TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Dalam kasus meninggalnya penyerang Persiraja, Akli Fairuz, komisi disiplin (komdis) PSSI tidak hanya memberikan hukuman kepada penjaga gawang PSAP Sigli, Agus Rohman selama satu tahun larangan bermain.Tetapi, hukuman juga diberikan kepada PT Liga Indonesia.

Operator kompetisi PT Liga Indonesia dan Divisi Utama dianggap lalai dalam menegakkan regulasi tentang medis. Sidang Komdis PSSI dilakukan di kantor PSSI, Senayan, Jakarta, Sabtu (31/5/2014).

“LIGA dihukum untuk segera menegakkan regulasi tentang medis termasuk permintaan agar mengingatkan klub untuk mematuhi regulasi tentang medis. LIGA dianggap lalai, karena belum maksimal menjalankan itu (regulasi tentang medis),” kata ketua komdis PSSI, Hinca Pandjaitan.

Akli Fairuz meninggal dunia setelah menjalani perawatan intensif selama enam hari di rumah sakit Zainal Abidin, Aceh. Dia mengelami luka berat setelah peristiwa benturan keras dengan kiper PSAP Sigli, Agus Rohman, pada laga Divisi Utama 2014 di Stadion H Dimurthala 10 Mei lalu.

Menurut Hinca, kejadian meninggalnya Akli Fairuz menjadi pembelajaran mengenai pentingnya tenaga medis dalam sebuah pertandingan sepak bola. Di sini peran PT Liga Indonesia sebagai operator kompetisi diperlukan. Apabila tidak mampu maka tugas ini akan diambil alih Komdis PSSI.

“Kasus medis supaya semua klub peduli pentingnya medis dan rasa keselamatan dalam pertandingan. Menegakkan aturan itu bisa diselesaikan internal. Itu regulasi PT Liga Indonesia. Kalau tidak bisa menjalankan tugas, maka akan diambil alih komdis,” tuturnya.

PSSI membentuk tim investigasi medis untuk melakukan penyelidikan langsung terkait kasus meninggalnya pemain Persiraja Banda Aceh, Akli Fairuz. Tim medis PSSI terdiri dari Toni Aprilani sebagai ketua dan anggotanya, Sofyan Hasdam. Mereka telah berkunjung langsung ke Aceh sejak beberapa hari lalu.