Liga Voli Indonesia (Livoli) Akan Kembali Gunakan Sistem Tiga Seri Setelah Selama 20 Tahun Vakum
Liga Voli Indonesia (Livoli) akan kembali menggunakan sistem tiga seri setelah selama kurang lebih 20 tahun vakum atau tak digunakan.
Penulis: Alfarizy Ajie Fadhillah
Editor: Muhammad Barir
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Alfarizy AF
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Liga Voli Indonesia (Livoli) akan kembali menggunakan sistem tiga seri setelah selama kurang lebih 20 tahun vakum atau tak digunakan.
Livoli Divisi Utama yang biasanya berlangsung hanya dalam satu seri, dan barulah pada tahun ini berubah kembali menjadi tiga seri.
Hal itu dipastikan langsung oleh Ketua Bidang III (kompetisi dan pertandingan) Pengurus Pusat Persatuan Bola Voli Seluruh Indonesia (PP PBVSI), Hanny S Surkatty.
"Kali ini tiga seri. Dulu pernah, tetapi sudah 20 tahun lalu, setelah itu hanya satu seri. Ini kami coba tiga seri," ujar Ketua III Bidang Kompetisi dan Pertandingan PP. PBVSI Hanny S. Surkatty.
Babak reguler Livoli Divisi Utama akan berjalan pada 11-16 Oktober 2022 di GOR Tawangalun, Banyuwangi, dan GOR Sritex Arena, Solo, 18-23 Oktober 2022.
Setelah itu, akan berlangsung di GOR Kimageti, Kabupaten Magetan akan menjadi tempat berlangsungnya babak final four (4-10 November 2022) dan babak final (12-13 November 2022).
"Mudah-mudahan ke depan bisa empat sampai lima seri. Bisa lebih banyak lagi karena semua pertandingan sangat menarik," tambah Hanny.
Livoli 2022 juga dipastikan akan terdiri dari kompetisi Divisi satu akan dilangsungkan di GOR Debes, Tabanan, BALI, 25 September hingga 2 Oktober mendatang.
Nantinya, para tim itu akan mendapatkan dana subsidi sebesar Rp 10 Juta untuk tim Divisi Satu dan Rp 15 Juta bagi tim Divisi Utama.
Bagi tim divisi utama yang berhasil masuk ke babak final four (empat terbesar) akan mendapatkan subsidi sebesar Rp 25 juta.
"Untuk hadiah itu sebenarnya uang pembinaan. Total senilai Rp500 juta dan ada subsidi untuk di divisi satu itu sebesar Rp10 juta dan untuk reguler divisi utama itu Rp15 juta. Dan untuk final four dan final sebesar Rp25 juta/klub," kata Hanny.
"Jadi cukup besar juga perbedaannya dibandingkan dengan dahulu. Dulu itu tidak ada subsidi dan hadiahnya hanya sebesar Rp200 juta," sambungnya.
Dibagi Dua Divisi: Divisi Utama dan Divisi Satu
Ketua Bidang III Pengurus Pusat Persatuan Bola Voli Seluruh Indonesia (PP PBVSI) Hanny S Surkatty menyebut gelaran Liga Voli Indonesia (Livoli) sudah hampir selesai.
Kompetesi voli tingkat nasional itu terdiri dari dua divisi, yaitu Divisi Utama dan Divisi Satu (Kejurnas Antarklub).
"Persiapannya sampai sejauh ini sudah boleh dibilang 99 persen. Jadi persiapanny sudah oke semua," ujar Hanny usai konferensi pers di SCTV Tower, Jakarta, Rabu (21/9/2022).
"Yang membedakan sekarang dengan lalu lalu adalah karena ini habis covid, jadi harus lebih hati hati, taat protokol kesehatan. Hal hal itu saja. Semuanya berjalan lancar," lanjutnya.
Hanny juga mengatakan gelaran ini bisa dinilmati langsung oleh masyarakat Indonesia yang datang langsung ke lokasi maupun yang menyaksikan di layar kaca melalui siaran televisi swasta (Moji) dan layanan streaming Vidio.
Dua kompetisi itu bergulir di lokasi yang berbeda, Divisi satu akan dilangsungkan di GOR Debes, Tabanan, BALI, 25 September hingga 2 Oktober mendatang.
Untuk Divisi Utama, akan berlangsung di empat arena di daerah Jawa Tengah, yaitu di GOR Tawangalun, Banyuwangi untuk babak reguler.
Pada babak reguler selanjutnya akan berlangsung di GOR Sritex Arena Solo pada 18-23 Oktober 2022, lalu untuk babak final four dan partai pamungkas akan berlangsung di GOR Kimageti, Magetan 4-10 November dan 12-13 November.
Nantinya, para tim itu akan mendapatkan dana subsidi sebesar Rp 10 Juta untuk tim Divisi Utama dan Rp 15 Juta bagi tim Divisi Utama.
Bagi tim yang berhasil masuk ke babak final four (empat terbesar) akan mendapatkan subsidi sebesar Rp 25 juta.
"Untuk hadiah itu sebenarnya uang pembinaan. Total senilai Rp500 juta dan ada subsidi untuk di divisi satu itu sebesar Rp10 juta dan untuk reguler divisi utama itu Rp15 juta. Dan untuk final four dan final sebesar Rp25 juta/klub," kata Hanny.
"Jadi cukup besar juga perbedaannya dibandingkan dengan dahulu. Dulu itu tidak ada subsidi dan hadiahnya hanya sebesar Rp200 juta," sambungnya.
(Alfarizy/m39)