Michel Platini Calon Terkuat Gantikan Sepp Blatter
Seperti terlihat di rumah judi William Hill, dimana Platini yang asal Prancis ini memimpin di urutan pertama dengan rasio 6/5.
Penulis: Deny Budiman
Editor: Husein Sanusi
TRIBUNNEWS.COM - Menyusul pengunduran diri Sepp Blatter sebagai presiden FIFA, spekulasi pun bermunculan tentang siapa calon penggantinya. Tak ketinggalan, sejumlah bursa taruhan menggelar prediksi calon presiden FIFA mendatang. Hasilnya, untuk sementara ini Presiden UEFA, Michel Platini menempati urutan teratas sebagai kandidat terkuat.
Seperti terlihat di rumah judi William Hill, dimana Platini yang asal Prancis ini memimpin di urutan pertama dengan rasio 6/5. Presiden UEFA yang juga jadi wakil FIFA ini awalnya dekat dengan Blatter, namun belakangan pria asal Perancis itu menjadi salah satu sosok yang keras menentang. Platini bahkan sempat mengancam UEFA akan keluar dari keanggotaan FIFA jika Blatter kembali terpilih sebagai presiden pada kongres akhir pekan lalu.
Setelahnya, satu-satunya rival Blatter yang kalah di pemilihan kemarin, Pangeran Alin bin Al Hussenin dengan rasio 7/4. Pangeran asal Yordania itu menjadi satu-satunya orang yang berani menantang Blatter pada pemilihan presiden FIFA akhir pekan lalu. Pangeran Ali memutuskan mundur setelah kalah suara di putaran pertama pemilihan.
Di urutan ketiga ada nama mantan pemain timnas Portugal, Luis Figo yang sempat maju sebagai kandidat Presiden FIFA namun kemudian mundur karena kurang mendapat dukungan.
Blatter menyatakan mundur kemarin (3/6) hanya lima hari setelah terpilih sebagai Presiden FIFA untuk kelima-kalinya. Sebelum mundur, Blatter sudah mendapatkan tentangan dari sejumlah pihak, di antaranya dari federasi sepak bola Inggris, FA, dan konfederasi sepak bola Eropa, UEFA. Kubu yang menentang umumnya meminta diadakannya reformasi dan transparansi di dalam tubuh FIFA.
Desakan untuk mundur kian kencang setelah beberapa petinggi FIFA ditangkap FBI di sebuah hotel di Zurich pekan lalu akibat kasus suap dan korupsi. Penangkapan sejumlah petinggi FIFA itu rupanya baru sebuah awal.
New York Times melaporkan bahwa seorang petinggi FIFA lainnya tengah diselidiki terkait dugaan kasus suap senilai 10 juta dolar AS. Petinggi FIFA yang dimaksud itu adalah Jerome Valcke, Sekjen FIFA yang tak lain adalah "orang kepercayaan" dari Blatter.
Valcke selama ini sering menandatangani surat-surat FIFA untuk PSSI, termasuk sanksi pembekuan PSSI pada 30 Mei lalu. Ia disebut melakukan sejumlah transfer untuk petinggi-petinggi FIFA lainnya pada tahun 2008. Salah satunya adalah transfer senilai 10 juta dolar AS kepada eks wakil Presiden FIFA, Jack Warner.
Seperti dikutip dari situs resmi FIFA, Blatter mengatakan, baru akan melepas mandatnya sebagai presiden FIFA sesuai statua, yakni melalui Kongres Luar Biasa (KLB). Semula, kongres KLB FIFA selanjutnya baru akan digelar di Meksiko, 13 Mei 2016. Namun, Blatter menganggap waktu hampir satu tahun itu terlalu lama baginya untuk mundur.
"Saya akan mendesak Komite Eksekutif (Exco) mengatur Kongres Luar Biasa untuk mencari pengganti saya pada kesempatan pertama," tulis Blatter dalam pernyataan resminya.
Blatter berjanji tidak akan mencalonkan diri kembali pada KLB tersebut. Tugas menggelar KLB akan dipimpin oleh Ketua Komite Audit dan Kepatuhan Independen FIFA, Domenico Scala. Berdasarkan Statuta FIFA, dibutuhkan waktu empat bulan untuk menggelar KLB yang memiliki agenda utama pemilihan presiden baru.
Blatter merupakan presiden kedelapan yang menjadi presiden FIFA sejak otoritas sepak bola tertinggi dunia itu terbentuk pada 111 tahun yang lalu. Dalam 54 tahun terakhir, hanya ada tiga presiden yang memimpin FIFA: Stanley Rous dari Inggris (1961-1974), Joao Havelange (1974-1998) dan Blatter (1998-kini).