Tuan Rumah Cile Punya Beban Berat di Semifinal Copa America
Jelas, saya sangat setuju dengan rotasi sejarah tersebut. Bisa saja tradisi itu benar-benar terjadi, dan saya ingin merasakan itu lagi.
Penulis: Nurfahmi Budi
Editor: Husein Sanusi
TRIBUNNEWS.COM - Jelang laga semifinal Cile kontra Peru di Estadio Nacional, Santiago, besok pagi, pendukung tuan rumah dilanda kekhawatiran. Beberapa media lokal mengungkapkan, status Cile tak begitu saja bisa membawa mereka ke final, lalu menjadi juara.
Mereka menyebut beberapa fakta menarik terkait kans tuan rumah untuk melaju ke semifinal. Sisi ‘traumatik’ justru dikedepankan. Seperti misalnya saat Argentina menjadi tuan rumah edisi Copa Amerika 1987.
Berstatus unggulan teratas, mereka justru takluk di fase semifinal dari Uruguay dengan skor 0-1 melalui gol Alzamendi di menit ke-43. Sialnya, pada perebutan tempat ketiga, Tim Tango juga ditundukkan Kolombia dengan skor 1-2.
Cile pernah mendapatkan kesan tak mengenakkan saat menjamu negara-negara lainnya pada edisi 1991. Saat itu, bergabung di fase putaran final bersama Argentina, Brasil dan Kolombia, mereka justru dipermalukan dengan hanya menempati peringkat ketiga klasemen akhir.Saat itu, jawara 1991 diraih Argentina.
Belum cukup, pada 1993, Ekuador bisa menjadi cerminan. Saat itu, mereka sedang tampil nyaris sempurna sepanjang babak kualifikasi sampai perempatfinal. Sayang, Ekuador justru terlena saat menghadapi tim undangan panitia penyelenggara, yakni Meksiko. Tanpa dinyana, tuan rumah dibekap dengan skor 2-0, setelah Meksiko mencetak gol via Hugo Sanchez di menit ke-23 dan Ramirez (54').
Berkaca dari pengalaman beberapa tuan rumah itulah, Pelatih Cile, Jorge Sampaoli menegaskan, anak asuhnya tak boleh lengah sedetikpun dengan pergerakan setiap pemain Peru. Apa yang ditampilkan Peru bisa memberi prahara pada anak asuhnya jika tak segera diantisipasi.
“Mereka punya sepak bola dengan jenis ‘determinasi tinggi’. Patron itu akan membuat sulit siapapun, dan itu sudah mereka perlihatkan di fase grup dan perempatfinal. Bolivia memang kalah telak saat bersua kami, tapi saya tahu mereka tak menurunkan tim utama. Ketika turun dengan tim inti, mereka justru dibekap Peru. Itu berarti, Peru memang istimewa,” kata Sampaoli, di radio.uchile.cl, Minggu (28/6).
Rupanya, tradisi tersebut memberi semangat tambahan bagi Peru. Gelandang La Blanquirroja, Jefferson Farfán menganggap, apa yang akan diteriam timnya adalah sebuah keberuntungan dari sirkulasi takdir!
“Jelas, saya sangat setuju dengan rotasi sejarah tersebut. Bisa saja tradisi itu benar-benar terjadi, dan saya ingin merasakan itu lagi. Kali ini Peru akan dilindungi keberuntungan, dan sepertinya bisa melangkah ke final,” tegas Farfán.