Inilah Jejak Karier Daud Yordan
"Saya terbang langsung dari Pontianak, agar bisa menonton adik saya (Daud) bertanding," ujar Damianus
Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Husein Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bersama adiknya Petrus, Damianus Yordan terbang dari Pontianak menuju Jakarta demi menyaksikan pertarungan adiknya, Daud Yordan menghadapi petinju Jepang Yoshitaka Kato, pada Jumat (5/2). Laga ini disebut Damianus sebagai laga penting bagi karir adiknya agar bisa bertarung menjadi juara dunia kelas WBO.
"Saya terbang langsung dari Pontianak, agar bisa menonton adik saya (Daud) bertanding," ujar Damianus kepada Tribun, Kamis, (4/2/2016).
Masih segar di ingatan Damianus proses dirinya mendidik Daud hingga menjadi juara dunia versi IBO.
Pada tahun 1996, ketika Daud masih berumur 9 tahun, Damianus yang telah menjadi juara daerah memutuskan untuk mengajak adiknya meneruskan jejaknya sebagai petinju. Damianus mengajak Daud karena melihat potensi besar yang dimiliki adiknya di dunia tinju.
"Saya mengajaknya ke dunia tinju, saya memberi motivasi padanya dan mengatakan bahwa inilah jalan kita," ujar Damianus.
Sebelum mengajak Daud merantau dari Ketapang ke Pontianak, Damianus meminta izin sekaligus wejangan kedua orang tuanya, Hermanus Lay Tjun dan Nathalia. Berbekal restu orang tuanya, Damianus menitipkan sekaligus berlatih bersama pelatih asal Kuba, Carlos Jesus Renate.
Di usia 13 tahun, ketika masih berstatus sebagai kadet tinju, karier Daud mulai terlihat, setelah dirinya banyak menjuarai kejuaraan nasional amatir. Saat itu, Damianus lebih memfokuskan adiknya untuk berkonsentrasi di level lokal.
Setelah sembilan tahun Daud berkarier di dunia amatir, Damianus mengajaknya untuk pindah ke kelas profesional. Saran ini diberikan Damianus mengingat sulitnya berkarier di level daerahnya yakni Pontianak.
"Setengah mati Abang, Daud berkarier di dunia tinju di Pontianak. Akhirnya Abang ajak Daud ke Jakarta untuk pindah ke karier profesional." ujar Damianus.
Damianus pun akhirnya memutuskan untuk menjadi pelatih Daud dan Petrus. Secara bersamaan, Damianus juga mengambil sertifikasi kepelatihan.
Pada 2005, debut Daud di dunia profesional berbuah manis setelah mampu mengalahkan petinju Anshori Anhar Pitulay dengan TKO. Karier Daud berlanjut di kancah internasional setelah mampu memukul KO dalam dua ronde petinju Thailand, Narong Sor Chitralada, pada laga yang digelar di Swissotel, Singapura.
Hanya berselang dua tahun, Daud telah mampu meraih gelar kelas bulu yunior WBO Asia Pasifik usai memukul KO, Reman Salim. Hingga akhirnya Daud menantang juara dunia kelas bulu super, Chris John.
Puncak karier Daud didapatkannya pada 2012, kala dirinya mampu merebut gelar juara dunia setelah memukul KO petinju Filiphina, Lorenzo Vilanueva. Laga tersebut merupakan partai tambahan utama pertandingan kejuaraan WBA kelas bulu antara Chris John dan Shoji Kimura di Marina Bay Sands, Singapura.
Titik balik Daud terjadi pada April 2013, kala ia gagal mempertahankan gelarnya melawan petinju Afrika Selatan, Simpiwe Vetyeka. Pada laga yang berlangsung sengit tersebut, Daud akhirnya kalah TKO setelah melalui 12 ronde.
Laga ini juga mengakhiri hubungan kepelatihan Daud dengan kakaknya, Damianus. Damianus memutuskan untuk mengundurkan diri setelah laga tersebut.
"Ini pertandingan terakhir saya memimpin Daud Yordan. Saya merasa Daud bisa lebih berkembang di tangan pelatih lain. Walaupun begitu, saya tetap mendukung Daud dan akan memberikan dia latihan-latihan," ujar Damianus.