Dang Perkasa Alam Panjaitan Populerkan Gulat di Era Milenial Generasi Now
Sudah lima hari ini Tim Nasional Gulat Indonesia berada di Bulgaria, terhitung sejak mereka meninggalkan Jakarta Minggu (22/4/2018) dini hari lalu.
Penulis: Toni Bramantoro
Kepengurusan baru organisasi gulat nasional yang dipimpin oleh Trimedya Panjaitan memberi perhatian dan porsi besar terkait upaya bagaimana cabor yang pernah menjadi salah satu kebanggaan di masa lalu ini kembali populer, disayang dan dicintai tak hanya oleh masyarakat, akan tetapi juga dunia usaha, yakni pendukung dana atau sponsor. Muara dari itu adalah dukungan penuh dari media.
Oleh karena itu, Trimedya Panjaitan agaknya juga tak mau bersikap setengah-setengah dalam membentuk tim kehumasan.
Mantan pengacara terkemuka ini menempatkan beberapa "tokoh muda" energik dengan kemampuan komunikasi yang tak diragukan lagi, seperti Putra Nababan dan Bane Manalu.
Tak ketinggalan dirangkul pula Tubagus Deddy "Miing" Gumelar yang berpengalaman di berbagai organisasi olahraga.
Dang Alam Perkasa Panjaitan yang paling muda. Dia bahkan menjadi yang termuda pula di kepengurusan PP PGSI 2018-2022 ini.
Dang Alam, yang ikut mengantar ke Bandara Soetta menjelang keberangkatan Timnas Gulat Asian Games Indonesia ke Bulgaria, kini merasa tertantang untuk berupaya keras mempopulerkan kembali gulat nasional sehingga pada akhirnya Indonesia akan menjadi salah satu kekuatan yang disegani.
Salah satu caranya adalah dengan melakukan berbagai kreasi dan inovasi melalui interaksi digital.
"Di era milenial dan zaman now ini kita harus melakukan berbagai kreasi dari dunia digital, terutama untuk menumbuhkan dan merangkul perhatian, rasa sayang dan kecintaan dari kalangan remaja dan kaum muda umumnya," urai Dang Perkasa Alam Panjaitan akhir pekan lalu di Bandara Soetta, Cengkareng.
Menumbuhkan kembali rasa cinta dan kebanggaan pada cabor gulat kini menjadi obsesi Dang Perkasa Alam Panjaitan dan tim humas PP PGSI umumnya.
Apalagi, cabor gulat sebenarnya sudah jauh lebih dikenal dibandingkan dengan multi-event yang mempertandingkannya, sejatinya Olimpiade, Asian Games atau SEA Games untuk tingkat Asia Tenggara. Usia gulat lebih tua dari Olimpiade itu sendiri.
Oleh karena itu pula gulat menjadi salah satu cabang yang wajib dipertandingkan di berbagai multi-event tersebut.
Terkecuali di SEA Games, yang sangat tergantung pada kesiapan tuan rumah. Gulat tak dipertandingkan di SEA Games 2015 di Singapura dan 2017 di Kuala Lumpur, Malaysia, karena mereka tak punya prospek bagus untuk meraih medali dari cabor tersebut.
Kendati demikian secara umum semua negara tentunya terus mencoba melakukan proses pembinaan dan peningkatan prestasi pegulatnya dari spirit persaingan yang semakin tinggi saat ini. Itu tak terkecuali pula dilakukan oleh Trimedya Panjaitan.
Politisi PDIP yang juga Wakil Ketua Komisi III DPR RI langsung dihadapkan dengan tantangan bagaimana cabor yang dipimpinnya menuai prestasi di Asian Games XVIII bulan Agustus nanti.
Setelah tak dipertandingkan di SEA Games 2015 dan 2017, proses pembinaan berkelanjutan atau berkesinambungan olahraga gulat secara nasional mau tak mau terpengaruh, karena alih generasi dan kaderisasi sepertinya tidak berjalan mulus.