Belanda Tidak Mengenal Anak Emas
Indonesia harus belajar banyak dari Belanda dalam hal pengembangan pemain muda
Penulis: Deodatus Pradipto
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM – Indonesia harus belajar banyak dari Belanda dalam hal pengembangan pemain muda. Di Negeri Kincir Angin, mereka tidak mengenal istilah anak emas.
Hal tersebut diungkapkan oleh pesepakbola muda Indonesia, Yussa Nugraha, yang saat ini tergabung dalam tim C1 SC Feyenoord, klub raksasa Belanda. Yussa yang baru bergabung mengaku pernah memiliki pengalaman yang menunjukkan tidak ada istilah anak emas di Belanda.
Beberapa bulan lalu Yussa harus melakoni pertandingan uji coba melawan RBC Rosendal. Yussa yang tinggal di Den Haag tiba terlambat lima menit di stadion yang terletak di Rotterdam. Akibatnya, Yussa yang seharusnya bermain sejak babak pertama harus rela duduk di bangku cadangan.
Selain itu, seragam bernomor punggung tujuh yang seharusnya dia kenakan tidak boleh digunakan. Yussa baru boleh bermain pada babak kedua dan mengenakan nomor punggung 15.
“Aku dapat peringatan satu kali. Jika nanti masih terulang, hukumannya masih sama. Tapi begitu aku tiga kali mendapat peringatan, aku langsung dipanggil ke komisi untuk menerima sanksi. Aku sendiri belum tahu apa sanksinya. Mungkin tidak boleh main satu atau dua kali,” jelas Yussa kepada Tribunnews.com, Kamis (17/7/2014).
Pengalaman itu menjadi pelajaran yang sangat berarti bagi Yussa. Remaja 13 tahun asal Surakarta itu mengaku pengalaman itu membuat dia saat ini selalu datang tepat waktu.
“Ini berlaku untuk semua anak yang bermain di SC Feyenoord. Tidak ada anak emas, tidak ada anak titipan, tidak ada anak pilihan, semua sama. Oleh karena itu bakat dan kemampuan sangat dihargai di Belanda. Ini regulasi yang cukup bagus dari KNVB untuk pembinaan pemain usia dini. Selain kemampuan, mental atlet juga dibina,” tutur Yussa yang tinggal di Belanda sejak sekolah dasar.