Firman Utina Khawatir Akan Ada Dualisme Kompetisi Lagi
Terserah mau pialanya apa yang penting di bawah naungan PSSI.
Editor: Husein Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Sudah cukuplah, tahun-tahun yang sudah dilewati. Tahun-tahun yang sangat menyakitkan pemain-pemain dan tim.
Kalimat itu meluncur dari bibir Firman Utina menanggapi dua kompetisi yang rencananya PT Liga Indonesia dan Tim Transisi bentukan Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora).
PT Liga berniat segera menggelar turnamen pramusim sejak akhir Mei sebelum kompetisi musim baru digelar September mendatang. Sedangkan Tim Transisi menyusun rencana menggelar Piala Kemerdekaan mulai Juni nanti.
Situasi ini membuat Firman khawatir dualisme kompetisi seperti tiga tahun lalu terjadi lagi. "Saya kaget kalau dengar yang begitu. Takut seperti dulu lagi. Kami pemain yang jadi bingung," katanya, Sabtu (16/5).
Menurutnya, para pemain hanya ingin bermain di satu kompetisi di bawah naungan PSSI. "Terserah mau pialanya apa yang penting di bawah naungan PSSI. Jadi, wasit enggak dibikin bingung, penonton pun enggak dibikin bingung," ujar Firman.
Firman mengatakan, dualisme kompetisi sangat berdampak pada keharmonisan di dalam tim nasional (timnas). "Ketika di timnas, ada rasa risih antarapemain karena datang dari dua liga yang berbeda. Yang tersiksa itu kami. Padahal sepak bola itu menyatukan, bukan dipisah-pisahkan," kata gelandang Persib Bandung itu.
Karena itu, pemain yang pernah menjabat sebagai kapten tim Garuda itu mengharapkan Kemenpora, PT Liga, dan PSSI duduk satu meja untuk membuat satu kompetisi.
Namun, Firman tak mempersoalkan adanya gelaran Piala Kemerdekaan selama berada di bawah naungan payung yang sama.
"Kalau memang turnamen pramusim yang ada dan klub bersatu untuk mengikuti, ya kami ikut. Kalaupun Tim Transisi mau bikin kompetisi dan ada komunikasi dengan PT Liga dan PSSI, itu lebih enak," kata pemilik nomor punggung 15 itu.
Dengan begitu, ucapnya, baik turnamen pramusim gagasan PT LI maupun Piala Kemerdekaan rancangan Tim Transisi bisa berjalan berdampingan. "Kalau Tim Transisi hanya ingin membuat PT Liga atau PSSI saingan, Indonesia ada dua "negara" lagi. Itu yang bikin pusing. Timnas ada dua," ujarnya.