti narkotika itu perlu, namun untuk menangani kasus-kasus tertentu agar penggunaannya efektif.

"Yang tidak boleh itu khan penyalahgunaan narkotika," ujar Noviardi Sikumbang, Memang dalam hal doping ada yang terlarang tanpa reserve, namun ada beberapa yang boleh digunakan 'under control' dari  veteriner.                               

"Ya, tujuannya anti-doping itu kan sangat jelas. Pertama, sebagai perwujudan aspe fair-play, kedua        untuk mendukung keselamatan joki & kuda, dan ketiga guna meneguhkan kesejahteraan dar kuda-kuda itu sendiri," papar Noviardi.                                                   

Dalam kasus Jakarta Derby ini, pemaksaan tes anti-doping secara kaku, dirasakan kurang tepat timing-nya.

Masalahnya, biar terlihat seolah heriok, kalau tes anti-doping itu tidak diberlakukan sekarang, ya keburu dunia kiamat, 

Nah, hal inilah yang  mengundang multi tafsir, seolah PP Pordasi tidak setuju dan menghalangi.

Padahal, sejatinya,  untuk hal yang  urgent tetapi sensitif itu harus hati-hati, serta terkonsep, terukur dan memang bisa diaplikasikan.                             

Masalahnya, untuk pemeriksaan sampel dari tes doping itu sendiri, sejauh ini tidak bisa dilakukan di Indonesia.

Pemeriksaan tes doping untuk kuda yang terdekat adalah di Malaysia, Thailand atau Australia. tb

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas