Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Sport

Kisah Masa Kecil Apri: Saat Kecil Jualan Sayur, Main Bulu Tangkis Pakai Raket Kayu Buatan Ayah

Pemain yang juga biasa disapa Ani itu pernah mengalami masa-masa kecil berjualan sayur keliling kampung.

Penulis: Muhammad Barir
zoom-in Kisah Masa Kecil Apri: Saat Kecil Jualan Sayur, Main Bulu Tangkis Pakai Raket Kayu Buatan Ayah
Alexander NEMENOV / AFP
Atlet Indonesia Apriyani Rahayu (kanan) dan Greysia Polii Indonesia berpose dengan medali emas bulu tangkis ganda putri mereka pada upacara selama Olimpiade Tokyo 2020 di Musashino Forest Sports Plaza di Tokyo pada 2 Agustus 2021. 

Banyak orang di sekitar Apri yang menilai dia akan sulit berkembang karena postur tubuh yang pendek. 

Itu menjadi tantangan lainnya yang harus dia hadapi. Ada yang menyepelekan Apri karena dia memiliki postur tubuh pendek. "Mereka menganggap tidak mungkin lah Saya jadi pemain (bulu tangkis) orangnya pendek. Banyak yang menganggap begitu. Tapi Omande sama Opande tetap mendukung untuk terus jalan," katanya.

"Di rumah saya itu, mamah saya suka menanam cabe rawit, sayur, jagung. Kaya gitu-gitu. Di belakang rumah kan luas tuh. Dipetik-petikin sama mamah saya terus diikat".

Suasana nonton bareng di kediaman Apriyani Rahayu menyaksikan final Olimpiade Tokyo 2021 tepatnya sektor ganda putri di Konawe, Sulawesi Tenggara, Senin (2/8/2021).
Suasana nonton bareng di kediaman Apriyani Rahayu menyaksikan final Olimpiade Tokyo 2021 tepatnya sektor ganda putri di Konawe, Sulawesi Tenggara, Senin (2/8/2021). (Tangkapan Layar Tribunnews Sultra)

"Dia bilang gini. Ani (kata Almarhumah ibu) Kamu kan tidak ada uang jajan. Jadi jual ini Sayur. Gitu, Ngajarinnya sampai gitu mamah saya. Omande Almarhumah".

"Iya mah, berapa nih satu ikat. Harganya seribu. Kalau ada yang tawar 500 perak nggak apa-apa. Atau kalau nggak, kamu naikin dulu deh harganya jadi 1500 gitu. Nanti kalau ditawar baru (turun)," katanya.

"Udah jalan. Ada sayur, terong. Itu dua itu kebanyakan di belakang rumah dua itu. Keluar saya, Terong sayur, terong sayur. Alhamdulillah suka habis aja (jualannya, red)," kata Apri.

Sudah dari kecil Apriyani sudah siap menerima komitmen dan melalui perjuangan sulit. Ibaratnya, "Mau saya makan nasi sama garam saja pun saya akan jalani," kata Apriyani.

Berita Rekomendasi

Kemudian pada 2011 akhir saya ke Jakarta. Ada banyak banget cerita haru dari proses dia berangkat ke Jakarta.

"Saya ke Jakarta. Pas saya ke Jakarta, Saya sama Pengurus saya yang merhatiin saya. Kan gini ceritanya"

"Pengurus Saya ini namanya Pak Akib, punya teman di Jakarta namanya Pak Yuslan .. Kerja nggak tahu kerja di mana. Pak Yuslan ini temenan sama Pak Icuk Sugiarto. Jadi Pak Yuslan mengusulkan lah. Pak Icuk ini ada anak didik dari Konawe. Bagus, bla, bla, bla. Makanya saya di bawa ke sini," katanya.

"Sempat mau nggak diterima tapi pengurus Saya Pak Akib meminta, memohon untuk bisa diterima. Coba lihat dulu anak ini selama tiga bulan," kata Ani.

"Selama tiga bulan, kalau saya ada kenaikan dan ada perkembangan. Saya boleh masuk. Dan dijelasin sama Pak Akib Saya itu anaknya orang biasa. Bukan orang berada, dia nggak bisa bayar selama dia latihan di sini. Jadi saat itu dibuka semuanya (kondisinya)," katanya.

"Setelah tiga bulan itu, perkembangannya Alhamdulillah. Pada akhirnya saya gratis latihan, gratis nyuci. Pak Icuk Sugiarto itu luar biasa banget bagi Saya," katanya.

Api obor dibawa oleh mantan pebulu tangkis Indonesia, Icuk Sugiarto.
Api obor dibawa oleh mantan pebulu tangkis Indonesia, Icuk Sugiarto. (Tribunnews.com/Danang Setiaji)

Apri akhirnya bisa menembus Pelatihan Nasional (Pelatnas) PBSI di Cipayung. Meski awalnya, dia sempat merasa khawatir gagal masuk Pelatnas.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas