TRIBUNNEWS, COM. JAKARTA - Kegagalan di SEA Games XXVIII/2015, Singapura, dengan menempati possi ke-5, menjadi momentum yang tepat untuk me-review kembali kepemimpinan organisasi olahraga di Indonesia.

Kegagalan memenuhi target menggapai peringkat kedua dengan proyeksi raihan 70 medali emas itu tidak bisa dilepaskan dari ketidak-mampuan pimpinan KONI Pusat.

"Kegagalan di SEA Games Singapura ini benar-benar harus jadi momentum untuk perbaikan secara menyeluruh," ungkap Jose Rizal Partokusumo, praktisi olahraga yang mantan atlet taekwondo.

Menurut Jose Rizal Partokusumo, perlu dilakukan pergantian kepemimpinan, terutama di KONI Pusat, yang bertanggung-jawab dalam proses pencapaian prestasi atlet di tingkat regional dan internasional, dari hasil penggemblengan di Satlak Prima, yang mengendalikan operasional proses pembinaan dan pelatihan atlet.

"Dua kali berturut-turut kita gagal memenuhi target di SEA Games, yakni di SEA Games 2013 Myanmar dan sekarang ini. Harus ada perbaikan menyeluruh juga di Satlak Prima," ujar Jose.

Ketua Satlak Prima, Soewarno, sebelumnya menyatakan bahwa proses penggemblengan atlet menuju SEA Games XXVIII/2015, Singapura, jauh lebih baik dibanding saat persiapan menghadapi SEA Games 2013 mau pun Asian Games 2014, Incheon, Korsel.

Saat ini tengah dilakukan proses penjaringan untuk menetapkan calon-calon pimpinan KONI Pusat periode 2015-2019, melalui Mukernas yang direncanakan November 2015 mendatang di Jakarta.

Masa bakti kepengurusan KONI Pusat periode 2011-2015 yang diketuai Tono Suratman akan berakhir Desember mendatang.

Menurut keterangan, beberapa figur kuat disebut-sebut siap untuk menjadi pengganti Tono Suratman.

Beberapa waktu lalu mantan Ketua Umum KONI Pusat Agum Gumelar secara tersirat menyebut nama Letjen TNI (Purn) Marciano Norman sebagai salah satu calon ideal Ketua Umum KONI Pusat 2015-2019 itu. tb