Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Sport

Pacuan Kuda Harus Bebas dari Doping

Pemakaian obat-obatan yang mengandung obat perangsang apalagi steroids di tingkat global sudah secara resmi diharamkan

Penulis: Toni Bramantoro
zoom-in Pacuan Kuda Harus Bebas dari Doping
ist
drh. Fitri Dewi Fathiyah (kedua dari kanan, berdiri) saat menerangkan tentang obat-obatan anti-doping untuk kuda pacu, sebelum drawing pacuan Jakarta Derby, Selasa (2/6) di Pulomas. 

TRIBUNNEWS, COM. JAKARTA - Pemakaian obat-obatan yang mengandung obat perangsang, apalagi steroids, di tingkat global sudah secara resmi diharamkan.

Ini diberlakukan baik untuk equestrian (ketangkasan) dan pacuan.                                     

Organisasi internasional equestrian, yakni FEI, sudah lama pula mengeluarkan daftat obat-obatan dan vitamin yang mengandung doping.

Untuk menunjukkan komitmennya dalam memerangi doping, FEI pun menambahkan tulisan 'Clean' dibawah simbol FEI mereka. Ini menjadi bukti bahwa FEI (equestrian) terus memerangi pemakaian doping.             

Bagaimana di pacuan? Pacuan di Indonesia ditengarai masih akrab dengan penggunaan obat-obatan yang mengandung doping, termasuk turunan anabolyc steroids.

Oleh karena itu, usaha-usaha untuk bersihnya pemakaian zat-zat doping di pacuan harus terus menerus dilakukan.

Ini memang agak sulit karena agenda kegiatan pacuan di Indonesia sangat padat, yakni mencapai 20-an setiap tahunnya. Maklum, pacuan sudah menjadi hiburan tersendiri.                         

Berita Rekomendasi

Usaha untuk bersihnya sebuah kejuaraan pacuan dari penggunaan obat-obatan atau vitamin yang mengandung zat doping dalam dosis tinggi sudah coba dilakukan pada Kejuaraan Jakarta Derby, pekan pertama Juni lalu di Pulomas.                 

Namun demikian, usaha Ketua Pengprov Pordasi DKI Jaya Alex Asmasoebrata agar seluruh kuda peserta bersih dari penggunaan zat-zat yang diharamkan, tak sepenuhnya berhasil.

Pemberlakuan sanksi untuk mereka yang terbukti menggunakan doping pun tak jadi diterapkan.

Sanksinya hanya berupa penalti, yakni pengurangan hadiah, khususnya untuk kuda yang menjadi pemenang pertama.

Akan tetapi, sampai saat ini belum diketahui hasil dari tes doping yang diberlakukan pada 10 kuda-kuda pemenang pertama Jakarta Derby.

Menurut keterangan Drh Fitri Dewi Fathiyah, yang memimpin tes doping pada kuda-kuda pemenang Jakarta Derby tersebut, hasil pemeriksaan di laboratorium University of Science, Malaysia, diperpanjang, sehingga belum bisa diketahui.

Kendati demikian, Drh Fitri Fathiyah mengisyaratkan jika hasil pemeriksaan doping di Usains itu tidak menggembirakan.                                                                       

"Ini baru dimulai, perjalanannya masih jauh," kata drh Fitri Dewi Fathiyah mengenai upaya pengharaman penggunaan doping pada kuda-kuda pacuan di Indonesia. tb

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas