Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Sport

Jatim Kompak, Hanya Strateginya yang Kurang Tepat

Ini masih terkait dengan gelaran seri-1 final Kejurnas Pacuan 2015 yang kelangsungannya diwarnai sejumlah drama

Penulis: Toni Bramantoro
zoom-in Jatim Kompak, Hanya Strateginya yang Kurang Tepat
ist

TRIBUNNEWS, COM. JAKARTA - Ini masih terkait dengan gelaran seri-1 final Kejurnas Pacuan 2015, yang kelangsungannya diwarnai sejumlah drama, Minggu (16/8) di Pulomas, Jaktim.                               

Banyak pihak yang menanggapi kegagalan kontingen Jawa Timur mendominasi gelar sekaligus memimpin dalam perolehan medali dari seri-1 kejurnas tersebut.

Padahal, Jatim menempatkan seluruh kudanya di babak final,  menghadirkan 24 pasangan (joki dan kuda) dari total 74 kombinasi yang berlaga di delapan race kejurnas.                                         

Sebagian menyatakan, Jatim kurang kompak. Ada juga yang menyebut, strategi Jatim kurang tepat. Noviardi Sikumbang, Wakil Sekretaris Komisi Pacuan PP Pordasi yang Sekum dari event Indonesia Derby tersebut, termasuk yang  menyatakan bahwa kegagalan kontingen Jatim karena strategi mereka yang kurang tepat.

"Jadi bukannya Jatim tidak kompak," seru Noviardi Sikumbang, Jumat (21/8).                               

"Saya kira itu lebih karena strategi mereka yang kurang tepat," ungkap Noviardi.                                     

ANALISIS

Berita Rekomendasi

Noviardi lalu mencoba menganalisis. Dibanding Jateng, Jatim memasukkan finalis terbanyak. Namun, Jatim  hanya bertumpu pada beberapa nomor/kelas saja, termasuk di Derby. 

Walau dua kuda Jatim menguasai Derby tersebut, yakni Beauty Eagling di posisi pertama dan King Runny Star di urutan ketiga, namun perolehan poin dari sukses yang diraih di nomor itu tidak cukup untuk mendongkrak perolehan angka mereka.                                                   

Di sisi lain, Jateng punya finalis di semua kelas. Di Derby, Elingprigel Eclipse menjadi runner-up. Di Kelas Remaja, Singosari Ayu dari Jateng menjadi juara, runner-upnya Ratu Kandih dari Sumbar, dan peringkat tiganya Dewi Memoria dari Jabar.           

Di Kelas 4 Tahun A/B , Jateng menguasai dua peringkat teratas melalui Winona Eclipse dan Djohar Manik. Posisi tiga direbut kuda Jabar, Matah Ati.

Di Kelas 4 Tahun C/D,  meski jatim merebut gelar lewat Sapu Angin, dan runner-up untuk Ibantong dari Sulut, tetapi Jateng berhasil mengambil posisi ketiga melalui Haqul Yakin.


Di THB Ina 2 Tahun,  Jateng & Jabar nyaris berbagi rata. Jabar memang ambil juara pertama lewat La Liga, namun dua kuda Jateng yakni Black Caviar dan Cut Nya'Dien berada di posisi kedua dan ketiga. 

Di Kelas THB 3 Tahun-nya  Jatim mendominasi dengan Alfa Romeo dan Power King di urutan pertama dan ketiga, posisi runner-up untuk Calluela dari Jabar.                                               

Di Pemula A/B,  Jateng mendominasi melalui Merry Eclipse dan Zena Eclipse, bercokol di urutan pertama dan ketiga. Juara kedua buat Sumbar lewat Bahana Agogo. Jatim, yang menempatkan empat finalis, justru nihil. 

Di Pemula C/D, Jabar mendominasi melalui Sagar Matha di urutan pertama dan Maesa Agni d/h Bathian di posisi ketiga. Natalma Eclipse, dari Jateng, runner-up, sementara Jatim nihil. 

Hal-hal seperti itu yang harus dibenahi Jatim di Seri-II nanti. Jika bertekad merebut gelar juara umum, seperti tahun 2013,  maka strategi penempatan kuda disemua kelas juga harus unggul.                         

Kalau soal kekompakan,  tahun ini kontingen Jatim jauh lebih solid.  Lihatlah bagaimana strategi memenangkan Derby Indonesia! Itu hal nyata.

Peluang utama tetap untuk King Runny Star, agar 'double winner' dapat diraih (Indonesia Derby dan sekaligus Triple Crown).

Namun, Sky Runner sebagai pengumpan untuk memancing lawan tidak dapat dimaksimalkan. Oleh karena itu, agar Derby Indonesia tergapai,  maka Beauty Eagling yang tidak begitu diperhatikan oleh yang lain di 600 meter terakhir, langsung tancap gas full sampai akhirnya memenangkan kelas paling bergensi itu.                     

King Halim Stable harus memperpanjang masa penantiannya lagi untuk menggapai Triple Crown, setelah 25 tahun berusaha, dan masih nyaris karena finis diposisi ketiga.

Sementara,  Ra3ya Stable pendatang baru dalam kurun waktu tiga tahun terakhir ini justru berhasil menjuarai Derby Indonesia.     

Itulah misteri Derby Indonesia itu,  yang sangat sulit diprediksi sebagaimana pernah diulas sebelumnya.                                     

Yang pasti, sekali lagi,  meski kontingen Jatim kini lebih kompak, namun itu saja belum cukup. Diperlukan strategi dan penempatan kuda yang merata disemua kelas.

Ini yang kurang dari tim Jatim itu. Bagaimanapun, strategi adalah panglima untuk memenangkan pertandingan. tb

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas