Djarum Beasiswa Bulutangkis: Bibit Potensial Melimpah di Bumi Parahyangan
- Secara tradisional, sejakdahulu Bandung dan Jawa Barat merupakan gudang bibit pemain bulutangkis handal.
Editor: Toni Bramantoro
"Yang menggembirakan, saya lihat peserta di kelompok putri termasuk banyak. Semoga saja dari peserta putri ini, kelak ada yang bisa menggantikan saya. Saya sudah kangen karena tidak ada lagi pemain putri Indonesia yang kini merajai arena bulutangkis internasional seperti pada zamannya saya dulu," tutur Susy.
Di mata peraih medali emas Olimpiade Barcelona 1992 ini, selama tiga hari Audisi Umum berlangsung, dirinya melihat banyak bibit pemain putri yang tampil dengan teknik dasar bagus. Mereka memiliki footwork lincah, semangat, dan postur tubuh yang oke.
"Memang secara teknik pukulannya masih sembrono. Ketrampilan di tengah lapangan juga belum matang banget. Tetapi secara umum, saya lihat banyak peserta memilki potensi bagus. Asal dibina dengan baik dan benar, para pemain muda ini memiliki prospek cerah," tegas Susy.
Dari audisi di Bandung, sebanyak 14 pemain muda lolos seleksi untuk mengikuti babak grand final di Kudus, 2-4 September. Mereka terdiri dari 12 pemain muda yang merupakan para finalis di kelompok putri dan semifinalis di kelompok putra.
Selain itu ditambah dua peserta penerima Super Tiket yang menurut Tim Pencari Bakat, mereka dinilai memiliki kualitas menjanjikan meski saat bertanding sudah tersisih di babak-babak awal.
Penerima Super Tiket yang akan ikut berlaga ke grand final di Kudus adalah, Naya Azzah Arfah (U-13 Putri) asal PB Hikmah Garut dan Quennie Laurentia (U-15 Putri) asal Mentari V-Kool Sukabumi.
Salah satu peserta yang lolos ke grand final di Kudus, adalah Muhammad Faris Andriyansyah. Pelajar kelas 6 SDN Petukangan Jakarta ini memang berambisi lolos untuk diterima di klub Djarum.
"Saya ikut audisi ini karena saya bercita-cita ingin menjadi juara dunia. Saya ingin tahun ini bisa lolos seleksi dan bergabung bersama Djarum," ujar pemain kelahiran Jakarta, 6 Februari 2004 ini.
Hal senada disampaikan oleh Verrell Yustin Mulia. Pemain kelahiran Jakarta, 6 Agustus 2004 yang kini bergabung bersama klub Nawa Tunggal Badminton Club Serpong ini juga bermimpi agar bisa lolos seleksi.
Sejauh ini, pemain yang mengidolakan Taufik Hidayat ini sebelumnya sudah dua kali mengikuti audisi. Pada tahun 2014, dia hanya bertahan hingga tahap ketiga. Sedangkan tahun lalu, dia terhenti di babak delapan besar.
"Tahun ini saya sangat berharap bisa lolos audisi dan dibina klub Djarum di Kudus. Saya memang ingin menjadi juara dunia untuk mengharumkan nama bangsa dan orangtua," kata anak sulung dari tiga bersaudara pasangan Kurnia Mulia dan Agustina ini.
Menurut Naya yang lolos ke grand final di Kudus setelah mendapat Super Tiket ini, menyebut dirinya merasa senang sekali setelah sebelumnya dia kalah di semifinal.
"Saya senang bisa mendapat Super Tiket ini. Sebelumnya saya sedih setelah kalah di semfinal. Cita-cita saya ingin menjadi juara dunia seperti Kak Susy Susanti, meski saya belum pernah melihat Kak Susy Susanti bertanding," ujar Naya, pelajar kelas 5 SD Baru Suda I Garut.
"Saya juga senang sekali, dan bersyukurbisa diterima di klub Djarum dan saya ingin menjadi juara dunia," ujar Queennie, pelajar kelas 7 SMP Negeri 10 Sukabumi.