Kontingen Indonesia Runner up ASEAN Para Games 2015
Kontingen Indonesia dipastikan menjadi runner up ASEAN Para Games (APG) 2015 Singapura
Editor: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS.COM, SINGAPURA - Kontingen Indonesia dipastikan menjadi runner up ASEAN Para Games (APG) 2015 Singapura setelah tidak mampu mengejar pengmpulan medali Thailand pada hari terakhir lomba, Rabu (9/12).
Tambahan dua emas dari cabang atletik membuat kontingen Merah Putih secara total mengumpulkan 81 emas, 74 perak, dan 63 perunggu, di bawah juara umum empat kali APG, Thailand dengan 95 emas, 76 perak dan 79 perunggu.
Pada lomba hari terakhir APG 2015 Singapura, Rabu (9/12) siang, Indonesia merebut emas dari nomor lari estafet putra T42-47 dan 200m putri T12. Secara keseluruhan, hasil akhir perolehan medali Indonesia sebagai berikut: Panahan 2 perak.
Atletik 27 emas, 24 perak, dan 16 perunggu. Badminton 8 emas, 4 perak, dan 7 perunggu. Catur 9 emas, 10 perak, dan 6 perunggu. Goalball 1 perak. Angkat berat 5 emas, 2 perak, dan 2 perunggu. Menembak 1 perak dan 4 perunggu. Renang 17 emas, 17 perak, dan 16 perunggu. Tenis meja 15 emas, 13 perak, dan 10 perunggu.
Ten Pin Bowling 1 perak dan 1 perunggu. Total dari 475 nomor pertandingan di semua cabor, Indonesia meraih 81 emas, 74 perak, dan 63 perunggu dengan jumlah total 218 medali.
Deputi Peningkatan Prestasi Olahraga Kemenpora, Djoko Pekik Irianto mengatakan target awal memang berupaya mempertahankan juara umum.
"Kontingen kita sudah berjuang maksimal. Perjuangan mereka perlu dihormati. Dukungan masyarakat juga perlu diapresiasi. Nanti kita akan evaluasi pada hal teknis, misalnya mengetahui persyaratan persis untuk kualifikasi," ujarnya.
Regulasi persyaratan teknis tersebut misalnya atlet atletik tidak boleh lagi menginjak garis di APG 2015.
"Kualifikasi nomor-nomor cabang lain akan kita lihat lagi. Dalam waktu dekat ini akan ada kualifikasi paralympic untuk tenis meja dan angkat berat. Jadi regulasi harus diketahui sejak awal. Proses regulasi akan diperhatikan betul," tegas Djoko.
Mengenai aspek regenerasi, tantangannya menurut Djoko Pekik, dihadapkan pada orang tua yang masih enggan melepaskan anaknya. Sementara mengenai PPLP untuk paralympic, menurutnya hal itu juga mungkin dilakukan.
"Kita punya kekuatan di atletik, bulutangkis, dan renang," ujarnya.
Pelatih atletik Indonesia, Slamet Widodo mengatakan target atletik hanya meleset satu emas. "Targetnya 28 emas, kita dapat 27, itupun karena diskualifikasi. Kita susahnya ada nomor yang tidak dilombakan," kata Slamet.
Di cabang atletik, Setiyo Budihartanto mendapat 4 emas, Nanda Sholihah 3 emas, Endang 3 emas, Martin 3 emas, dan Rasidi 3 emas. Setiyo Budihartanto mendapat empat emas di nomor lompat jauh, lompat jangkit, 100m putra, dan lari estafet.
"Di APG 2013 Myanmar saya dapat 3 emas 1 perak. Karir saya dimulai setelah lulus SMU ketika masuk rehabilitasi di Solo, saya sempat ikut bola, dan sama Pak Aziz diarahkan ke atletik. Pada 2004 saat Porcanas Palembang dapat emas. Saya sekarang juga PNS di Biro Umum Kemenpora sejak 2008," tutur pria kelahiran 6 Mei 1986 beranak satu ini.
Paralimpian Indonesia yang meraih medali terbanyak adalah Musa Caru Baba di cabang renang dengan 4 emas dan 1 perak.
Sementara Setiyo Budihartanto dari atletik mendapat 4 emas, Jendi Pangabean (renang) 3 emas, 2 perak, dan 1 perunggu. Agus Ngaimin (renang) 3 emas dan 2 perak. Dan Martin Losu (atletik) 3 emas dan 1 perak.