Penentuan Host Olimpiade Berubah, Okto Sebut Peluang Indonesia Jadi Tuan Rumah Besar
Raja Sapta Oktohari membeberkan bahwa penentuan sebuah negara untuk menghelat Olimpiade tak lagi dilihat dari segi persiapan penyelenggaraan
Penulis: Abdul Majid
Editor: Toni Bramantoro
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Abdul Majid
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Ketua National Olympic Committee Indonesia Raja Sapta Oktohari membeberkan bahwa penentuan sebuah negara untuk menghelat Olimpiade tak lagi dilihat dari segi persiapan penyelenggaraan atau dengan kata lain beuaty contest.
Hal itu ia katakan dalam sesi pengenalan CdM kontingen Indonesia, Rosan Roeslani di Kemenpora, Senayan, Jakarta, Selasa (31/12/2019).
Dengan begitu Okto peraya Indonesia punya kans besar untuk menghelat Olimpiade 2032, apalagi dirinya telah bertemu dengan Presiden International Olympyc Committee (IOC) Thomas Bach.
“Kami juga sudah ketemu ketua IOC Thomas Bach. Sistemnya sekarang beda untuk jadi tuan rumah olimpiade. Bukan beauty contest. Kita akan siapkan echo enviroment. IOC minta untuk tidak hambur-hamburkan uang, mungkin lihat olimpiade sebelumnya di mana banyak venue di bangun tapi tak di pakai lagi dan hancur,” kata Okto.
“IOC bilang kalau kemarin kandidatnya banyak berarti banyak yang kalah yang kalah itu berarti kehilangan uang. Mereka tak mau image Olimpiade menjadi negatif,” sambunngya.
Dengan pengalaman Indonesia yang baru saja sukses menghelat Asian Games, Okto pun percaya Indonesia bisa juga menggelar Olimpiade di tahun 2032.
Untuk diketahui bidding Olimpiade 2032 Indonesia tak sendiri, ada Australia yang sudah agresif dengan memberi Feasibility Study ke IOC.
Akan tetapi, Okto mengatakan Indonesia punya kans besar, selain perdana, Indonesia juga akan menjadi host Olimpiade perdana mewakili negara di kawasan Asia Tenggara.
“IOC juga sekarang cari daerah-daerah yang lebih kondusif untuk gelar Olimpiade. Ini juga jadi kesempatan pertama bahwa Olimpiade sepanjang sejarah Asia tenggara jadi tuan rumah Olimpiade,"
“Sampai saat ini kompetitor kita salah satunya adalah Australia. Mereka sudah antarkan Feasibilty Study. Tapi kita minta pendampingan IOC dulu untuk bikin Feasibilty study. Kita juga percaya, karena Australia sudah pernah menyelenggarakan,” pungkasnya.