LADI Siap Bantu Lifter Acchedya Dalam Persidangan Doping di Jerman
Lembaga Anti Doping Indonesia (LADI) turut angkat bicara perihal kasus lifter putri Indonesia, Acchedya Jagaddhita yang positif doping
Penulis: Abdul Majid
Editor: Toni Bramantoro
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Abdul Majid
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Lembaga Anti Doping Indonesia (LADI) turut angkat bicara perihal kasus lifter putri Indonesia, Acchedya Jagaddhita yang positif doping setelah tampil pada kejuaraan EGAT’s Cup International Weightlifting Championship pada 7-10 Februari 2019 di Chiang Mai, Thailand lalu.
Kasus Dea menurut Ketua LADI, Zaini Kadhafi Saragih adalah kasus yang serius karena Dea merupakan atlet nasional yang diproyeksikan turun di PON, SEA Games Filipina 2019 dan Kualifikasi Olimpiade 2020.
“EGAT’s Cup International Weightlifting Championship ini pemeriksaan dopingnya langsung ditangani oleh IWF (International Weightlifting Federation) jadi semua pemeriksanaan dan sidangnya dari IWF,” kata Zaini di ruang sidang Wisma Kemenpora, Selasa (2/4/2019).
Sebelumnya, IWF telah mengumumkan penemuan zat terlarang dalam sampel A yang dikonsumsi oleh Dea pada 28 Februari lalU.
Karena kasus tersebut ditangani langsung oleh IWF, Dea pun akan menjalani persidangan di Jerman.
Perihal kasus Dea, sebagai ketua anti doping Indonesia, Zaini tetap akan memberikan pelayanan terbaik untuk Dea menghadapi kasusnya salah satunya pendampingan menghadapi persidangan jika diperlukan yang bersangkutan dan berkoordinasi dengan induk organisasinya.
“LADI tetap tawarkan diri untuk pendampingan Dea menghadapi kasusnya dan berkoordinasi dengan PB PABBSI karena untuk kasus Dea ini kasusnya tidak dilimpahkan ke Indonesia melainkan langsung disidang IWF di Jerman kami juga berharap kasus ini tidak terulang lagi,” ujarnya.
Lebih lanjut, dalam kesempatan ini, Zaini juga mengimbau kepada seluruh atlet Indonesia agar tidak menggunakan doping, dan jika terjadi cedera langsung berkonsultasi dengan dokter khusus olahraga agar terhindar dari obat atau suplemen yang mengandung doping.
“Kami berharap kepada para atlet agar jika cedera atau apapun itu untuk tidak mengobati dirinya sendiri atau berobat ke dokter lain selain dokter khusus olahraga supaya dokternya update tentang obat-obatnya selain itu kami juga sampaikan tentang resiko jika tertangkap doping karena maksimal hukumannya adalah 4 tahun, untuk kasus Dea kita belum tahu karena persidangannya belum dilaksanakan,” pungkasnya.