Laga PSMS vs Persebaya Versi LPI Bak Ejakulasi Dini
LAGA perdana PSMS kontra Persebaya Indonesian Premier League (IPL) sangat jauh dari label profesional.
Editor: Prawira
Tulisan Rahmad Nur Lubis, Ketua Umum PFC
LAGA perdana PSMS kontra Persebaya Indonesian Premier League (IPL) sangat jauh dari label profesional. Faktanya, PSMS IPL bermain underform lantaran baru tiga hari dibentuk, memang mengecewakan publik yang ingin menyaksikan partai di ajang prestisius sekelas kasta tertinggi.
Tidak hanya Stadion Teladan yang sepi penonton juga alpa dengan sponsorship pada billboard di pinggir lapangan, scoring board pun tak berfungsi serta bench kedua tim layaknya bangku 'kondangan'. Pertandingan IPL kemarin menunjukkan bahwa PSSI lewat pengelola PT LPIS belum siap menggelar liga.
Sebagai suporter, sejatinya memang mendukung keputusan main di manapun, di IPL atau ISL. Kami hadir di Teladan untuk mendukung PSMS. Mau di IPL dan kami juga memastikan akan hadir juga saat tim PSMS yang di ISL main.
Namun, tak bisa dibantah dalam hal persiapan, ISL keliatannya lebih siap dan diikuti oleh tim-tim yang yang juga lebih siap. PSSI keblinger di awal dan begitu yakin dgn keputusan-keputusannya yang lari dari statuta.
PSSI merasa, klub akan turut begitu saja ketika sudah ada merger yang juga terkesan dipaksakan. Dan mereka baru tersentak ketika sepekan sebelum jadwal, banyak klub yg akhirnya membelot.
Klub-klub telah berhasil mengibuli PSSI yang awalnya ingin mengkooptasi klub seenak udelnya. Parahnya PT LPIS belum memiliki pengalaman yang matang untuk mengelola suatu kompetisi. Ibarat seorang pengantin baru pria, PSSI ejakulasi dini. Tak bisa mengontrol dirinya sendiri sesuai yang dia inginkan.
Ironisnya, PSSI ini juga seperti seorang pria yg tak pernah pacaran. Tapi merasa tak butuh untuk mendengarkan masukan dari orang lain yang sudah menikah bertahun-tahun. PSSI keblinger sendiri dan akhirnya ejakulasi dini.
Makanya, ISL yg notabene bukan kompetisi yang sah akan jauh lebih menarik dan tertata dengan baik. Pelaksana ISL ini ibarat seorang duda yang baru cerai dan berselingkuh. Tentu dia akan lebih 'lihai', karena punya pengalaman yg lebih matang.
Untuk itu, dia melihat solusinya adalah PSSI harus merangkul orang-orang yang lebih 'lihai' ini ke dalam organisasinya. Belajarlah dan beri mereka peran di situ. PSSI tak perlu malu belajar. Rangkul pihak-pihak yang ada di ISL utk kembali bersatu membuat liga yang benar-benar sehat.
PSSI harus mengakui kesalahannya. Akui dia punya penyakit dan sekarang saatnya dia berobat.Di sisi lain, harus diakui, IPL inilah yang resmi menurut PSSI sekarang sebagai pemegang otoritas tertinggi sepakbola nasional.
Seperti dulu IPL dianggap ilegal dan ISL legal, sekarang sebaiknya. Jadi harus diterima dan PSSI harus mau belajar. (raf/tribun-medan.com)