Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Sport

Cerita Citra Febrianti Berjuang Mendapatkan Pengakuan Medali Perak Olimpiade 2021

Mantan lifter Indonesia, Citra Febrianti akhirnya dinobatkan sebagai peraih medali perak Olimpiade 2012 London.

Penulis: Abdul Majid
Editor: Toni Bramantoro
zoom-in Cerita Citra Febrianti Berjuang Mendapatkan Pengakuan Medali Perak Olimpiade 2021
Dok. Kemenpora
Menpora Zainudin Amali saat memberikan bonus sebesar Rp 400 juta kepada Citra Febrianti atas pencapaiannya sebagai peraih medali perak Olimpiade 2012 London, Senin (21/12/2020). 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Abdul Majid

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Mantan lifter Indonesia, Citra Febrianti akhirnya dinobatkan sebagai peraih medali perak Olimpiade 2012 London.

Namun, untuk mendapatkan pengakuan itu tidaklah mudah. Citra menceritakan bagaimana dirinya berusaha hingga akhirnya pengakuan itu ia dapatakan di penghujung 2020 ini.

“Pertama-tama, syukur Alhamdulillah akhirnya saya bisa menunjukkan kebenaran bahwa saya naik peringkat dan diakui sebagai peraih medali perak Olimpiade 2012. Ini menjadi prestasi terakhir yang bisa saya berikan untuk Indonesia karena saya sudah tidak bisa lagi bertanding karena cedera yang sampai sekarang belum pulih,” ungkap Citra dalam keterangan resmi yang dikeluarkan KOI, Senin (21/12/2020).

Citra menunggu cukup lama sebelum ditetapkan sebagai peraih medali perak Olimpiade 2012.

Ia bercerita bahwa tak lama setelah pertandingan berakhir, ia sudah mendengar bahwa dia akan mendapat medali perunggu karena atlet Moldova, Cristina Iovu, yang menempati peringkat tiga menghindari kewajiban tes doping. Tapi, posisinya tidak berubah hingga kontingen pulang ke tanah air.

Empat tahun berselang, federasi angkat besi internasional (IWF) mengumumkan bahwa peraih medali emas kelas 53 kg putri, Zulfiya Chinshanlo dari Kazakhstan dan Iovu, yang menempati peringkat tiga, didiskualifikasi.

BERITA REKOMENDASI

Citra pun menanyakan perkembangannya pada PB PABSI. Setelah menunggu dua tahun, atlet asal Lampung ini meminta sang kakak untuk membuat laporan.

“Saya sudah kehilangan kesabaran karena faktor ekonomi, sehingga saya minta tolong pada kakak saya yang ada di Jakarta untuk membuat surat ke Kemenpora, KONI, dan KOI. Tapi tetap tidak ada hasil. Akhirnya pada 2019, saya mendatangi media dengan harapan suara saya bisa terdengar. Tapi hasilnya sama saja,” katanya lagi.

Pandemi Covid-19 membuat kondisi ekonomi Citra dan keluarganya semakin berat, sehingga dia akhirnya memutuskan untuk pergi ke Jakarta untuk mencari tahu sejauh mana proses pengurusan medali peraknya.

“Kesulitan ekonomi yang mendorong saya ke Jakarta. Setiba di Jakarta, saya bingung sekali, tidak tahu harus ke mana karena tidak ada arahan. Akhirnya saya disarankan ke PB PABSI, Di sana, Pak Joko Pramono bilang sudah membuat laporan dan masih menunggu keputusan resmi dari IOC. Saya pun bertanya siapa yang punya wewenang untuk menghubungi IOC dan dijawab bahwa KOI yang berwenang menghubungi IOC,” kata Citra.

Citra pun akhirnya mendatangi kantor KOI bersama suami dan kedua anaknya pada 4 November 2020 dan diterima Wakil Sekretaris Jenderal Wijaya M. Noeradi.


“Hari itu juga langsung diproses oleh KOI. Tidak butuh waktu lama. Pak Okto langsung menghubungi IOC dan dalam waktu dua minggu hasil resminya sudah keluar dan sekarang saya mendapatkan hak saya. Saya bersyukur dan berterima kasih kepada pemerintah, Menpora, dan juga Komite Olimpiade Indonesia yang telah membantu saya mewujudkan hasil ini,” ucap Citra.

Bonus Rp 400 Juta

Setelah diakuinya Citra sebagai peraih medali perak Olimpiade 2012 London, Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) hari ini pun langsung memberikan Citra bonus sebesar Rp 400 juta.

Menpora Zainudin Amali yang memberikan langsung bonus tersebut kepada Citra mengatakan bahwa pemberian bonus ini merupakan komitmen Kemenpora yang terus memperhatikan atlet-atlet berprestasi dalam mengharumkan nama Indonesia.

“Kejadian 8 tahun lalu 2012, ini tetap kami lakukan (pemberian bonus) karena ini komitmen kami untuk apresiasi kepada atlet walaupun itu sudah terjadi lama,” kata Menpora di Kemenpora, Senin (21/12/2020).

“Ini kewajiban Kemenpora, maka harus dilakukan karena itu sudah jadi tekad dan komitmen kami untuk apresiasi dan beri penghargaan kepada atlet,” sambungnya.

Lebih lanjut, Menpora juga mengingatkan agar kejadian ini bisa jadi pelajaran untuk para atlet, pelatih dan cabang olahraga untuk tak mengizinkan atau menggunakan doping.

Menurutnya, hal itu bisa mencederai sportivitas dan dampak lebih buruk lagi bakal mencoreng nama negara.

Sementara itu, Deputi Pembudayaan Olahraga Kemenpora, Raden Isnanta mengatakan untuk pemberian bonus kepada pelatih masih menunggu laporan dari PB PABSI, siapa-siapa saja pelatih yang terlibat di Olimpiade 2012.

“Hari ini, pemberian bonus belum termasuk pelatih karena tunggu surat dari Pak Joko. Pasti hafal siapa yang kala itu melatih. Kemungkinan tahun depan kalau sekarang tidak memungkinkan,” jelasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas