Goh V Shem Berbicara Peluang Emas Malaysia dalam Perhelatan Thomas Cup 2020
Pebulu tangkis andalan Malaysia, Goh V Shem menyampaikan pandangannya terhadap peluang timnya menorehkan prestasi dalam ajang Piala Thomas 2020.
Penulis: Dwi Setiawan
Editor: Muhammad Nursina Rasyidin
TRIBUNNEWS.COM - Salah satu pebulu tangkis andalan Malaysia, Goh V Shem menyampaikan pandangannya terhadap peluang timnya menorehkan prestasi dalam ajang Piala Thomas 2020.
Setelah dua kali mengalami perubahan jadwal, perhelatan Piala Thomas edisi tahun ini rencananya akan digelar tanggal 3-11 Oktober 2020 mendatang.
Tim bulu tangkis Malaysia berpeluang menjadi salah satu tim kejutan dalam ajang dua tahunan tersebut.
Baca: Lin Dan Gelar Perpisahan Online, Taufik Hidayat hingga Kento Momota Beri Kesan Berkelas
Hal ini dikarenakan sektor bulu tangkis putra Malaysia cukup berkembang secara pesat dalam dua tahun terakhir.
Nama-nama seperti Lee Zii Jia, Cheam June Wei, Aaron Chia, Soh Wooi Yik, dan Leong Jun Hao menjadi deretan pebulu tangkis putra muda Malaysia yang menjadi aset masa depan.
Goh V Shem selaku pebulu tangkis andalan Malaysia sektor ganda putra menanggap timnya berpeluang meraih prestasi dalam ajang Piala Thomas 2020.
Tak sungkan, peraih medali perak Olimpiade 2016 bersama Tan Wee Kiong tersebut cukup yakin dengan peluang timnya mengembalikan kejayaan.
Sebagaimana ketika Malaysia pernah menjadi juara Piala Thomas tahun 1992 di tanah sendiri.
Baca: Lin Dan Masih Bidik Satu Turnamen pada 2021 Meski Sudah Umumkan Gantung Raket
Baca: Pujian Setinggi Langit Trio Denmark Singgung Kualitas Hebat Seorang Kento Momota
Tercatat, tim Malaysia sudah mendulang gelar juara Piala Thomas sebanyak lima kali dalam sejarah.
Tepatnya tahun 1949, 1952, 1955, 1967, dan 1992.
"Saat ini kami memiliki Lee Zii Jia (tunggal putra) dan ia sendiri cukup yakin dengan kemampuannya," ujar Goh V Shew dilansir Badminton Planet.
"Kami juga memiliki pasangan ganda putra yang kuat dari Aaron Chia/Soh Wooi Yik yang bisa bermain di kompetisi tingkat tinggi," tambahnya.
Salah satu hal penting yang ditekankan oleh Goh V Shew agar timnya bisa berjaya kembali perihal masalah percaya diri.
Ia meminta agar para rekan-rekannya bisa bermain dengan penuh percaya diri ketika berhadapan dengan siapapun lawannya.
"Kita perlu meningkatkan kepercayaan diri kami jika kita ingin memenangkan Piala Thomas," harap Goh V Shem.
Menarik untuk melihat perjuangan tim Malaysia untuk bisa mendulang kembali gelar juara pada perhelatan Piala Thomas 2020.
Fanatisme Tuan Rumah Sebabkan Indonesia Gagal Boyong Piala Thomas 1992
Indonesia dapat dikatakan sebagai negara tersukses dalam keikutsertaannya dalam sejarah perhelatan Piala Thomas.
Tercatat sejauh ini, Indonesia telah 13 kali memboyong Piala Thomas ke tanah air.
Sebagaimana dalam sebuah pertandingan tentu ada momen kemenangan dan kekalahan yang menyertainya.
Walaupun dapat dikatakan sebagai negara tersukses dalam partisipasinya mengikuti turnamen Piala Thomas.
Baca: Bak Berjuang di Neraka, Rexy Mainaky Kenang Kemenangan Piala Thomas 1998
Baca: Kilas Balik Hari Ini: Kedigdayaan China Dimulai, Gelar Perdana Piala Thomas 1982 jadi Bukti
Indonesia dalam fase yang kurang menguntungkan dimana tim Merah Putih sudah puasa gelar sejak tahun 2002.
Tim Indonesia tercatat juga sudah lima kali harus duduk di posisi runner-up dalam perhelatan Piala Thomas.
Berlangsung di Malaysia, tim Merah Putih yang diperkuat oleh nama-nama seperti Rexy Mainaky hingga Eddy Hartono harus tumbang di final.
Salah satu mantan pebulu tangkis yang menjadi tim Piala Thomas 1992 adalah Rexy Mainaky.
Rexy Mainaky saat itu yang baru bergabung dengan tim nasional dua tahun bermain di sektor ganda putra.
Dirinya pun mengungkapkan momen mengecewakan tatkala tim Indonesia harus tersungkur di partai puncak.
Baca: Mengenang Piala Thomas 2018, Pasukan Muda China Raih Gelar Juara setelah Hempaskan Tim Jepang
Tak segan, Rexy Mainaky menyebut fanatisme luar biasa orang Malaysia terhadap bulu tangkis saat itu membuat negaranya tampil heroik.
Hingga pada akhirnya, Malaysia selaku tuan rumah berhasil menyegel gelar juara Piala Thomas 1992.
"Kami tahu Malaysia adalah tim yang kuat, Cina juga kuat, tetapi mereka saja merasa tidak nyaman melawan Malaysia," ujar Rexy Mainaky seperti dikutip dari laman resmi BWF.
"Saat itu, orang Malaysia sangat fanatik dengan bulu tangkis, stadion sangat besar terlihat penuh sesak, tidak ada kursi kosong, terutama ketika Malaysia melawan Indonesia di final," kenangnya.
Baca: Ambisi Besar Ong Yew Sin/Teo Ee Yi Tembus Skuat Piala Thomas 2020
Baca: Vaksin Corona Belum Ditemukan, Piala Thomas dan Uber 2020 Terancam Dibatalkan
Rexy Mainaky yang baru tampil perdana sebenarnya mengakui tidak terlalu tertekan dalam situasi seperti itu.
Lebih lanjut, Rexy Mainaky mengungkapkan analisanya dalam setiap pertandingan yang dijalani tim Indonesia kala itu.
Ia menyadari ada beberapa pebulu tangkis tuan rumah yang sangat sulit dikalahkan ketika bermain di Kuala Lumpur.
"Kami tahu bahwa di Kuala Lumpur, terutama di sini, tidak ada yang bisa mengalahkan Rashid Sidek," ujar Rexy Mainaky.
"Ardy Wiranata yang tampil sebagai tunggal pertama sebenarnya memiliki peluang yang sangat tipis untuk mendapatkan poin melawannya," tambahnya.
"Tetapi Alan Budikusuma selaku tunggal kedua selalu bisa mengalahkan Foo Kok Keong," kenangnya.
Rexy Mainaky tak sungkan memuji penampilan tunggal Malaysia, Foo Kok Keong yang mampu bangkit saat itu di momen krusial.
Setelah menelan kekalahan melawan Alan Budikusuma di pertemuan pertama, Foo Kok Keong akhirnya mampu membalaskan dendam.
Alhasil, Indonesia pun harus puas menduduki posisi runner-up dalam perhelatan Piala Thomas tahun 1992 tersebut.
Beruntung, bagi tim Indonesia yang akhirnya bisa membalaskan kekalahan dua tahun berikutnya di partai final Piala Thomas 1994.
(Tribunnews/Dwi Setiawan)