Kejuaraan Dunia Ketepatan Mendarat Paralayang Antar Negara: Badai Batalkan Lomba
Direktur Lomba membatalkan Ronde 9 Kejuaraan Dunia Ketepatan Mendarat Paralayang Antar Negara (WPAC) FAI IX Albania 2017 pada pertemuan pimpinan
Editor: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS.COM, TIRANA - Akibat badai bulan purnama, kecepatan angin di lokasi lepas landas (takeoff) sangat kencang, melebihi 51 km/jam, Direktur Lomba membatalkan Ronde 9 Kejuaraan Dunia Ketepatan Mendarat Paralayang Antar Negara (WPAC) FAI IX Albania 2017 pada pertemuan pimpinan tim Jum’at (12/5) pukul 7.45 waktu setempat (pukul 12.45 WIB).
Menurut Gendon Subandono, pelatih kepala tim nasional (timnas) Indonesia lewat pesan singkat pada Tagor Siagian, staf Humas Federasi Aero Sport Indonesia (FASI), lomba akan dilanjutkan Sabtu (13/5) pukul 7.30 waktu Albania (pukul 12.30 WIB). Urutan terbang peserta sebanyak 150 pilot asal 28 negara akan dibalik, dimulai dari pilot peringkat sementara akhir. Agar pilot takeoff dengan baik dan aman, kecepatan angin berkisar 5-20 km/jam dari arah depan.
Karena Kamis (11/5) kejuaraan diliburkan, maka melihat hasil sementara hingga Ronde 8, yang selesai Rabu (10/5), seperti perkiraan awal, tolok ukur terbaik peta kekuatan cabang olahraga dirgantara Paralayang jelang Asian Games 2018, adalah ajang Kejuaraan Dunia di pegunungan Vlora, Albania, Eropa Timur, 5-14 Mei.
Pilot (sebutan bagi atlet olahraga dirgantara) timnas paling berpengalaman, Darumaka “Boa” Rajasa, “dikeroyok” empat pilot Cina; Haiping Chen, Zhifeng Zhu, Jianwei Wang dan Yong Wu. Selisih nilai akhir sementara Boa dengan mereka sangat tipis.
Jika Haiping memperoleh jumlah nilai 7 dan Zhifeng 8, maka Boa dan Jianwei sama-sama mencatat nilai 11 dan tiga kali menginjak tepat titik nol. Sementara Yong menempel ketat Boa dengan nilai 12.
Boa, yang sedang menyelesaikan skripsi di Fakultas Hukum Universitas Pasundan, Jawa Barat, pelan tapi pasti terus membaik perolehana nilainya. Lewat pesan singkat pada Tagor Siagian, staf Humas FASI, (Federasi Aero Sport Indonesia), Jum’at siang WIB (12/5), Boa mengaku sudah kenal lawan-lawannya dari Cina itu.
“Saya sudah pernah terbang bareng mereka sebelumnya. Kalau nilai kurang bagus di ronde-ronde awal, itu lebih karena gugup. Wajarlah, namanya juga anak muda, ” jelasnya.
Diantara ketujuh anggota timnas, Boa diharapkan menjadi motor mengingat pengalamannya di atas rekan-rekannya yang berusia rata-rata 23 tahun.
Boa menempati peringkat 7 World Air Games (WAG) Dubai 2015, setingkat Olimpiade bagi olahraga dirgantara.
Bila di ronde pertama dan kedua, Boa mencatat nilai 2 dan 3, maka di ronde 3 hingga 5, Boa dengan mantap berturutan mencatat nilai sempurna dengan menginjak tepat titik nol!
Wakil Indonesia di Kelas Putri, Rika Wijayanti dan Ike Ayu Wulandari pelan tapi pasti perolehan nilai tiap rondenya membaik dan masih berada di kelompok 6 Besar.
Rika, juara Seri II PGAWC (Piala Dunia Ketepatan Mendarat Paralayang) Serbia 2017 yang berada diperingkat ketiga sementara, masih kejar-mengejar nilai dengan juara bertahan WPAC 2015, Nunnapat Phuchong asal Thailand dan juara Seri PGAWC 2016 Marketa Tomaskova (Rep. Ceko).
Sementara itu, Ketua PGPI (Persatuan Gantolle dan Paralayang Indonesia) Djoko Bisowarno, yang menjabat pimpinan tim nasional, lewat pesan singkat pada Tagor Siagian, staf Humas FASI (Federasi Aero Sport Indonesia), mengaku Indonesia mengincar juara Kelas Beregu.
“Tinggal anak-anak menyempurnakan penyelesaian akhir, menginjak tepat titik nol. Semua masuk ke lingkaran, tapi cenderung nilainya tiga,” ujarnya.
Djoko mengaku pilot asing sudah terbiasa berlatih di kawasan pantai, hingga sudah naluri mereka terbang dengan angin laut. Sementara timnas berlatih di pegunungan Puncak, Jawa Barat.
“Anak-anak biasa menghadapi angin yang berubah-ubah, turbulens. Di sini angin sangat bagus, lembut. Makanya konsentrasi tak boleh pecah di saat-saat akhir mau injak titik nol,” tambahnya.
Aura balas dendam sangat terasa di timnas. Saat WPAC 2015 di Puncak, Jawa Barat, gelar Beregu lepas ke tangan Thailand, sedangkan tim Merah Putih meraih perunggu.
Dede Supratman menyelamatkan wajah tuanrumah ketika itu dengan meraih gelar Juara Kelas Umum.
Harapan besar di pundak Lis Andriana, juara Seri PGAWC tiga tahun berturutan, 2012-2014, sirna ketika cedera lututnya kambuh saat berlatih dan gagal tampil maksimal.
Gelar juara Kelas Putri pun direbut Thailand, lewat pilot seniornya Nunnapat Phuchong.