Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Sport

Paris Van Java Pemanasan Sebelum Ajang Bergengsi Pesepeda Ultra Kelas Dunia

bersepeda jarak jauh atau Ultracylcing ‘Paris Van Java’ Mountainering 400 KM, 8000 eg dengan jalur dari Kota Bogor sampai ke Bandung.

Penulis: Reza Deni
Editor: Wahyu Aji
zoom-in Paris Van Java Pemanasan Sebelum Ajang Bergengsi Pesepeda Ultra Kelas Dunia
istimewa
Bersepeda jarak jauh atau Ultracylcing ‘Paris Van Java’ Mountainering 400 KM, 8000 eg dengan  jalur Kota Bogor- Perkebunan Cempaka Cianjur- Kota Bandung- Waduk Cirata- Kota Bogor.  

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - centuryride.id menghelat bersepeda jarak jauh atau Ultracylcing ‘Paris Van Java’ Mountainering 400 KM, 8000 eg dengan jalur Kota Bogor- Perkebunan Cempaka Cianjur- Kota Bandung- Waduk Cirata- Kota Bogor

Dimulai dari garis start pukul 05.00 WIB tanggal 4 Mei 2024 di salah satu pusat perbelanjaan di kota hujan dengan tenggat waktu selama 44 jam atau finish terakhir pukul 01.00 WIB tanggal 6 Mei 2024.

Ketua Umum Paguyuban Pesepeda Bogor Raya, Yuwono Anak Langit mengatakan, bahwa ajang ini dirancang secara  dadakan oleh peseda handal yakni I Made Oktiawan dan Roni Wang.

Walau dalam waktu perencanaan singkat, ajang ini mendapat sambutan baik dari pesepeda disekitaran Jabodetabek dengan jumlah perserta 60 orang.

“Bahkan ajang pertama ini, sudah kedatangan satu peserta dari luar negeri bernama Christhoper William,” kata dia saat menjadi penjaga pos satu di Perkebunan Campaka, Cianjur, dikutip Rabu (8/5/2024).

Dia menerangkan 400 KM itu merupakan jarak tempuh yang harus dilewati oleh peserta. 

Sedangkan 8.000 eg menandai akumulasi ketinggian tanjakan yang akan menghadang peserta lomba ini. 

Berita Rekomendasi

Dengan medan menantang itu dia memastik peserta yang ikut ajang ini haruslah pesepeda dengan pengalaman minimal melintasi jalur ultra sejauh 100 KM. 

“Mereka harus dapat menunjukan record strava 100 KM kepada kami,” ujar dia. 

Seperti ajang ultra bike lainnya, dia mewanti-wanti perserta harus memiliki kemampuan untuk perbaikan ringan seperti menyambung rantai putus dan pemasangan ban hingga kemampuan dasar navigasi. 

“Ajang ini kan ultracycling unspport, jadi kami hanya menentukan jalur dan titik pemeriksaan. Selanjutnya peserta harus bisa mencari jalur yang tepat dengan gawai yang mereka miliki,” kata dia. 

Tak berarti panitia lepas tangan begitu saja, kata dia, sebab perserta dilengkapi alat penanda yang berkerja dengan teknologi Global System for Mobile Communications(GSM). 

“Jadi kami dan siapapun dapat memindai posisi peserta secara realtime di wahana pemindai. Kali ini kami menggunakan racemap.com,” kata dia. 

Yuwono mengatakan, ajang Paris Van Java dijadikan peserta sebagai ajang pemanasan sebelum mengikuti ajang bergengsi kelas dunia yang umumnya dihelat pada musim panas yakni Juni hingga September. 

Misalnya di Migilia Italia, Paris-Brest- Paris  dan Boogie Equator Borneo 1.700 KM, 19.000 eg.

“Cocok jadi ajang latihan, apalagi Paris Van Java Ini bisa dikatakan ultracylcling  dengan ketinggian tertinggi di Jawa Barat,” ujar dia.

Tak heran jalur yang diracang tergolong terjal. Dirinya mencontohkan, etape pertama  peserta sudah mulai diajak menjajaki rute Bogor- Sukabumi yang lumayan menanjak namun tidak terlalu berat.

Tapi peserta harus berbelok ke kanan menuju Tegal Panjang menjelang kawasan gunung padang dan curug Citambur. 

Tahapan inilah mulai menguras tenaga ekstra hingga mencapai pos pemeriksaan pertama atau 100 KM pertama. 

Lepas pos satu, peserta disuguhi tanjakan panjang dengan tingkat kemiringan hingga 21 derajat untuk menuju Ciwidey.

Pada etape inilah peserta harus betul betul menguras tenaga.

Baca juga: Ditlantas Polda Riau Patroli Kendarai Motor Roda Dua dan Bersepeda Dalam Rangka Cooling System

“Rute ini baru pertama kami jajaki. Ampun tanjakanya  ada yang kemiringan sampai 21 derajat. Jadi aku pakai gear 34 itupun hanya dapat pace 5,” ujar seorang peserta.

Hasilnya akhir, Aris Wibowo menjadi pemenang Paris Van Java dengan catatan waktu 24 jam, 46 menit. 

Dia berhak atas pelakat dan tiket gratis sebagai peserta Boogie Equator Bornea pada September mendatang. Juara Dua, Muhammad Irawan dengan catatan waktu 25 Jam 30 menit,  dan Eko Budi Prasetyo dengan catatan waktu 25 jam 38 menit

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas