Greysia Polii Cerita Fakta Skandal Match Fixing Olimpiade 2012, Cabor Badminton Nyaris Dihapus
Greysia Polii menceritakan kenangan buruk di Olimpiade 2012 London yang mana terdapat skandal match fixing dari China.
Penulis: Niken Thalia
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
TRIBUNNEWS.COM - Greysia Polii menceritakan kenangan buruk di Olimpiade 2012 London yang mana terdapat skandal match fixing dari China.
Fakta demi fakta diungkap oleh Greysia Polii bahkan cabang olahraga (cabor) badminton nyaris didepak dari gelaran akbar Olimpiade gegara skandal tersebut.
Nama Greysia Polii dan Meilina Jauhari yang terseret juga terkena imbas apes yaitu adanya larangan bermain setelah skandal tersebut.
Jika menarik jauh ke belakang, skandal match fixing berawal dari ganda putri China, Wang Xiaoli/Yu Yang diduga sengaja mengalah dari utusan Korea, jung Kyung-eun/Kim Ha-na.
Baca juga: Greysia Polii Ikuti Rangkaian Persiapan Olimpiade Paris 2024, Dapat Undangan Khusus
Insiden tersebut terjadi saat kedua kubu bertemu di laga pamungkas grup A. Tujuan dari pasangan China sengaja mengalah demi tak bertemu rekan senegara di fase knock out dan bisa mewujudkan All Chinese Final.
Dalam artian, jika All Chinese Final terjai, otomatis penggawa Negeri Tirai Bambu mengamankan keping medali emas dari sektor ganda putri.
Kejanggalan disadari dalam pertandingan antara Wang/Yu dan Jung/Kim karena pasangan China tak bermain dengan baik.
Shuttlecock sengaja tidak dipukul dengan benar yang mengakibatkan itu melebar atau justru menyangkut net.
Upaya Wang/Yu untuk tak bermain baik disadari oleh lawan yang membuat wakil Korea, Jung/Kim juga melakukan hal yang sama.
Imbasnya dalam pertandingan tersebut langsung langsung disorot oleh penonton dan mendapat cemoohan.
"Saat babak delapan besar bisa memilih. Kami mau lawan yang mana. Waktu itu, saya akan bertemu antara Wang Xiaoli/Yu Yang, Kim Ha-na. Begitu juga Han Jung-eun/Kim Min-jung berpikiran juga yang sama," kata Greysia dikutup Tribunnews dari BolaSport.
"Jadi, sebelum dia ada drama saya menyadari Zhao Yun Lei kalah dari Christina Pedersen karena China berambisi All Chinese finals."
"Otomatis saat lihat pertandingan sore hari Wang Xiao Li dan Kim Ha-na seperti buang bola. Tidak mau bermain. Kita bisa lihat di Youtube pertandingannya sangat tidak sportif."
"Dari situ kami berpikir bahwa mereka bermain seperti itu. Jangan-jangan Yu Yang diminta mengalah supaya Zhao Yun Lei bisa ke semifinal karena China merasa sangat percaya diri."
"Dari situ prasangka terjadi antara saya, Meiliana dan Koh Paulus. China dan Korea kok begini mainnya. Kami seharusnya menang karena Wang Xiao Li pasti menang atas Kim Ha-na tidak mungkin kalah."
Namun pada akhirnya, Jung/Kim yang keluar sebagai pemenang dengan skor 21-14 dan 21-11 sekaligus keluar sebagai juara grup.
Sedangkan Wang/Yu dari China misinya untuk keluar sebagai runner-up grup A berhasil setelah 'sengaja' mengalah dari Korea.
Setelah itu, insiden terjadi pada pertandingan Greysia Polii/Meilina Jauhari saat melawan utusan Korea, Ha Jung-eun/Kim Ming-un.
Karena dianggap tidak serius, keduanya diganjar kartu hitam oleh wasit yang artinya didiskualifikasi dari Olimpiade.
Pertandingan yang dipimpin oleh wasit bernama Torsten Berg menilai keduanya bermain tak serius.
Akan tetapi setelah melakukan negosiasi, akhirnya wasit mengabulkan untuk melanjutkan pertandingan antara pasangan Indonesia dan Korea.
Sedikit mendapat ancaman dari wasit, kedua kubu akhirnya bermain lebih serius dan Ha/Kim keluar sebagai pemenang dengan skor 18-21, 21-12, dan 21-14 atas Greysia Polii.
"Korea pun berpikiran yang sama mereka menghindari Wang Xiao Li/Yu Yang pada saat itu karena ada dramanya itu. Saya jujur sudah tahu kalau Wang/Yu kalah. Kalau saya mengalahkan Kim Ha-na, saya akan bertemu Wang/Yu," ungkap Greysia.
"Jujur saya galau kenapa permainan mereka seperti itu. Mereka mempertontonkan hal yang tidak baik. Jadi integritas sebagai atlet goyang. Setelah tanya CdM dan Ketum (PBSI) bagaimana mereka panas dan jadi spotlight kami harus bermain seperti itu."
Berbagai drama menerpa cabor badminton di Olimpiade London 2012, Greysia langsung mendapat tekanan dari sana-sini.
Termasuk reporter dari pihak BWF sudah memberikan peringatan secara tegas agar Greysia Polii bermain dengan serius.
"Setelah itu, saya mendapat sms dari reporter BWF. Dia bilang, ini sudah menjadi sorotan. Jangan main-main. Dari situ saya bilang, saya harus serius. Apa pun yang terjadi saya dan Meiliana harus bermain yang terbaik. Pemikiran itu, saya sudah tegang, nervous, ditekan di kiri-kanan."
"Saya masuk lapangan dengan pemikiran saya dan koh paulus, cdm, dan ketum mereka menonton dari atas mengatakan bahwa saya dan Meiliana akan bermain yang terbaik. Terserah hasilnya mau apa saja karena sudah diwanti-wanti reporter BWF," terang Greysua menceritakan.
"Tetapi, pada kenyataannya Korea yang memegang servis lebih dulu, Saat servis, mereka miring ke sebelah sana. Jadi dari situ ketahuan mereka tidak mau bermain dengan baik. China dan Korea negara yang otoriter. apa pun kata atasan harus menurut."
Baca juga: Ganda Putri Indonesia Babak Belur di Japan Open 2023, Greysia Polii Pasang Badan
Imbas dari rentetan drama yang dialami oleh Greysia Polii nyata dirasakan oleh sang atlet.
Atlet kelahiran 1987 itu merasa tidak adil ketika bertanding membawa nama Indonesia di Olimpiade 2012 kala itu.
Dia sempat melakukan negosiasi dengan BWF via Youtube dan pernah ditayangkan oleh RCTI namun di takedown semuanya.
"Hal itu efeknya jadi ke saya. Saya berpikir tidak adil, saya ingin bermain yang terbaik. Mereka begini, tetapi saya sudah masuk di kandang macan. Itu lihat, saya sudah negosiasi dengan BWF di Youtube. Dulu disiarkan RCTI tetapi di take down semua," ucap Greysia.
"Jadi, tidak ada jejak rekam untuk membela keseriusan kami tim Indonesia. Akhirnya dari situ saya merasa saya harus terima keputusan BWF dan IOC. Pada 2012 ada media gathering belum rileks karena 2012 belum bisa bertemu media, saya sampai memakai topi."
"Sampai di Indonesia saya bersembunyi di rumah dan media mencari kami sampai bulan berikutnya. Salah satu jurnalis mengatakan bahwa agaimanapun ini masalah Indonesia dan dunia. Saya baru sadar dari situ."
"Saya takut disalahkan karena netizen yang kontra dengan saya banyak karena dulu sudah banyak medsos. Ke Indomaret takut karena ini sudah masalah negara. Jadi, membuat saya susah mengungkapkan," katanya menjelaskan.
Dari Skandal, Berbuah Emas dari Tokyo
Setelah drama yang cukup panjang serta membuat Greysia Polii nyaris putus asa untuk mengejar mimpinya, Olimpiade Tokyo 2020 merupakan jawaban bagi sang atlet.
Sempat memutuskan untuk berhenti dari dunia bulu tangkis, Greysia Polii jelang Olimpiade Tokyo 2020 justru mendapat gairah baru lagi.
Dia dipasangkan dengan Apriyani Rahayu yang kemudian bisa naik podium tertinggi lagi.
Baca juga: Greysia Polii Ikuti Rangkaian Persiapan Olimpiade Paris 2024, Dapat Undangan Khusus
5 bulan dipasangkan bisa merangsek ke posisi 11 di tabel ranking BWF serta dengan torehan gelar menawan lainnya.
Greysia mengaku jika dia bermain dengan gemira, walau ada masalah di depan mata, semua akan berjalan dengan baik.
Sampai pada akhirnya dia berhasil meraih medali emas di Olimpiade Tokyo 2020.
"Padahal, menuju 2020 saya sempat khawatir dan sempat ingin berhenti beberapa kali dari bulu tangkis. Setelah tidak jadi berhenti. Kami sudah ada planning nikah 2017 dan off dari dunia perbulutangkisan," jelas Greysia.
"Saat dipasangkan dengan Apriyani pada 2017 dan jadi juara lagi. Setelah 5 bulan peringkat ke-11 dan gelar lain. Ketika dicoba jalani dengan gembira meskipun ada problematika semua berjalan dengan baik."
"Karakter yang harus dimiliki untuk mencapai impian, keetika saya tahu ingin menjadi juara olimpiade sejak 13 tahun setelah ada prioritas ada komitmen. Komitmen ini yang mengarah ke kerja keras untuk mencapainya."
"Dengan ada ini, fokus ke tujuan. Setelah itu ada tangan tangan yang membantu, tangan Tuhan yang membantu saya. Ini bukan semata-mata kerja keras saya, tetapi juga ada pihak yang mendukung saya. Media bagian dari kesuksesan saya," pungkasnya.
(Tribunnews.com/Niken) (BolaSport.com/Delia Mustikasari)