Ini Lucu, Duo PSMS Dapat Jatah Setengah-setengah Hak Suara di KLB
Tim verifikasi PSSI memutuskan duo PSMS Medan lolos verifikasi sebagai peserta Kongres Luar Biasa (KLB)
TRIBUNNEWS.COM – Tim verifikasi PSSI memutuskan duo PSMS Medan lolos verifikasi sebagai peserta Kongres Luar Biasa (KLB) pada 17 Maret mendatang. Yang menggelikan adalah jatah suara dibagi dua alias setengah-setengah. Alasan yang diapungkan yakni demi rasa keadilan.
Alih-alih menuntaskan polemik dualisme berkepanjangan, justru membuat kebingungan kian tak terperikan. Tak dinyana, keputusan tersebut mendapat reaksi berbeda dari dua kubu PSMS Medan.
Media Officer PSMS Medan versi PT Liga Indonesia, Abdi Juniater Panjaitan menyebutkan keputusan tim verifikasi sungguh nyeleneh. Hal itu justru kian membuka kran polemik dualisme tak berujung. Seyogianya, tim verifikasi hanya menetapkan satu dari dua klub supaya jelas.
"Tim verifikasi harus tegas, masak hak voter setengah-setengah. Inikan lucu-lucuan. Bagaimana nanti kalau masuk mekanisme voting? Suara siapa yang dipakai? Keputusan seperti ini hanya semakin menajamkan dualisme bukan menuntaskan. Aneh," kata Abdi dengan nada suara meninggi saat berbincang dengan Tribun di Medan, Kamis (7/3/2013).
Sementara itu, Wakil Manajer Tim PSMS Medan versi PT Liga Prima Indonesia Sportindo (LPIS), Julius Raja merespons baik keputusan mengikutsertakan kedua kubu sebagai peserta KLB. Menurutnya, kebijakan itu justru untuk misi penyatuan klub yang sedang berkutat dengan dualisme.
"Kami tidak kecewa dengan keputusan tim verifikasi. Ini bagus untuk mencegah jatuhnya sanksi FIFA. Kedua, sebagai jalan penyatuan PSMS. Kita harus lihat dampak jangka panjangnya. Ini untuk kepentingan merah putih, kepentingan Indonesia," kata King.
"Kami mendukung sepenuhnya kebijakan itu supaya tidak ada lagi dualisme di tubuh PSMS ini. Sebab nanti gambarannya setelah kongres, secepatnya tim verifikasi akan turun ke Medan untuk menentukan PSMS yang sah, atau satu," lanjutnya.
Begitupun, King menuturkan tidak setuju dengan pembagian hak suara. Bila ada kebijakan yang mengharuskan mekanisme voting, maka sebelum voting PSSI sudah menentukan siapa yang paling layak berdasarkan pengalaman yang ada.
"Kalau nantinya ada mekanisme voting, sebelum voting harusnya ditentukan satu PSMS, apakah itu PSMS pimpinan Benny Sihotang atau Indra Sakti yang punya hak. Kalau dua nanti yang sulit juga. Ini bukan soal kalah menang, tapi untuk melancarkan kongres," lanjutnya.
Sebelumnya, Anggota Tim Verifikasi perwakilan KPSI, Sefdin Saifudin menyebutkan pihaknya mengakomodir dua PSMS supaya adil. "Ini demi rasa keadilan. Jadi nanti ada PSMS A dan PSMS B. Masing-masing memiliki suara setengah. Kalau Persija yang dipakai klub yang main di ISL. Soalnya, Persija IPL tak memiliki home base," ucapnya.(raf)