Kisah Ntando Mahlangu, Atlet Difabel Berprestasi yang Rendah Hati
Kehidupan pemuda 16 tahun itu berubah pada 2012 ketika dia mendapatkan kaki palsu untuk membantu dia berjalan
Penulis: Deodatus Pradipto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ntando Mahlangu meraih prestasi gemilang pada Paraolimpik Rio de Janeiro empat tahun lalu.
Pemuda asal Afrika Selatan itu berhasil menyabet medali perak di cabang olahraga lari 200 meter kategori T42.
Saat itu tidak banyak orang yang mengenal Ntando, terutama kiprahnya di dunia lari.
Tahun itu adalah tahun keempat Ntando melangkahkan kakinya dari kursi roda.
"Saya tidak pernah melihat orang difabel atau tidak, orang difabel bisa menjadi seorang presiden. Saya selalu berusaha berpikir positif, selalu berpikir ini adalah kemewahan, saya hidup, memiliki rumah, memiliki makanan, dan semua hal itu terus memotivasi saya," ujar Ntando dikutip dari BBC.
Usia Ntando Mahlangu saat ini adalah 16 tahun.
Ntando harus menjalani amputasi di atas lutut pada dua kakinya.
Ntando terlahir dalam kondisi yang disebut Hemimolia, bagian di bawah lutut pada dua kakinya tidak bisa berkembang sejak lahir.
Kehidupan pemuda 16 tahun itu berubah pada 2012 ketika dia mendapatkan kaki palsu untuk membantu dia berjalan.
Waktu itu Ntando memberitahu Jumping Kids, sebuah yayasan amal yang membantu anak-anak difabel di Afrika Selatan, ingin bermain sepak bola.
Jumping Kids kemudian memberikan kaki palsu itu untuk dia.
"Itu adalah saat saya mulai hidup dan itulah ketika saya mulai menjadi seorang anak. Itu adalah saat saya benar-benar mulai menikmati hidup, tahu banyak soal kehidupan dan menjadi orang yang sekarang," ujar Ntando yang masih duduk di bangku sekolah menengah atas.
Di usianya yang masih muda Ntando mampu meraih medali di Paralimpik.
Ntando juga berhasil memecahkan rekor kejuaraan junior nasional Afrika Selatan.
Leon Fleiser, chef de mission Afrika Selatan pada Paralimpik Rio de Janeiro, yakin Ntando bisa meraih prestasi hebat di Paralimpik Tokyo dua tahun lagi.
Fleiser mengatakan Ntando adalah duta untuk komunitas atlet paralimpik dan orang-orang berkebutuhan khusus.
"Saya belum mencapai titik terbaik, saya tidak ingin memprediksi akan seperti apakah nanti, namun setidaknya dalam beberapa tahun ke depan," kata Ntando yang tinggal di Pretoria.
Prestasi dan popularitas di usia muda tidak membuat Ntando besar kepala.
Dia enggan termakan status atlet bintang.
"Apa yang saya lakukan sekarang hanya menginspirasi orang lain dan jika saya menginspirasi orang lain, maka itu berarti saya melakukan sesuatu yang bagus," ujar Ntando.