Barcelona vs Guangzhou Evergrande: Siasat Kotor
Dan sukses menyandang dua gelar juara, Liga Tiongkok, serta Liga Champions Asia.
Penulis: Husein Sanusi
TRIBUNNEWS.COM - Lionel Messi ingin menyempurnakan tahun ini dengan prestasi mentereng: menyabet trofi kelima alias quintuple bersama Barcelona.
Ambisi itu akan terwujud jika La Blaugrana bisa menjuarai ajang Piala Dunia antarklub yang digelar Jepang.
Rintangan pertama datang dari wakil Tiongkok, Guanzhou Evergrande di babak semifinal di Stadion Nissan, Yokohama, Kamis (17/12) sore.
Tahun 2015 ini, Messi cs sudah merengkuh empat gelar juara yakni La Liga, Copa del Rey, Liga Champions, dan UEFA Super Cup.
Messi merindukan bisa meraih kembali tahun terbaik dalam kariernya ketika Barca yang saat itu diasuh Pep Guardiola meraih sextuple alias enam gelar juara pada 2009, termasuk dengan menjuarai Piala Spanyol super Cup.
"Saat itu kita meraih semua gelar juara di kejuaraan yang kita ikuti. Itu prestasi luar biasa, dan sepertinya sulit diulangi lagi. Tapi sekarang kita di sini. Kita harus menuntaskan tahun ini dengan cara yang terbaik, dan membuatnya menjadi hal yang tak terlupakan," kata Messi.
Guangzhou bukan lawan enteng. Juara Asia yang dilatih mantan arsitek Brasil, Luiz Felipe Scolari ini melaju ke babak semifinal setelah secara mengejutkan menekuk juara zona Concacaf dari Meksiko, America 2-1 akhir pekan lalu.
Kendati wibawa Scolari runtuh setelah Brasil dipermak Jerman 1-7 di semifinal Piala Dunia 2014 lalu, namun ia tetap pelatih yang disegani.
Ia pun dikenal sebagai pelatih spesialis untuk partai dengan sistem knockout. Sebutannya di Brasil adalah pelatih "mata-mata" yang artinya kurang lebih adalah "berjuang atau mati sekalian".
Big Phil, sebutannya, akan merasa lebih nyaman karena sekarang menyandang status sebagai under-dog.
Dengan status tersebut, ia akan merasa lebih "sah" untuk menghentikan pergerakan lawan dengan berbagai cara.
Scolari memang dikenal sebagai pelatih yang suka bertahan, dan juga bermain keras yang menjurus kasar. Dikutip dari Eurosport.com, di masa lalunya dalam liga Brasil yang brutal, ia bahkan kerap mengkritik pemain yang membiarkan lawan lewat tanpa menekelnya.
Taktik kotor lainnya adalah membuang bola jauh-jauh untuk mengacaukan konsentrasi saat lawan menyerang.
Saat Scolari memimpin Brasil mengalahkan Spanyol 3-0 di final Piala Konfederasi 2013, mereka melakukan 26 kali pelanggaran, yang kebanyakan dilakukan di area tengah.