Dito Arif: Ini Babak Awal Pembenahan Sepak Bola Indonesia
Dito menerangkan, berkaca dari sanksi Australia itulah, seharusnya harus menjadi saat yang tepat bagi Indonesia khususnya PSSI.
Penulis: Sigit Nugroho
Editor: Dewi Pratiwi
Laporan Wartawan Harian Super Ball, Sigit Nugroho
TRIBUNNEWS.COM,AKARTA - FIFA akhirnya menjatuhkan sanksi kepada PSSI. Sanksi itu dituangkan dalam dokumen yang dirilis FIFA, pada Sabtu (30/5/2015) dengan ditandatangani Sekjen FIFA Jerome Valcke.
Menanggapi sanksi itu, CEO Persema Malang, CEO Dito Arif menilai sanksi itu justru akan menjadi babak awal pembenahan sepak bola di Indonesia.
"Jangan khawatir dengan turunnya sanksi dari FIFA. Kita bisa berkaca dari beberapa negara yang pernah disanksi, seperti Australia. Awalnya sepakbola di Australia banyak permasalahan, mulai wasit, pengelolaan kompetisi, dan lain-lain. Setelah dikenai sanksi, Australia langsung membenahinya dan hasilnya kompetisi jadi berkualitas serta tercipta timnas yang bagus," kata Dito kepada Harian Super Ball, Minggu (31/5/2015).
Dito menerangkan, berkaca dari sanksi Australia itulah, seharusnya harus menjadi saat yang tepat bagi Indonesia khususnya PSSI untuk melakukan pembenahan dari sisi organisatoris sampai penyelenggaraan kompetisi.
"PSSI harus memperbaiki diri dan bekerja dengan baik. Jangan lagi melakukan kesalahan-kesalahan seperti memainkan klub yang baru dibuat kemarin termasuk transparansi keuangan. Selama ini masyarakat tidak pernah tahu besaran dana sponsor di kompetisi, karena tidak ada transparansi," terang Dito.
Selama ini kompetisi hanya dimonoppoli oleh sekelompok tertentu saja. "Selama ini kompetisi dimonopoli pihak-pihak tertentu, mulai dari sponsor sampai hak siar. Hak siar kompetisi hanya di televisi-televisi itu saja. Sudah saatnya sisi bisnis di kompetisi kita yang dikelola PSSI harus dikelola dengan baik dan terbuka, sehingga semua pihak tertarik untuk menjadi partner bisnis," tutur Dito.
Dito meminta kepada masyarakat jangan terlalu panik menghadapi sanksi dari FIFA, karena kita masih bisa ikut di Sea Games 2015 di Singapura.
"Sanksi ini hanya sementara. Kita masih melakukan kompetisi atau turnamen di dalam negeri. Pembinaan usia muda juga masih bisa dilakukan. Sehingga pemain dan tim pelatih masih bisa bekerja. Jadi kekhawatiran bahwa sanksi dari FIFA akan membuat pelaku sepak bola menganggur, itu hanya ketakutan saja. Padahal kita masih bisa bertanding. Yang tidak bisa hanya di event internasional saja," ujar Dito.
Dito menambahkan, yang menjadi harapan masyarakat adalah sanksi yang diberikan FIFA tidak berjalan lama.
"Saya yakin sanksi ini tidak akan berjalan lama dan bisa segera dicabut. Pasalnya FIFA pasti punya kepentingan terhadap Indonesia sebagai salah satu negara dengan segmen sepak bola terbesar di dunia. Jadi sebaiknya kita mengambil hikmah dari sisi positipnya. Jangan melulu melihat dan membicarakan sisi negatif," tambah Dito.
Dito mengaku, sepakat dengan langkah Presiden Joko Widodo atau, Menpora Imam Nahrawi, dan tim transisi yang bersemangat melakukan perbaikan sepak bola di dalam negeri.
Meski berbagai pihak menuntut, namun Menpora tidak mau menarik pembekuan PSSI, karena tujuannya memang jelas untuk membenahi sepak bola kita. Presiden juga mendukung langkah dari Menpora.
"Kalau sudah seperti ini memang harus ada perubahan. PSSI harus dibersihkan dari orang-orang yang punya kepentingan pribadi, kelompok, atau politik. Pengurus PSSI sudah saanya diisi oleh orang muda yang bersih dan mau bekerja untuk prestasi sepak bola bangsa. Kalau perlu satu generasi di PSSI yang mengakibatkan sepak bola kita tidak punya prestasi dipotong saja, " jelas Dito.