Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Sport

Jelang Olimpiade Tokyo 2020, Cerita Susy Susanti Saat Jadi Penyumbang Emas Pertama Bagi Indonesia

Susy Susanti bercerita mengenai perjalannya saat menjadi atlet pertama yang menyumbang medali emas bagi Indonesia di ajang Olimpiade.

Penulis: Atreyu Haikal Rafsanjani
Editor: Husein Sanusi
zoom-in Jelang Olimpiade Tokyo 2020, Cerita Susy Susanti Saat Jadi Penyumbang Emas Pertama Bagi Indonesia
badmintonindonesia.org
Jelang Olimpiade Tokyo 2020: Cerita Susy Susanti Saat Jadi Penyumbang Emas Pertama Bagi Indonesia 

TRIBUNNEWS.COM - Mantan atlet bulu tangkis Indonesia, Susy Susanti, bercerita mengenai perjalananya saat menjadi atlet pertama yang menyumbang medali emas bagi Indonesia di ajang Olimpiade.

Susy Susanti, salah satu legenda hidup perbulu tangkisan Indonesia, membeberkan cerita bagaimana dirinya bisa meraih medali Emas untuk pertama kalinya bagi Indonesia di ajang Olimpiade Barcelona 1992 lalu.

Saat itu di partai final, Susy mampu mengalahkan wakil Korea Selatan, Bang Soo Hyun, dengan skor 2-11, 11-5, 11-3.

Baca: Sesaat Lagi Pukul 15.00 WIB Live Streaming Final Putra Badminton Indonesia vs Malaysia

Baca: Live Streaming Final Putra Badminton Asia Team 2020, Indonesia vs Malaysia, Live Mola TV Gratis

mantan altet yang kini menjadi Kepala Bidang pembunaan Prestasi di Persatuan Bulu Tangkis Indonesia (PBSI) ini sempat merasa heran karena di game pertama dirinya dikalahkan oleh Bang.

Pada saat itu Susy kesulitan berpikir sebab, di masa itu pelatih dilarang mendampingi di pinggir lapangan.

"Jngankan mendampingi, kalau teriak saja dari bangku penonton, bisa disuruh keluar stadion. Jadi benar-benar harus berpikir sendiri."

"Lalu saya coba, dan akhirnya bisa ke game ketiga. Dari sini saya mulai yakin, saya lebih unggul fisiknya, dia nggak pernah menang lawan saya kalau rubber game. Ibaratnya saya ini mesin diesel, makin lama, makin panas," terang Susy dilansir BadmintonIndonesia.org.

Berita Rekomendasi

Setelah mampu meraih kemenangan dan mendapatkan emas, hal pertama yang dirasakan oleh Susy adalah bebannya selama enam tahun persiapan Olimpiade serasa hilang.

Susy Susanti, Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PBSI saat diwawancarai seusai jumpa pers Kejurnas PBSI 2018 di Hotel Santika, Kelapa Gading, Jakarta, Senin (17/12/2018). Tribunnews/Abdul Majid
Susy Susanti, Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PBSI saat diwawancarai seusai jumpa pers Kejurnas PBSI 2018 di Hotel Santika, Kelapa Gading, Jakarta, Senin (17/12/2018). Tribunnews/Abdul Majid (tribunnews.com/abdul majid)

"Saya kalau juara nggak pernah selebrasi, rasanya di olimpiade itu pertama kalinya saya juara langsung teriak."

"Rasanya beban saya, tanggungjawab saya, lepas semua. Bayangkan pressure-nya, semua orang yang ketemu saya sebelum olimpiade selalu bilang, Susy harus juara, ya!" ungkap Susy.

Rasa haru dan bangga baru dirasakannya saat naik ke podium untuk menerima medali sekaligus dikumandangkannya lagu Indonesia Raya.

Baca: Hasil Badminton Asia Team Championships 2020, Kontingen Putra Indonesia Melaju ke Final

Baca: Badminton Asia Team Championships 2020: Cegah Penyebaran Virus Corona, Pemain Boleh Tak Bersalaman

Dirinya pun tidak bisa menahan air matanya saat sang Merah-Putih berkibar.

"Kemenangan di olimpiade itu beda dengan di kejuaraan lain. Rasanya prestasi kita itu diakui dunia."

"Kita juga bisa mengangkat nama Indonesia di mata dunia. Saya ingat waktu sebelum juara, di athelete village kan banyak yang koleksi pin antar negara, tapi nggak ada yang mau tukeran pin Indonesia sama saya," ujar Susy.

Hal yang menjadi besar bagi Susy, Indonesia menjadi lebih dikenal setelah dirinya dan Alan Budikusuma menjadi atlet yang mampu meraih emas.

Kabid Binpres PBSI Susy Susanti saat diwawancarai setibanya di Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Selasa (15/10/2019).
Kabid Binpres PBSI Susy Susanti saat diwawancarai setibanya di Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Selasa (15/10/2019). (Tribunnews/Abdul Majid)

"Katanya dia tidak tahu Indonesia. Indonesia itu di mananya Bali? Begitu katanya. Sedih juga waktu itu."

"Tapi begitu saya dan Alan (Budikusuma) dapat emas dan Indonesia ada di urutan 21 daftar raihan medali, tanpa kita minta, mereka malah nyariin, mau tukeran pin Indonesia."

"Dampaknya sampai begitu, orang lebih mengenal Indonesia," cerita wanita kelahiran Tasikmalaya ini.

Setelah masa Susy Susanti selesai, Indonesia masih beberapa kali mampu menyumbangkan emas di ajang Olimpiade.

Terakhir pada Olimpiade Rio de Janeiro 2016 lalu, pasangan ganda campuran Indonesia, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir mampu merengkuh emas setelah di partai puncak mengalahkan wakil Malaysia Chang Peng Soon/Goh Lui Ying.

(Tibunnews/Haikal)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas