Final Liga Ramadhan Ricuh, Isnan Ali Kena Pukul
Mantan pemain Barito Putera itu sempat diserang suporter Rider 700 dan menerima beberapa kali pukulan, termasuk di bagian kepala.
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
Frans Rumbon/Metro Banjar
TRIBUNNEWS.COM - Meski sempat menjadi hiburan baru di tengah tidak adanya kompetisi, Turnamen Liga Ramadhan berakhir dengan meninggalkan sebuah insiden memilukan.
Ajang yang banyak diramaikan pemain nasional, baik yang merumput di Divisi Utama maupun Indonesia Super League (ISL). Bahkan, ada juga pemain yang sudah berlabel Timnas. Sayang, ajang ini harus tercoreng.
Sebab, pada partai final di Stadion Andi Matalatta Mattoangging Makassar, Kamis (16/7/2015), berakhir dengan kericuhan. Hal ini dikarenakan suporter Rider 700 'mengamuk' hingga menyerang tim pelatih, ofisial serta pemain OTP 37 yang menjadi lawannya di partai final.
Rider 700 sendiri tidak lain merupakan tim yang bermaterikan anggota TNI dari Batalyon Infanteri 700/Raider Kodam VII/Wirabuana Makassar, Sulsel. Begitu pula dengan suporternya yang kebanyakan berasal dari anggota TNI pula.
Nahas dialami pelatih OTP 37, Isnan Ali yang tidak lain merupakan kapten Martapura FC. Sebab, mantan pemain Barito Putera itu sempat diserang suporter Rider 700 dan menerima beberapa kali pukulan, termasuk di bagian kepala.
Rider 700 yang pemainnya adalah anggota militer, akan memperagakan permainan keras. Meski demikian, lantas bukan membuat nyali penggawa OTP 37 ciut. Malah mereka juga meladeni permainan keras Rider 700 dengan bermain apik.
OTP 37 meladeni permainan keras Rider 700 ini membuat laga pun begitu 'menyengat'. Namun, pada babak pertama pun berakhir dan skor masih imbang, kacamata. Memasuki babak kedua sekitar menit ke delapan, laga pun terhenti karena adanya insiden 'mengamuknya' suporter Rider 700.
Hal ini bermula dari adanya pelanggaran dari penggawa Rider 700 dan wasit pun mengeluarkan kartu. Dan pemain di dalam arena sempat saling berdebat. Melihat hal itu, suporter Rider 700 yang duduk di bangku penonton, persis belakang bench OTP 37 pun rupanya langsung panas.
Suporter yang bahkan saat ini masih mengenakan seragam dinas TNI ini, melompat pembatas penonton dan masuk area lapangan. Mereka hendak masuk ke dalam arena tanpa diketahui maksud dan tujuannya apakah ingin mengejar wasit yang memimpin laga atau pemain OTP 37.
Padahal laga sendiri saat itu masih berlangsung. Isnan Ali yang melihat ada suporter masuk dan hendak memasuki arena, lantas menegur karena memang berdasarkan aturan yang lazimnya, tidak dibenarkan suporter atau siapapun yang boleh masuk ke arena saat laga masih berlangsung.
Bukannya sadar setelah ditegur, rupanya suporter tadi sebaliknya malah emosi dan mendatangi bench OTP 37. Tak lama, suporter Rider 700 lainnya juga beramai-ramai mendatangi bench OTP 37 dan mengamuk.
"Mereka ada yang mau masuk ke lapangan, saya tegur. Malah dia berbalik menyerang yang ada di bench. Saya pun sempat beberapa kali dipukul, tapi sudah tidak merasa lagi karena orangnya banyak sekitar puluhan. Tapi ada yang memukul di bagian kepala. Kemudian ofisial kami juga diserang kemudian dipukul, serta pemain seperti Akbar Rasyid. Kami mau melawan jelas tidak mungkin, apalagi mereka juga berseragam militer," ujar Isnan kepada Metro, Minggu (19/7/2015).
Diakui Isnan, dua penggawa Martapura FC yang ikut membela tim OTP 37, Erwin Gutawa dan Marshell Huwae luput dari pemukulan itu.
"Erwin dan Marshell saat itu sedang main di dalam lapangan. Yang diserang hanya yang ada di bench," katanya.
Akibat insiden itu, laga pun tidak bisa dilanjutkan karena tentunya hal itu akan sangat berisiko, bahkan membahayakan nyawa penggawa OTP 37.
"Sempat dilakukan mediasi sebenarnya saat itu. Agar laga tetap berlanjut, misalnya langsung dilakukan adu penalti. Tapi tentu sangat berisiko, makanya kami tidak mau," kata Isnan.
Usai menerima perlakuan brutal dari suporter Rider 700, mantan penggawa Timnas ini pun disarankan Denpom setempat untuk ke rumah sakit melakukan visum dan melaporkan kejadian yang dialaminya. Meski demikian Isnan rupanya enggan untuk memperpanjang urusan, sehingga memilih untuk tidak melapor.
"Memang sempat mau divisum saat itu. Dan disarankan teman yang dari anggota POM untuk melapor. Tapi tidak usah saja, ini sudah risiko. Lagipula saya juga baik-baik saja, tidak ada luka," katanya.
Terjadinya insiden tersebut, Isnan pun mengaku sangatlah menyesalkan sekaligus menyayangkannya.
"Kita main bola di lapangan, jangan bawa-bawa atribut militer lah. Olahraga menjunjung sportivitas, jadi tunjukkan jiwa sportivitas dan tunjukkan dengan permainan yang bagus. Bukan seperti ini," katanya.
Lantas bagaimana kelanjutan laga untuk menentukan pemenang alias juaranya dalam turnamen ini ? Ternyata OTP 37 enggan untuk kembali berlaga, sehingga 'menghadiahkan' gelar juara kepada Rider 700.
"Berdasarkan aturan technical meeting, tim yang membuat onar langsung didiskualifikasi. Tapi kami persilakan saja mereka mengambil gelar juaranya. Memang rencananya habis Lebaran mau dilanjutkan tanpa penonton. Tapi pemain kami sudah tidak ada karena pulang semua juga," ujarnya.