Brasil vs Jerman, Kenangan 1970 dan 1982
Pertempuran beda warna permainan akan tersaji saat Brasil ditantang Jerman pada babak semifinal Piala Dunia
Penulis: Nurfahmi Budi
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM - Pertempuran beda warna permainan akan tersaji saat Brasil ditantang Jerman pada babak semifinal putaran final Piala Dunia 2014, di Estádio Mineirao, Belo Horizonte, nanti malam. Sajian pertandingan klasik tersebut mengingatkan kembali pada aspek sejarah yang membuat keduanya terkenal memiliki corak permainan berbeda 180 derajat.
Seperti dirilis Sambafoot, kemarin, gelandang Brasil, Paulinho mengungkapkan perjumpaan dengan Jerman seharusnya terjadi di babak final. Karakter Der Panzer yang selalu memberi warna lain, yakni terus panas di saat waktu hampir habis, dinilai bakal menyulitkan tuan rumah yang selalu bermain dengan kecepatan tinggi.
"Tantangan kali ini berbeda, benar-benar sangat teknik, karena mereka selalu menunjukkan karakter berbeda. Strategi dan taktik menjadi satu handycap buat kami untuk melangkah ke final. Tapi saya percaya, kami punya solusi," tuturnya.
Sementara kubu Jerman justru merendah. "Brasil tampil sebagai tuan rumah, itu akan memberi tekanan pisikologis bagi para pemain. Mereka akan bermain dengan tekanan dari ekspektasi para suporter. Kami pernah mengalaminya saat menjadi tuan rumah Piala Dunia 2006. Bertanding di hadapan 70 80 ribu pendukung bukanlah hal yang mudah. Menghadapi lawan yang tertekan tentu menjadi keuntungan bagi kami," kata Lukas Podolski, di Soccerway.
Pelatih Jerman, Joachim Löew justru mengkhawatirkan kepemimpinan wasit dalam laga tersebut. Ia mengatakan dalam beberapa pertandingan Brasil, wasit terkesan berpihak kepada tuan rumah. "Saat mereka berhadapan dengan Kolombia, saya melihat banyak pelanggaraan yang dilakukan Brasil. Tapi wasit seakan tidak menanggapinya. Kini Brasil tidak lagi menjadi tim yang mengandalkan skill, mereka justru mengandalkan kekerasan," ungkap Loew.
Tak pelak Jerman sebagai tim tamu wajib memiliki energi ekstra untuk menghadapi tiga lawan sekaligus, yakni Oscar dkk, penonton dan kemungkinan wasit. Gelandang Andre Schurrle mengaku tak ambil pusing. Dirinya justru senang, karena Jerman punya saat di mana mereka tertekan.
Pemain asal klub Chelsea itu benar. Dari sisi permainan, Jerman punya segudang pengalaman untuk menghadapi laga semifinal. Pada Piala Dunia 1970 misalnya, mereka memang kalah dari Italia dengan skor 4-3, namun pertandingan tersebut menjadi satu yang terbaik di abad 20.
Saat itu Italia memimpin lebih dulu pada menit delapan lewat Roberto, namun disamakan pada menit terakhir via Uwe Seeler. Gerd 'Der Bomber' Mueller membawa Jerman berbalik unggul, yang disamakan lagi oleh Italia untuk berbalik kembali unggul berkat gol Luigi Riva. Mueller mencetak gol lagi. Saat para pemain Jerman sudah akan saling menyalami, Italia mengembalikan keunggulan berkat gol Gianni Rivera.
Legenda Jerman, Franz Beckenbauer mengakui, kali ini Jerman membawa energi pada 1970 dan 1982 sebagai inspirasi permainan secara teknik. "Pada dua periode dengan hasil berbeda tersebut, kami menunjukkan karakter di saat mendapat tekanan. Saya yakin, Jerman akan membawa itu saat bersua Brasil," sebut San Kaisar, di Bild.de, kemarin.
Pada periode 1982, Jerman melibas Prancis di fase empat besar. Pada partai yang berlangsung pada 8 Juli 1982, Jerman melakoni laga berat. Membuka skor via Littbarski di menit ke-17, Michel Platini menyamakan kedudukan melalui penalti sembilan menit berselang. Mereka justru ketinggalan dua gol di masa perpanjangan waktu setelah Trésor mencetak gol di menit ke-92 dan Alain Giresse (98').
Namun spirit untuk tak kalah berhasil membawa Jerman menyamakan kedudukan via Rummenigge (102') dan Fischer (108'). Akhirnya, Jerman melangkah ke final setelah menang adu penalti dengan skor 5-4.
"Saya tahu sejarah itu, dan corak permainan mereka yang bisa saja akan kami tiru. Sejarah selalu menyenangkan, karena bisa memberi inspirasi. Saya berharap para pemainku bisa belajar dari itu, karena memang saya memberikan video itu sebelum kami berangkat," beber Loew.
Sedangkan kubu Brasil sudah mewanti-wanti energ lebih yang dibawa Jerman. Maklum, aroma balas dendam memang tersaji jelas, terutama karena hasil pada Piala Dunia 2002 Korea-Jepang.
"Mereka pasti penasaran, dan akan melampiaskannya di lapangan. Ini tantangan berat untuk kami. Saya berharap dukungan penonton bisa menurunkan mental mereka, meski saya tahu itu juga tak mudah," jelas bek senior, Maicon.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.