Adik Kandung Almarhum Pebulutangkis Rian Berkisah Perjalanan Karier Kakaknya
Kesuksesan Rian tak lepas dari obsesi sang ayah. Gemblengan fisik dan skill Rian diasah sejak ia masih duduk di bangku kelas II Sekolah Dasar.
Editor: Husein Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG - Kepergian pebulutangkis nasional Rian Sukmawan menghadap sang khalik meninggalkan duka mendalam bagi keluarga besar di Semarang. Jasad Rian telah dikebumikan di samping sang ayah, Budi Utomo, Minggu (28/2) siang.
Kesuksesan Rian tak lepas dari obsesi sang ayah. Gemblengan fisik dan skill Rian diasah sejak ia masih duduk di bangku kelas II Sekolah Dasar.
Adik kandung Rian, Tika sejenak terdiam. Ia lalu bercerita membuka kenangan sang kakak yang kerja keras menggapai mimpi masuk PB Djarum Kudus.
Tempaan sang ayah, kata Tika, sering membuat Rian bermandikan keringat. Rumah masa kecil di Karanganyar Legok, Jangli RT 5 RW 4 menjadi saksi kegigihan Rian berlatih. Kondisi geografis Karanganyar Legok yang banyak tanjakan dan turunan dimanfaatkan jadi alat berlatih.
"Tadi kan ada tangga sebelum ke sini. Itu sering buat latihan lompat Kak Rian. Papah nyuruh lompat naik turun berpuluh-puluh kali," kata Tika sembari menunjukkan lokasi tangga.
Tak hanya itu, jalanan menurun dekat rumah pun jadi sasaran Budi menyuruh Rian lari bolak-balik puluhan kali. Halaman depan rumah yang cukup luas juga menjadi tempat Rian berlatih skipping dan mengayunkan barbel dua kilogram layaknya mengayunkan raket.
"Saya sering disuruh papah ngawasi kakak kalau latihan. Kalau sudah selesai sesuai instruksi papah, saya disuruh lapor," kenang Tika.
Tika mengatakan ada dua peristiwa yang membuat Rian nyaris gagal masuk seleksi PB Djarum Kudus. Kala itu Rian yang sudah SMP, Budi, dan teman Rian berangkat ke Kudus untuk mengikuti seleksi menggunakan bus. Entah lupa atau bagaimana, raket milik Rian tertinggal di dalam bus.
Budi lantas tak hilang akal, ia meminjam sebuah vespa milik orang Kudus untuk mengejar bus yang ditumpanginya. "Papah naik vespa ngejar bus. Bus ketemu di terminal dan beruntung raketnya masih ada," kata Tika sembari tersenyum.
Peristiwa selanjutnya ketika Rian tidak mendapatkan surat panggilan PB Djarum sementara teman Rian mendapatkan surat panggilan tersebut. Budi merasa kemampuan Rian bisa masuk ke PB Djarum. Ia lantas ke Kudus untuk menanyakan tentang Rian masuk penyaringan atau tidak.
"Masuk PB Djarum kan susah banget. Dari ratusan orang cuma masuk empat orang. Papah merasa yakin kakak masuk penjaringan. Lalu ke Kudus untuk menanyakan kakak lolos atau tidak. Sampai di sana ternyata kakak dinyatakan lolos masuk ke PB Djarum. Pihak Djarum sudah mengirimkan surat tapi ngga ada tanggapan. Kata pihak Djarum hampir dicoret. Papah paling support. Pelatih sejati kak Rian," kata Tika.
Budi bukanlah seorang atlet. Namun obsesi dan kegigihannya telah mampu mengantarkan Rian ke pentas Internasional.
"Sayangnya, ayah meninggal sebelum melihat kesuksesan kakak sekarang. Sekarang mereka berdua sudah ngga ada. Kuburan kakak di samping ayah. Biar nanti mereka main bareng di sana," canda Tika.