Kisah Sukses Para Atlet Paralayang Wanita: Sempat Dilarang oleh Orangtua
Atlet paralayang wanita kaliber dunia itu berasal dari berbagai profesi, mulai dari ibu rumah tangga, dokter, hingga guru.
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM - Para atlet penerbang paralayang umumnya menolak jika olahraga dirgantara (ordirga) yang sedang digelutinya merupakan kegiatan ekstrim.
Mereka bahkan menekankan paralayang merupakan olahraga yang aman dan menyenangkan.
Maka tak mengherankan jika banyak atlet paralayang adalah para wanita dan sejumlah di antaranya adalah atlet paralayang berkelas dunia.
“Banyaknya atlet paralayang wanita menunjukkan sekaligus membuktikan olahraga dirgantara ini merupakan kegiatan yang mudah dilakukan. Awalnya memang ada rasa takut tapi setelah bisa terbang justru malah ketagihan,” komentar atlet paralayang Indonesia yang sudah empat kali menyabet gelar juara tingkat dunia Liz Andriana.
Selain Liz Andriana, atlet paralayang wanita Indonesia yang pernah meraih kejuaraan tingkat dunia antara lain Cherry Bonaria, Dian Rosnalia, Ifa Kurniawati, Milawati Sirin, Ike dan Ayu Wulandari.
Yang unik, atlet paralayang wanita kaliber dunia itu berasal dari berbagai profesi, mulai dari ibu rumah tangga, dokter, guru sekolah, mahasiswi, hingga penggemar sepeda down hill.
Liz Andriana misalnya. Atlet yang sudah menjadi langganan juara dunia ini awalnya hanyalah ibu rumah tangga lulusan SMU yang kemudian memutuskan untuk menggeluti paralayang.
Dari prestasi yang berhasil diraih, Liz Andriana sudah bisa hidup mapan. Ibu tiga anak itu bahkan mendapatkan suami yang memiliki kegemaran sama di bidang paralayang, Dr Elisa Manauke.
Beda lagi dengan Milawati Sirin yang lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti.
Ia yang tercatat pernah menjadi dokter Unicef justru memilih menggeluti olahraga paralayang sejak masih bersetatus mahasiswi.
“Banyak orang mengira jika olahraga paralayang merupakan olahraga ekstrim dan berbahaya. Padahal jika dilaksanakan dengan cara mengikuti prosedur justru merupakan olahraga yang aman dan menyenangkan,” jelas Milawati.
“Dulu orangtua saya juga berpendapat seperti itu (berbahaya), ketika saya mulai tertarik paralayang dan langsung melarangnya. Oleh karenanya saya hanya bisa melakukan latihan terbang secara diam diam bersama-sama teman yang sudah mahir,” ujar ibu dua anak yang juga bersuami atlet paralayang kelas dunia Darmawan Sirin itu.
Setelah berhasil meraih beragam prestasi termasuk kejuaraan tingkat dunia sikap orangtua Milawati Sirin pun berubah total dan malah mendukungnya.
Profesi sebagai dokter bahkan ditinggalkan oleh Milawati yang dalam even Sea Games 2011 berhasil menyabet empat medali emas itu.
Kisah sukses serupa juga dialami oleh Ifa Kurniawati, atlet paralayang asal Jawa Timur yang juga berprofesi sebagai guru SMP.
Dengan penampilan fisiknya yang tidak jauh berbeda dibandingkan guru-guru lainnya, orang sama sekali tidak mengira jika dirinya adalah juara nasional dan dunia paralayang.
Salah satu kejuaraan dunia yang pernah diraih Ifa adalah keberhasilan merebut juara 1 lomba paralayang internasional yang diadakan di Stubai, Austria.
Dari hasil di berbagai kejuaraan seperti Sea Games 2011, Ifa juga sudah sukses mengembangkan peternakan sapi.
“Ajang Sea Games selalu menjadi massa panen untuk atlet paralayang Indonesia, khususnya atlet wanita. Karena satu medali emas yang berhasil diraih mereka akan mendapat bonus sekitar IDR200 juta. Padahal ada atlet yang bisa meraih empat medali,” jelas Ifa.
“Jadi bisalah untuk modal persiapan di hari tua,” tambahnya.