Berawal dari Niat Turunkan Berat Badan, Pelari Marathon Ini Sudah Keliling 70 Negara
Di tengah kesibukannya sebagai wanita karir, Regnata Revi Fayola telah meninggalkan jejak di ajang lari marathon di 79 negara.
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Lita Febriani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Olahraga lari marathon tak hanya digemari kaum adam saja, saat ini perlombaan lari yang harus ditempuh dengan jarak puluhan kilometer ini juga nyatanya disukai kaum hawa.
Satu di antara banyak wanita yang senang mengikuti lari marathon adalah Regnata Revi Fayola atau akrab disapa Yola.
Di tengah kesibukannya sebagai wanita karir, pelari wanita Indonesia ini telah meninggalkan jejak di ajang lari marathon di 79 negara.
Awal ketertarikan perempuan asal Kendari ini pada maraton adalah saat ia mulai merasa berat badanya bertambah.
Berbagai olahraga dia lakukan untuk menurunkan berat badannya dan menjaga kesehatannya.
Baca: Johan Budi Pamit dari Istana karena Akan Dilantik Jadi Anggota DPR Fraksi PDIP
"Dulu aku ikut lari karena kegemukan dulu, terus aku ngegym, senam mati-matian gitu. Sempet turun tapi naik lagi. Terus karena lutut aku sakit kalau jongkok berdiri kata dokter itu karena keberatan tulang kita ngga kuat nyangga dan harus kurangi berat badan," tutur Yola kepada Tribunnews.com, Jumat (13/9/2019).
Baca: Lenovo V130-14, Laptop Harga Terjangkau Berkinerja Mumpuni untuk Para Pebisnis
Gerakan-gerakan di tempat kebugaran yang ia lakukan terlalu berisiki untuknya, bahkan ia juga hampir saja terjatuh di treadmill.
Berkat saran dari seorang teman, Yola mulai mencoba lari setiap pagi, sebelum mandi.
Usai rutin berlari setiap pagi sepanjang satu hingga dua kilometer, berat badan dan tubuh Yola mulai terasa bugar kembali.
Baca: Anies Baswedan: Belajar yang Rajin, Biar Kalau Besar Kamu Pintar Seperti Pak Habibie. . .
Awal menginjakan kaki di dunia maraton sendiri terjadi pada tahun 2013 bulan November, saat Yola mengikuti lomba lari di dekat rumah.
Baca: Mengecewakan! ICW: Pemilihan Calon Pimpinan KPK Berakhir Antiklimaks
"Nah terus diajakin lomba lari deket rumah, ngga ada temen tuh. Daftar sendiri 5 km. Seneng banget dapet medali, sambil nungguin yang lain finish foto-foto," ungkap Yola antusias.
Usai sering mengikuti lomba lari 5 km Yola terus menambah jarak lari yang ia ikuti ke 10 km, lalu naik ke half maraton dengan jarak 21 km. Bertambahnya jarak lari Yola lantaran ia merasa termotivasi untuk bisa menyelesaikan satu jarak tertentu. Perasaan bangga selalu ada setiap Yola mampu mencetak rekor lari barunya.
Jarak lomba lari yang diikuti Yola melonjak drastis, dari awalnya 5 km, dalam setahun ia sudah bisa mengikuti full marathon. Perlombaan full marathon pertama yang berjarak 42 km ia ikuti di negara Kamboja.
"Aku hepi, temen-temenku orang luar banyak. Waktu itu aku berdiri paling depan. Nah temenku orang Jepang bilang pas aku cerita kalo ini pertama kalinya aku maraton, dia bilang tiap ada water station aku harus minum. Itu maratonnya pas Agustus tanggal 17," terang perempuan hobi memasak tersebut.
Usai lolos mengikuti full marathon pertamanya, sebulan kemudian Yola kembali mengikuti perlombaan dengan jarak yang sama di Bali.
Tahun 2015 bisa disebut awal tahun 'kegilaan' Yola pada lomba lari khususnya maraton.
"2015 aku udah gila-gilaan, udah 18 maraton dalam setahun sekarang minimal 20 maraton dalam setahun, kategori full. Aku sekarang milih full karena buat nguji diri sendiri, ada kesenangan sendiri," ceritanya senang.
Semenjak tahun 2014 hingga saat ini, Yola telah mengikuti lomba di sebanyak 79 negara.
Dirinya telah merencanakan pula akan melakukan selebrasi keikutsertaan diberbagai ajang lomba lari full marathon ke 100 kalinya.
"Next ke 80. Aku mau maraton ke 100 dimana gitu buat celebration. Itu adalah kesenangan sendiri. Apalagi usiaku ngga muda lagi 45 tahun," kata wanita yang juga gemar traveling tersebut.
Yola sendiri terkadang mengikuti lomba lari maraton yang memakan waktu berhari-hari.
Pernah ia ikut maraton di enam negara bagian Amerika Serikat selama enam hari berturut-turut.
"Ada yang tiga hari berturut turut. Mei aku 6 hari berturut-turut maraton, jaraknya 42 kilo. Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu di Amerika, 6 begara bagian. Enam maraton enam hari, 6 negara bagian. Kita ke tempat lomba langsung pindah hotel pindah negara," jelasnya.
Tips Yola untuk menjaga kondisi selama mengikuti lomba berhari-hari ialah banyak tidur, minum jus, menjaga waktu istirahat.
Saat berlari pun Fayola juga tetap memperhatikan asupan untuk tubuhnya, seperti selalu membawa pisang dan coklat selama berlari.
Pelari yang suka menantang dirinya sendiri untuk terus mencoba track lari panjang ini tak pernah menghindari makanan.
Ia hanya mengurangi makanan manis karena ia merasa berat badannya cepat bertambah jika terlalu banyak mengkonsumsi sesuatu yang manis.
Mengenai keikutsertaannya dalam Sudirman Run 2019 mendatang yang akan digelar di Purbalingga, Yola terbilang cukup antusias.
Menurutnya berlari di kota kelahiran sang jenderal besar sekaligus cara mengenang jasa pahlawan.
"Pasti aku sangat excited. Ini kan baru dan ngusung tema kepahlawanan, di kota kecil yang ngga sebesar Jakarta, pasti alam lebih asri. Aku pernah lari dengan tema kepahlawanan di buffalo tahun 2019, semua veteran di pinggir jalan kasih support. Terus tiap maraton ceritanya banyak, ngga bisa mana yang menarik, mungkin aja di Sudirman Run bakal jadi seru," ungkap Yola bersemangat.
Yola juga berharap geliat maraton di berbagai daerah di Indonesia bisa terus tumbuh. Karena pemandangan alam Indonesia dinilai mendukung untuk dijadikan tempat menggelar event marataon.
Apalagi banyak warga negara asing yang senang mengikuti perlombaan lari di beberapa daerah di Indonesia karena pemandangan alamnya.
"Karena daerah kita jalurnya bagus buat lari banyak, emandangan juga. Nah itu bisa dijual buat daya tarik lho. Orang Kuala Lumpur aja suka lari di sini. Sepanjang saling mendukung ngga harus full, kasih 5-10 kilo. Maraton harus ada di daerah dong, masa Jakarta terus," ceritanya.
Foto : Istimewa