Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Sport

Fakta Super Pembalap di MotoGP: Marquez Cs Kuat Tak Berkedip Sembilan Menit selama Balapan

Fakta mengejutkan datang dari olahraga MotoGP di mana penelitian menunjukkan seorang pembalap mampu tak berkedip selama sembilan menit.

Penulis: Drajat Sugiri
Editor: Dwi Setiawan
zoom-in Fakta Super Pembalap di MotoGP: Marquez Cs Kuat Tak Berkedip Sembilan Menit selama Balapan
Joe Klamar / AFP
Pembalap Ducati-Pramac Prancis Johann Zarco (kiri) dan pembalap Honda Spanyol Marc Marquez (2R) dan pembalap Honda-LCR Spanyol Alex Marquez (kanan) bersaing setelah memulai kembali balapan Styrian Motorcycle Grand Prix di trek balap Red Bull Ring di Spielberg, Austria pada 8 Agustus 2021. 

TRIBUNNEWS.COM - Kekuatan para rider MotoGP faktanya di atas manusia normal pada umumnya.

Satu di antara kekuatan 'anti mainstream' yang dimiliki rider MotoGP ialah mampu tak berkedip selama sembilan menit saat balapan.

Banyak yang mengatakan bahwa seorang rider diciptakan berbeda.

Bagaimana tidak, mereka bisa berkendara dengan kecepatan 350 km/jam.

Mungkin banyak yang bertanya-tanya, bagaimana seorang rider berkedip di tengah balapan yang intens dan super cepat ini.

Baca juga: Kasus Omicron Meroket, Jadwal MotoGP Mandalika Tetap On Track

Baca juga: Prediksi Lorenzo untuk MotoGP 2022 - Momentum Ducati Merah Membara Akhiri Paceklik Gelar Juara

(kiri) Pembalap Ducati Italia Francesco Bagnaia, pembalap Honda Spanyol Marc Marquez, pembalap Ducati-Pramac Spanyol Jorge Martin dan pembalap Yamaha Prancis Fabio Quartararo bersaing selama Grand Prix Sepeda Motor Austria di trek balap Red Bull Ring di Spielberg, Austria pada 15 Agustus, 2021.
(kiri) Pembalap Ducati Italia Francesco Bagnaia, pembalap Honda Spanyol Marc Marquez, pembalap Ducati-Pramac Spanyol Jorge Martin dan pembalap Yamaha Prancis Fabio Quartararo bersaing selama Grand Prix Sepeda Motor Austria di trek balap Red Bull Ring di Spielberg, Austria pada 15 Agustus, 2021. (Joe Klamar / AFP)

Satu kedipan mata hanya berdurasi 0,15 detik.

Namun, dengan kecepatan tinggi seperti di atas, satu kedipan mata berarti kehilangan jarak pandang sekitar 15 meter.

Berita Rekomendasi

Belum lagi seorang pembalap dihadapkan dengan berbagai kemungkinan yeng terjadi.

Pengambilan keputusan dalam hitungan detik mempengaruhi jalannya pacuan kuda besi di atas lintasan.

Baru-baru ini muncul penelitian yang mengungkapkan bahwa frekuensi berkedip pembalap MotoGP lebih kecil daripada manusia pada umumnya.

Dilansir laman Motosan, adalah SIFI (Societa Industria Farmaceutica Italiana), perusahaan farmasi yang berfokus pada kesehatan mata, yang menjalankan penelitian ini.

SIFI awalnya bekerja sama dengan LCR Honda dengan Cal Crutchlow sebagai kelinci percobaan mereka pada 2015.

Umumnya semua pembalap berkedip lebih sedikit daripada orang biasa.

Jika ini tidak terjadi, risiko kecelakaan akan jauh lebih besar; sepersekian detik dapat merugikan mereka yang melaju dengan kecepatan tinggi.

(kiri) Pembalap Honda Spanyol Marc Marquez, pembalap Ducati-Pramac Spanyol Jorge Martin dan pembalap Italia Ducati Francesco Bagnaia bersaing selama Grand Prix Sepeda Motor Austria di trek balap Red Bull Ring di Spielberg, Austria pada 15 Agustus 2021.
(kiri) Pembalap Honda Spanyol Marc Marquez, pembalap Ducati-Pramac Spanyol Jorge Martin dan pembalap Italia Ducati Francesco Bagnaia bersaing selama Grand Prix Sepeda Motor Austria di trek balap Red Bull Ring di Spielberg, Austria pada 15 Agustus 2021. (Joe Klamar / AFP)

Empat tahun berselang dari riset pertama, SIFI kembali menambah data mereka dengan cara memerika semua pembalap dari berbagai kelas.

Hasilnya terbilang mengejutkan. Para pembalap MotoGP tak berkedip lebih lama daripada pembalap Moto2 dan Moto3 baik saat berlomba maupun tidak.

Rekor jarak berkedip terlama yang dicatat SIFI adalah sembilan menit.

Hasil riset ini jelas di luar prediksi, mengingat aktivitas mengedip merupakan gerakan spontan.

Terlebih lagi indra penglihatan banyak bereaksi dengan cahaya maupun hembusan angin.

Pemimpin riset, Profesor Stefano Barabino memiliki hipotesis mengenai penelitian tersebut.

"Cairan air mata mereka sangat kaya akan lipid, sehingga lapisan air mata tidak rusak dan mereka tidak perlu berkedip. Hipotesis lain adalah bahwa mereka memiliki refleks ini di otak untuk bertahan hidup."

Kemudian, Carmelo Chines, salah satu pemilik perusahaan asal Italia, SIFI, mengungkapkan bahwa tujuannya menemukan formula berupa latihan atau obat tetes mata untuk mengatasi kelelahan, mata kering maupun gangguan penglihatan.

“Metode latihan mata direncanakan untuk 2022 dan 2023. Kami telah mengembangkan dasar untuk kegiatan lain selama dua tahun ke depan."

"Di masa depan, kami ingin fokus terutama pada bidang konsentrasi, penglihatan, dan pelatihan mata," pungkasnya.

(Tribunnews.com/Giri)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas