M. Firman Terbaik di Gothia Cup 2013 Rindu Ortu di Semarang
Pemain terbaik Gothia Cup 2013, M. Firman, punya impian yang sederhana seusai membawa ASIOP Apacinti menjadi runner up di Swedia.
Penulis: Deodatus Pradipto
Editor: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pemain terbaik Gothia Cup 2013, M. Firman, punya impian yang sederhana seusai membawa ASIOP Apacinti menjadi runner up di Swedia. M. Firman ingin memeluk kedua orang tuanya.
Meski gagal mengantarkan ASIOP Apacinti menjadi juara setelah dikandaskan NK KRSKO (Slovenia), Sabtu (20/7/2013), M. Firman berhasil pulang dengan kepala tegak. Firman yang mencetak delapan gol sepanjang turnamen dinobatkan sebagai pemain terbaik.
“Saya tidak menyangka bisa menjadi pemain terbaik. Sudah pasti saya bahagia,” tutur Firman kepada Tribunnews.com.
Keberhasilan Firman menjadi pemain terbaik juga tidak lepas dari doa kedua orang tuanya. Sebelum berangkat ke Swedia pertengahan Juli silam, kedua orang tua Firman berpesan untuk rajin sholat, membaca Al Quran, rajin berdoa, berlatih, dan bekerja keras.
“Saya selalu kontak orang tua di Semarang. Saya minta doa supaya bisa memenangkan pertandingan. Saya juga cerita kalau dipilih sebagai pemain terbaik. Mereka cuma bilang Alhamdulillah,” ungkap Firman.
Orang tua memang mengambil peranan besar dalam keberhasilan Firman menjadi pemain terbaik. Eksistensi Firman di dunia sepak bola tidak dapat lepas dari jerih payah kedua orang tuanya. Ibunya yang berprofesi sebagai karyawan pabrik, sementara ayahnya sudah tidak bekerja. Semua biaya belajar, tinggal, dan mengikuti SSB ASIOP Apacinti sepenuhnya berasal dari hasil banting tulang ibunya.
Sayang, ketika bersama tim disambut di gedung Kompas Gramedia, tak ada seorang pun perwakilan dari orang tuanya yang hadir. Ketika diperkenalkan ke hadapan hadirin, wajahnya menunduk, tersenyum kecil, dan menahan tangis. Ekspresi wajah yang merefleksikan kerinduan bertemu dengan kedua orang tua. Maklum, sudah tujuh bulan lebih Firman tidak berjumpa dengan kedua orang tuanya yang tinggal di Semarang. Firman hanya seorang diri tinggal di Jakarta di sebuah kos-kosan sederhana di daerah Palmerah.
“Saya baru ketemu orang tua Lebaran nanti karena saya masih sekolah. Kalau ketemu orang tua saya mau peluk mereka karena saya kangen mereka. Setelah itu saya mau kumpul lagi bersama orang tua selama mungkin,” ungkap Firman yang ingin menjadi pesepakbola profesional.