Hasil Kejuaraan Dunia BWF Tak Bersahabat dengan Indonesia, Bukti Era Anyar PBSI Seret Prestasi
Hasil Kejuaraan Dunia BWF dalam beberapa tahun terakhir tak bersahabat dengan Indonesia terutama saat era PBSI dipegang Firman Agung Sampurna.
Penulis: Dwi Setiawan
Editor: Siti Nurjannah Wulandari
TRIBUNNEWS.COM - Hasil Kejuaraan Dunia BWF dalam beberapa tahun terakhir nyatanya tak bersahabat dengan Indonesia.
Indonesia tercatat tidak mampu meraih satu medali emas pun dalam tiga edisi terakhir di ajang Kejuaraan Dunia BWF.
Teranyar, Indonesia hanya mampu mengirimkan satu finalis aja di Kejuaraan Dunia BWF 2023 yang berlangsung di Denmark.
Ialah pasangan Apriyani Rahayu/Siti Fadia yang menggendong sendirian nasib Indonesia di final Kejuaraan Dunia BWF 2023 sektor ganda putri.
Baca juga: Hasil Final Kejuaraan Dunia BWF 2023: Apriyani/Fadia Antiklimaks, Dibekuk Chen/Jia 2 Gim Langsung
Pada partai final yang telah digelar sehari yang lalu, Minggu (27/8/2023), Apriyani/Fadia tak bisa berbuat banyak di final.
Pasangan Apriyani/Fadia kalah dua gim langsung melawan Chen Qingchen/Jia Yifan (China/1) dengan skor 16-21 dan 12-21 di partai final.
Kekalahan itu membuat Indonesia kembali nirgelar di ajang Kejuaran Dunia BWF.
Sebagai salah satu negara dengan prestasi besar di arena bulu tangkis dunia, Indonesia tercatat tak mampu meraih gelar sama sekali dalam tiga edisi terakhir Kejuaraan Dunia BWF.
Bahkan jika dihitung, Indonesia kalah dengan negara tetangga yang tergolong lebih sukses mendulang medali.
Dalam tiga edisi terakhir, Thailand sukses meraih dua medali emas, satu perak dan satu perunggu.
Sementara, Malaysia juga mampu memboyong satu medali emas dan dua perunggu.
Bahkan, Singapura yang tak banyak memiliki jagoan juga mampu meraih satu medali emas lewat Loh Kean Yew.
Hanya Indonesia saja yang tidak mampu meraih medali emas dalam tiga edisi terakhir Kejuaraan Dunia BWF.
Tim Merah Putih tercatat hanya mampu meraih dua medali perak dan satu perunggu saja pada periode tersebut.
Ketidakmampuan wakil Indonesia menyumbangkan medali emas dalam tiga edisi terakhir ajang Kejuaraan Dunia BWF jelas menjadi evaluasi bagi PBSI.
PBSI selaku induk organisasi bulu tangkis Indonesia harus segera berbenah agar prestasi atlet-atletnya lebih baik kedepannya.
Apalagi kekeringan prestasi bulu tangkis Indonesia ini terjadi pada era kepemimpinan Firman Agung Sampurna.
Sejak menjabat sebagai Ketua Umum PBSI pada tahun 2020 silam, era kepemimpinan Firman Agung Sampurna seakan seret prestasi di Kejuaraan Dunia BWF.
Pada tahun 2021, keputusan mendadak untuk tidak ikut Kejuaraan Dunia BWF lantaran pandemi Covid sempat dipertanyakan.
Hal ini mengingat para punggawa Indonesia sudah siap tempur untuk bisa meraih prestasi terbaik di Spanyol pada tahun tersebut.
Hanya saja keputusan mundur lantaran takut karena Virus Omicron yang sedang merebak membuat Indonesia gagal mendulang prestasi.
Setahun berselang, Indonesia hanya mampu mendulang medali perak dan perunggu saja.
Medali perak disumbangkan oleh Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan dari sektor ganda putra.
Sementara, medali perunggu diraih Fajar Alfian/Rian Ardianto juga dari nomor ganda putra.
Dan pada tahun ini, raihan satu medali perak harus puas didapatkan Indonesia lewat Apriyani/Fadia dari nomor ganda putri.
Seretnya prestasi Indonesia dalam mendulang emas di ajang sekelas Kejuaraan Dunia BWF jelas menjadi hal yang patut dievaluasi bersama-sama.
Terutama bagi PBSI era Firman Agung Sampurna yang berlangsung tanpa kepingan medali emas di Kejuaraan Dunia.
PBSI harus segera berbenah mengingat tahun depan sudah ada agenda Olimpiade Paris dimana persaingan untuk lolos babak kualifikasi makin ketat saat ini.
(Tribunnews.com/Dwi Setiawan)