PSMS Bisa Bangkit Jika Manajemen Tak Kacangan
Hardiantono belum bisa melupakan pahit-getir nasibnya kala membela PSMS Medan musim lalu.
TRIBUNNEWS.COM – Hardiantono belum bisa melupakan pahit-getir nasibnya kala membela PSMS Medan musim lalu. Pemain muda yang melejit usai membela tim sepakbola PON Sumut ini bergabung dengan PSMS Medan versi Liga Indonesia (LI) dan pada awalnya diserahi tanggung jawab sebagai wakil kapten.
Ban kapten itu kemudian berpindah ke lengannya pascapengunduran diri M Afan Lubis Afan, pemain senior, tak ingin berlama-lama di tengah kondisi serba tak pasti. Ia enggan bekerja tanpa digaji. Sejumlah pemain senior lain juga ikut pergi. Hardiantono mencoba bertahan. Berharap perubahan namun ternyata justru kian jeblok. Hingga akhir musim, gajinya dan gaji seluruh pemain yang masih bertahan tetap ditunggak.
Hardiantono belum lupa, bagaimana mereka menggeruduk rumah Indra Sakti, Ketua Umum PSMS yang lari dari tanggung jawab. Belum lupa bagaimana mereka sampai menginap emper Monas, di masjid, lantaran tak punya uang saat nekat mendatangi kantor PSSI di Jakarta, untuk menanyakan kejelasan nasib. "Iya, saya belum lupa itu semua. Siapa yang bisa lupa? Mungkin seumur hidup nggak akan lupa kenangan buruk itu," katanya pada Tribun di Medan, kemarin.
Nada bicaranya dingin. Namun Tono, begitu ia akrab disapa, menampik dirinya mendendam pada PSMS. Ia tidak sepenuhnya rapat menutup pintu kemungkinan untuk bergabung kembali. Ia pun optimistis Ayam Kinantan bisa bangkit kembali.
"Kuncinya adalah di manajemen. PSMS bisa bangkit, kembali ke era kejayaan, jika manajerial diperbaiki. Orang-orang yang duduk di sana harus benar-benar profesional. Terlebih-lebih di musim lalu. Manajemennya, top manajemen, sangat jauh dari kata profesional, kacangan," katanya.
Harapan serupa datang dari Luis Irsandi. Mantan pemain PSMS Medan versi LPIS ini menempatkan segala kekacauan di musim lalu (dan juga musim sebelumnya), sebagai pelajaran. Jangan sampai tiga kali mengulang kesalahan yang sama.
"Sudah cukup lama PSMS ini tidur. Sekarang saatnya bangkit dan kembali merindukan taji. Kita semua rindu PSMS yang dulu. PSMS yang sangat disegani lawan dan jadi pujaan masyarakat Kota Medan," katanya.
Perihal pergantian manajemen yang mengarah ke penyatuan PSMS, Luis Irsandi memberi apresiasi positif. "Yang baik dari musim lalu dipertahankan, yang tidak baik, ya, ditinggalkan. Jangan lagi diberi ruang. Untuk manajemen, saya berharap diisi oleh orang-orang yang benar-benar profesional. Bukan orang yang mencari keuntungan dari PSMS. Klub ini bukan punya sekelompok orang," ujarnya.
Tri Hardiansyah juga membubungkan asa. "Aku berharap para pengurus yang baru tidak mengulang kekonyolan-kekonyolan yang sudah dilakukan pengurus sebelumnya. Kasihan pemain, Bang, sudah capek-capek bermain malah dizolimi," ucap pemain yang sedang mengikuti seleksi di PSS Sleman ini. Tri berharap nama PSMS kembali berkibar, kerena prestasi, bukan karena konflik internal.(TRIBUN MEDAN/cr8)