Pacman Dihantui Tragedi Kematian Sahabat
Pacquiao kini tengah menjalani latihan sparring menjelang pertarungannya menghadapi petinju Australia, Jeff Horn di Stadion Suncorp pada 2 Juli mendat
Penulis: Muhammad Barir
Editor: Husein Sanusi
TRIBUNNEWS.COM - Legenda tinju Filipina, Manny Pacquiao mengaku hingga kini masih dihantui tragedi kematian rekannya di masa awal kariernya sebagai petinju pro.
Pacquiao kini tengah menjalani latihan sparring menjelang pertarungannya menghadapi petinju Australia, Jeff Horn di Stadion Suncorp pada 2 Juli mendatang.
Namun di sela persiapannya menghadapi Horn, Pacquiao kembali mengungkap hal yang paling menyedihkan dalam kehidupannya adalah saat ia kehilangan teman baiknya, Eugene Barutag saat mereka masih berusia 16 tahun pada 1995 silam.
Pacquiao mengungkapkan, Barutag adalah temannya semasa kecil bergelandangan di jalan-jalan daerah pemukiman kumuh di General Santos City. Dua sahabat ini kemudian sepakat untuk mempertaruhkan nasib sebagai petinju pro di manila, 1500 kilometer dari kota asal mereka.
Pada 9 Desember 1995, Barutag turun menghadapi petinju pengalaman Randy Andagan. Partai ini merupakan partai tambahan pertarungan ke 10 Pacquiao menghadapi Rolando Toyogon di sebuah gedung kecil di Manila.
Barutag memenangi pertarungan menghadapi Andagan, namun sempat mendapat pukulan keras yang menyebabkan dirinya jatuh di sudutnya usai pertarungan.
Pacquiao yang masih berada di gedung sangat sedih melihat kondisi sahabatnya yang kemudian meninggal di pelukannya di kamar ganti. "Saat itu saya sangat sedih. Ia teman terbaik saya," kata Pacquiao mengenang. "Saya katakan kepadanya untuk bertahan. namun matanya hanya menatap kosong dan ia sudah tak lagi bernafas."
Tragisnya, Pacquiao kemudian harus naik ring menghadapi Toyogon dan menang angka.
Usai pertarungan, Pacquiao duduk di samping peti jenazah Barutag selama tiga hari dan membayar semua biaya pemakaman dengan honor pertarungannya.
"Meski saya kehilangan teman baik, saya berjanji untuk meneruskan impian kami bersama untuk menjadi juara tinju. Ini merupakan penghormatan buat dirinya," kata Pacquiao.
"Saya hanya ingin menjadi inspirasi buat semua orang untuk selalu berjuang menghadapi masalah hidup mereka," kata Pacquiao lagi.
Setelah 22 tahun tragedi kematian temannya berlalu, Pacquiao kini telah menjadi petinju terbaik dalam sejarah tinju Filipina. Ia mengantungi 11 gelar juara dunia dalam 8 kelas yang berbeda.