Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Sport

Profil Ranomi Kromowidjojo, Atlet Renang Asal Belanda Berdarah Jawa

Ranomi Kromowidjojo memang asli keturunan Jawa, namun atlet berusia 30 tahun ini merupakan warga Belanda.

Editor: Sanusi
zoom-in Profil Ranomi Kromowidjojo, Atlet Renang Asal Belanda Berdarah Jawa
Tjahjo Sasongko/Kompas.com
Ranomi Kromowidjojo 

TRIBUNNEWS.COM - Sosok Ranomi Kromowidjojo menarik perhatian publik Indonesia ketika namanya muncul di papan Olimpiade Tokyo 2021.

Nama Ranomi Kromowidjojo identik dengan penamaan dari Suku Jawa, tapi kok ada embel-embel bendera Belanda di papan namanya.

Ranomi Kromowidjojo memang asli keturunan Jawa, namun atlet berusia 30 tahun ini merupakan warga Belanda.

Baca juga: Anthony Ginting dan Chen Long Miliki Kunci Sukses yang Sama di Olimpiade Tokyo 2021

Dan beruntung bagi Belanda, atlet keturunan Jawa ini sudah pernah memberikan medali emas untuk negaranya.

Ranomi Kromowidjojo telah mengumpulkan 37 medali emas, 20 perak, dan 12 perunggu level internasional.

Baca juga: Jadwal Greysia Polii/Apriyani Rahayu Final Bulutangkis Olimpiade 2021, Senin 2 Agustus 2021 di TVRI

Di antara koleksi medalinya, ada tiga emas dan satu perak olimpiade.

Di Olimpiade Tokyo 2021, Ranomi Kromowidjojo juga masih ikut serta.

Berita Rekomendasi

Ia memiliki peluang besar untuk meraih medali lagi.

Baca juga: Greysia Polii/Apriyani Ingin Cetak Sejarah, Bertekad Tampil Habis-habisan Demi Meraih Medali Emas

Ranomi pernah datang ke tanah air untuk mengisi sebuah acara di Indonesia 2018 lalu.

Ia datang untuk menceritakan kisah suksesnya di bidang olahraga renang.

Kala itu, Ranomi mengaku tak banyak memahami tentang tanah air nenek moyangnya.

"Sejujurnya saya tak tahu terlalu banyak tentang Indonesia," kata Ranomi.

"Ayah memang bercerita bahwa keluarganya berasal dari Indonesia dan pindah ke Suriname. Tetapi, kita tak pernah berbicara tentang hal tersebut dalam keluarga."

Meski demikian, menurut Ranomi, ini bukan hal yang janggal karena kebanyakan rakyat Belanda memang jarang membicarakan tentang asal usul mereka.

"Hanya dari ayah saya mengenal beberapa kata Indonesia seperti kamu, Idul Fitri, saya, dan ada beberapa lagi...," katanya.

Dilahirkan di Sauwerd, kota kecil di Belanda, pada 20 Agustus 1990, Ranomi mempunyai darah keturunan Jawa dari ayahnya, Rudi Kromowidjojo.

Ayah Rudi—kakek Ranomi—adalah tenaga kuli perkebunan asal Jawa yang dibawa oleh pemerintah kolonial Belanda ke Suriname pada awal abad ini.

Rudi yang dilahirkan di Suriname kemudian pindah ke Belanda dan menikah dengan gadis negeri tersebut, Netty Deemter.

Dari pernikahan ini lahir Ranomi serta saudara laki-lakinya, Chjanoy Kromowidjojo.

"Jadi ya itu, saya sangat sedikit mengenal Indonesia," kata Ranomi.

Namun, sedikit darah Indonesia ini dan statusnya sebagai atlet kelas dunia yang membuat Ranomi diundang sebagai pembicara dalam acara "Conference of Indonesian Diaspora Youth 2018," forum yang mempertemukan pemuda dari 34 provinsi dengan diaspora muda Indonesia dari seluruh dunia di Jakarta, Selasa (14/08/2018).

Pernah Tenggelam

Kepada para pemuda ini, Ranomi menyebut langkah awal karier besarnya dimulai dari impian ketika ia masih sangat kecil.

"Di usia 3 tahun saya mendapat baju renang yang pertama. Saat itu, saya merasa dengan memakai baju ini saya telah bisa berenang. Akibatnya, saya hampir tenggelam," kenang Ranomi.

"Namun saya tidak kapok karena saya merasa di kolam renang saya merasa bebas, merasa fun dan semua hal positif lainnya."

Di usia 8 tahun ia mulai mengenal lomba dan berkompetisi dan kalah. Saat itu ia mengatakan kepada ibunya tidak ingin menjadi atlet dan hanya ingin tetap berada di dalam air.

Alasan ini pula yang membuat ibunya masih secara tekun mengantar Ranomi kecil berlatih renang. Tetapi, semua berubah saat ia terpilih mengikuti European Junior Championship saat berusia 15 tahun pada 2006.

"Saat itulah saya pertama kali merasakan enaknya menjadi juara dan mendapatkan medali. Saya katakan kepada pelatih saya bahwa saya ingin ikut Olimpiade mewakili Belanda," ungkapnya.

Reaksi pelatihnya cukup menyakitkan. "Dia tertawa dan bertanya kepada saya, berapa jam kamu berlatih sepekan? Ketika saya jawab 10 jam, dia bilang kurang sekali. Saya katakan, hanya seperti itu yang diberikan klub saya. Eh dia malah mengatakan, cari jalan lain atau klub lain."

Namun, jalan terbuka saat dalam uji coba menghadapi Olimpiade 2008, tim estafet putri Belanda yang terdiri dari Inge Dekker, Ranomi Kromowidjojo, Femke Heemskerk, Marleen Veldhuis, Hinkelien Schreuder mampu mencatatkan rekor dunia baru.

"Jadinya saya lolos ke Olimpiade 2008. Di Beijing itulah, saya pertama kali mendapatkan medali emas Olimpiade melalui nomor estafet," katanya.

Setelah itu, lintasan tampak lebih mulus buat Ranomi. Ia meraih medali emas di nomor perorangan, 50 meter gaya bebas di Ompiade London 2012.

"Saat saya menyentuh dinding finis, saya langsung melihat papan pencatat waktu. Ketika melihat nama saya terpampang dengan besar sebagai juara adalah pengalaman yang tak akan pernah bisa saya lupakan."

Namun, keberhasilan di Olimpiade London membawa akibat buruk dalam kehuidupan karier Ranomi. Saat pulang ke Belanda, ia dianggap sebagai pahlawan dan diperlakukan tak ubahnya seperti selebriti.

Menurutnya, keadaan saat itu memang memabukkan.

"kami diperlakukan seperti bintang film."

Untungnya, Ranomi yang telah berusia 22 tahun mampu menyadari kembali tentang motivasinya menjadi atlet renang.

"Saya katakan kepada diri saya, saya tidak mau menjadi selebriti. Saya ingin menjadi atlet renang dan kewajiban seorang atlet renang adalah mencatat waktu terbaik buat dirinya dan menjadi juara," katanya lagi.

Menurut Ranomi, ada dua syarat yang dijalaninya untuk meraih prestasi seperti saat ini. Setiap calon atlet atau pemula harus memiliki impian untuk menjadi yang terbaik. Yang kedua adalah ia harus mencari atau menemukan tim atau individu yang akan membantunya mewujudkan impiannya tersebut. Poin kedua, Ranomi mewujudkannya dengan mendapatkan pelatih yang mampu memotivasi.

"Menjelang Olimpiade Rio 2016, saya mendapatkan cobaan dengan kehilangan dua orang yang paling penting dalam hidup saya saat itu. Pertama pelatih saya yang memutuskan pensiun. Yang kedua, saya putus dengan teman dekat saya. Kehilangan kedua orang ini saat itu benar-benar berpengaruh pada diri saya."

Namun, Ranomi kemudian menemukan orang yang tepat pada pelatih pengganti.

"Pelatih baru ini mengatakan kepada saya bahwa Ranomi sebagai atlet renang hanya bagian kecil dari sosok Ranomi sebagai manusia. Dia juga mengajarkan kepada saya cara mengontrol diri dalam bereaksi kepada segala hal, bukan hanya dalam renang. Ini yang ternyata saya butuhkan. Dengan kontrol diri yang baik saya bisa tahu bagaimna bersikap terhadap kondisi kekalahan, krisis, maupun cedera."

Dengan penguasaan diri ini pula, Ranomi tidak harus hancur berkeping saat ia gagal total mendapatkan medali pada Olimpiade Rio de Janeiro 2016 lalu. Pada kejuaraan Eropa 2017 di Kopenhagen, Denmark, Ranomi masih mampu menjadi juara di nomor 50 meter gaya kupu-kupu dan 100 meter gaya bebas. Ia hanya kalah 0.01 detik di belakang juara asal Swedia, Sarah Sjostrom.

"Lebih dari itu, saya menemukan tujuan hidup dan semua yang saya lakukan adalah menolong orang banyak," kata Ranomi.

Karena itulah, ia menerima tawaran kepadanya untuk berbagi pengalamannya untuk menginspirasi anak muda seluruh dunia.

Bahkan, bila saat nanti kariernya berakhir usai Olimpiade 2020, Ranomi sudah tahu apa yang akan dilakukannya.
"Saya tidak ingin sekolah lagi, tetapi tidak juga ingin menjadi pelatih renang. Saya akan fokus pada kegiatan menolong banyak orang, termasuk di Indonesia nantinya."

Di jakarta, Ranomi bercerita lagi soal sulitnya menyandang nama berbau Jawa di lingkungan masyarakat Belanda, bahkan ketika nama Kromowidjojo sudah tercatat sebagai seorang dengan prestasi dunia.

"Sejak kecil, di sekolah atau di tempat lainnya, orang selalu kesulitan untuk membaca K-Romo-Wi-djo-jo. Bahkan pada beberapa lomba, ketika akan pengumuman pemenang masih ada juga yang bertanya kepada saya, bagaimana cara membaca nama ini?"

Biodata Ranomi Kromowidjojo

Nama Lengkap: Ranomi Kromowidjojo

Profesi: Atlet renang

Tempat Lahir: Sauwerd, Belanda

Tanggal Lahir: Senin, 20 Agustus 1990

Zodiak: Leo

Warga Negara: Belanda

Artikel ini telah tayang di TribunJateng.com dengan judul Profil Ranomi Kromowidjojo, Perenang Belanda Berdarah Jawa Raih 3 Emas dan 1 Perak Olimpiade

Sumber: Tribun Jateng
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas