Saktiawan: Bapak-bapak di PSSI dan KPSI Itu Kayak Anak-anak
Sanksi FIFA. Kosa kata yang teramat sering bergaung sejak dualisme kepengurusan dan kompetisi sepakbola Indonesia
TRIBUNNEWS.COM – Sanksi FIFA. Kosa kata yang teramat sering bergaung sejak dualisme kepengurusan dan kompetisi sepakbola Indonesia kian mengkristal. Puncaknya, FIFA kembali melontarkan ultimatum akan membekukan sepakbola Indonesia jika hingga 10 Desember 2012 (kemarin), kisruh yang berkelindan tak juga dituntaskan. Rencananya, persoalan ini akan dibawa ke Sidang Komite Etik FIFA di Tokyo, Jepang, Jumat (14/10/2012) mendatang.
PSMS Medan adalah satu dari beberapa klub liga profesional yang turut memperkeruh kisruh dualisme di dua musim terakhir. Tak peduli pada publik Medan yang sudah muak namun tetap mengapungkan asa agar PSMS Medan bersatu demi kejayaan tim berjuluk Ayam Kinantan ini. Imbas dari sanksi FIFA adalah kerugian tak terperikan bagi masyarakat dan pesepakbola itu sendiri.
Saktiawan Sinaga, penyerang PSMS "Birokrat" mengaku sudah teramat jenuh dengan pusaran konflik dualisme sepakbola nasional yang seolah tak pernah berkesudahan. Menurutnya, kepentingan dan egoisme menjadi penghambat penyatuan. Ia menyadari pemain tak berdaya bila sanksi FIFA dijatuhkan.
"Pada prinsipnya, kami pemain berharap bapak-bapak di PSSI atau KPSI punya solusi bersama untuk menyelamatkan sepakbola Indonesia. Selama ini mereka bersikap seperti anak-anak yang mementingkan ego masing-masing. Lihatlah peringkat Indonesia di FIFA sangat rendah, peringkat 150," keluh eks penyerang Mitra Kukar ini.
Namun, Sakti pesimis elite pengurus mau bersatu hati. "Kalaupun akhirnya FIFA menjatuhkan hukuman, ya mau gimana. Kayak tarkamlah sepakbola Indonesia. Enggak bisa kemana mana," sebutnya.(raf/ ibr)