Kuartet Argentina Kuasai Empat Besar Copa America
Saya pikir kami memberi kontribusi luar biasa bagi perkembangan persepakbolaan di kawasan Amerika Selatan.
Penulis: Nurfahmi Budi
Editor: Husein Sanusi
TRIBUNNEWS.COM - Sejarah tercipta di Copa Amerika 2015. Untuk kali pertama sepanjang sejarah penyelenggaraan turnamen sepak bola antarnegara di kawasan Amerika Selatan tersebut, pelatih empat tim semifinalis berasal dari negara yang sama, yaitu Argentina.
Ramon Diaz menjadi pelatih terakhir asal Argentina yang berhasil menapakkan jejak kakinya di semifinal Copa Amerika 2015. Hal itu terjadi setelah sukses mengantarkan Paraguay ke empat besar berkat kemenangan adu penalti atas Brasil.
Diaz sukses mengikuti jejak tiga pelatih Argentina lainnya, yaitu Jorge Sampaoli (Cile), Ricardo Gareca (Peru), dan tentu saja pelatih tim Tango, Gerardo Martino. Akan menarik apabila kelak yang menjadi juara Copa Amerika 2015 bukanlah tim asuhan Martino. Sebab, dari 14 kali gelar pelatih Argentina, semuanya diraih saat membesut tim Tango.
Sepanjang sejarah Copa Amerika, Uruguay tercatat sebagai negara tersukses dengan 15 trofi. Semua trofi itu juga diraih oleh pelatih berkebangsaan Uruguay. Jadi, siapa pun yang akan menjadi juara pada Cile 2015, Argentina sudah bisa menyamai rival utamanya di Amerika Selatan itu untuk kategori pelatih.
Diaz, Gareca, dan Sampaoli bisa mengikuti jejak pelatih Inggris Jack Greenwell dan pelatih Brasil Danilo Alvim. Keduanya memberikan gelar juara bagi tim yang bukan dari negara asal mereka. Greenwell sukses bersama Peru pada 1939, sedangkan Alvim mempersembahkan trofi bagi Bolivia pada 1963.
Terkait hal ini, Ramon Diaz memberi gambaran, apa yang terjadi di semifinal nanti adalah bukti kejeniusan para ‘pria pelatih’ asal Argentina.
“Saya pikir kami memberi kontribusi luar biasa bagi perkembangan persepakbolaan di kawasan Amerika Selatan. Kami bisa membenahi sepak bola negara lain, meski terkadang miris dengan prestasi timnas sendiri. Tapi saya tetap bangga, karena Argentina bisa membuat negara lain berprestasi,” tuturnya, di www.lequipe.fr.