Jonas Eriksson Wasit Miliader Musuh Barcelona
Wasit yang memimpin laga AC Milan kontra Barcelona tak menujuk penalti saat pemain belakang Milan melakukan pelanggaran di kotak maut.
Editor: Dewi Pratiwi
TRIBUNNEWS.COM - Laga pertama perempat final Liga Champions di San Siro dua musim lalu, Jonas Eriksson menjadi musuh besar Barcelona.
Bagaimana tidak, wasit yang memimpi laga AC Milan kontra Barcelona tak menujuk titik putih penalti saat pemain belakang Milan melakukan pelanggaran di kotak maut itu.
Pada malam itu bukan hanya satu kali Eriksson merugikan El Barca. Untuk kedua kalinya ketika pemain El Barca dijatuhkan di kotak terlarang itu, sang pengadil di lapangan hijau tak juga memberikan tendangan penalti untuk El Barca.
Paling tidak, itu yang diungkapkan dari kubu El Barca. Ketika itu, pelatih Josep Pep' Guardiola mengaku kecewa dengan kepemimpinan wasit. Apalagi sang kapten Carles Puyol yang sebenarnya mempunyai peluang menjebol gawang Milan dengan tandukannya bila saja tidak dijatuhkan lawan.
"Saya berdiri bebas, tapi kemudian ada seseorang yang menarik baju saya. Saya kemudian menanyakannya pada wasit dan katanya, 'itu bukan penalti'," ungkap Puyol saat itu.
Eriksson akan kembali memimpin El Barca saat bertandang ke Etihad meladeni Manchester City, Rabu (19/2/2014). Ini untuk kedua kalinya kubu El Barca akan berada di bawah pimpinan wasit asal Swedia itu. Bagi sang wasit, keputusan kontroversi itu juga bukan pertama kalinya.
Ia juga pernah menjadi sorotan ketika hanya memberikan kartu kuning Roberts Lewandowski ketika menyikut keras pemain Arsenal, Laurent Koscielny pada penyisihan, Oktober lalu.
Bahkan ia dianggap tidak pantas memimpin laga di Liga Champions karena keputusannya yang keliru dalam laga Rangers melawan Sevilla di Liga Champions 2009 lalu.
Siapa sebenarnya Eriksson? Wasit berusia 39 tahun ini bukan sembarangan wasit. Ini dari faktor pendapatan yang dihasilkan. Bila biasanya wasit yang memimpin laga di Eropa paling tidak berpenghasilan 70.000 pound atau Rp 1,3 miliar per tahun, pendapatan Eriksson bisa mencapai jutaan pound.
Itu karena Eriksson adalah seorang miliader. Ia pemilik media olahraga IEC yang menyebar tidak hanya Eropa, tapi juga dunia melalui stasiun televisi dan perusahaan media. Ia juga baru mendapatkan setumpuk uang sampai 6 juta pound atau Rp 117 miliar dari penjualan saham 15 persen dari perusahaannya itu. Ini terpaksa ia lakukan karena kini sang miliader lebih menikmati dunia sepak bola dari pada bisnisnya itu.
"Saya menikmati dunia bisnis sejak 2011, tapi sekarang saya ingin mendedikasinya diri saya sebagai wasit profesional dan menikmati kehidupan saya itu. Semua uang itu tidak mengubah apa pun. yang terbaik yang saya lakukan dalam hidup saya menjadi wasit sepak bola," ungkap Eriksson.
Baca di Koran Super Ball, Selasa (18/2/2014)